by sirhayani
part of zhkansas
...
Cahaya putih menembus kaca jendela yang gordennya terbuka. Kilatan petir bagaikan blitz. Aku berjongkok di samping tempat tidur dan menutup kedua telinga. Beberapa detik setelah cahaya itu muncul, suara petir mulai menggelegar di bumi.
Gila. Jantungku rasanya mau copot.
Aku berdiri. Segera kuhampiri jendela dan kutarik gorden jendela dengan cepat, lalu aku langsung berlari ke kasur dan menyelimuti seluruh tubuhku dengan selimut.
Aku menahan rasa panas di beberapa bagian tubuhku yang mulai terasa sebelum aku makan malam. Ini terasa aneh. Aku rutin mengecek kesehatan dan tubuhku selalu tak punya masalah. Aku hampir tak pernah mengalami sakit. Aku demam terakhir kali saat masih kecil.
Rasa panas di pinggangku makin terasa. Kaki yang terdapat bekas luka juga terasa panas walau tak sepanas di pinggang. Aku membuka selimut. Kuambil remote AC dan kuturunkan suhu serendah mungkin. Apa yang terjadi selanjutnya adalah walau rasa panas di pinggangku teralihkan oleh hawa dingin kamar ini, tetapi gigiku sampai bergemelatuk saking dinginnya. Rasa panas di pinggang dan kakiku juga tak hilang sepenuhnya.
Aku mengembalikan suhu kamar seperti semula, lalu masuk ke dalam selimut dan berusaha untuk tidur.
***
Napasku rasanya terhenti. Pandanganku mengabur. Sekelilingku terasa panas. Percikan berwarna jingga kemerahan muncul di mana-mana.
"Nggamauuu!" Suaraku ... seperti suara anak kecil. Pandanganku mengabur karena air mata. Kuarahkan tanganku untuk memegang sebuah pintu kaca yang memisahkanku dengan pria yang wajahnya tak kentara. Tanganku terlalu mungil dan rapuh saat mengetuk-ngetuk kaca itu sambil terus mengeluarkan suara tangisan.
"Papa tidak ada pilihan. Kamu akan ke abad 21 dan bertemu Kak Dan, Auri." Suara pria asing itu membuat hatiku sakit.
"PAPA!" Kenapa? Hatiku sakit melihat senyum dari pria yang wajahnya tak bisa kulihat dengan jelas. Itu jelas bukan Papa. Kenapa aku memanggilnya Papa sambil menangis pilu?
Apakah dia ... papa kandungku? Papaku yang sesungguhnya? Aku menangis sambil memukul kaca ini. Aku ingin melihat wajahnya!
Satu-satunya yang aku lihat adalah sesuatu yang seperti petir muncul di mana-mana. Apakah itu ... listrik? Aku takut.... Tiba-tiba api bermunculan, perlahan-lahan melahap pria itu. Tidak! Tidak! Aku mohon!
"PA!" Aku berteriak sambil membuka mata.
Mimpi itu ... terasa nyata.
Gila.... Ini mimpi terburuk dan teraneh yang pernah aku alami. Pasti karena petir yang terbawa sampai ke mimpiku. Seluruh tubuhku masih tak nyaman. Kurasakan panas yang semakin parah di pinggang dan juga kakiku. Aku turun dari tempat tidur dan segera kunyalakan lampu kamar. Sekarang masih jam 1 dini hari. Ternyata baru tiga jam setelah aku tidur.
Perasaanku semakin tidak enak. Kupegang pinggang dan kakiku yang terasa panas. Sementara bagian lain suhunya normal. Aku menatap pantulan wajahku di cermin lemari dan kuangkat piyamaku untuk melihat pinggangku yang rasa panasnya makin parah.
Pinggangku ... tak terlihat.
Aku menurunkan piyamaku kembali dengan jantung berdegup kencang. Halusinasi. Pasti itu halusinasi. Aku baru saja bangun tidur dan pasti yang kulihat barusan adalah sesuatu yang tak nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Paradox
Teen FictionSELESAI ✔️ Aku memejamkan mata. Ingatan samar kembali muncul. Kegelapan dan sesuatu seperti petir muncul di mana-mana. Hawa panas, rasa takut, tangisan pilu yang terus memanggil-manggil papa. Rasa terbakar di kaki yang bekasnya sampai sekarang. Inga...