Setelah Xiao Zhan dan Wang Yibo sampai ruangan milik Xiao Zhan, Xiao Zhan akhirnya menghebuskan nafas lega. Namun mood nya sudah hilang karena beberapa celotehan anak kecil yang mampu menusuk hati dan tenggorok nya. Walau ucapan mereka benar, Walau seharusnya tidak ia masukan kedalam hati, tapi itu sulit. Matanya memerah karena menahan tangis, tapi ia tidak bisa menangis karena takut jika ada orang yang datang.
"Kau baik-baik saja? Kau ingin pulang?"
"Aku ingin pulang" ujar Xiao Zhan
"Mari kita pulang"
"Lalu apa yang akan ku katakan ke mereka"
"Jujur saja"
"Bahwa aku tersinggung dengan ucapan jujur mereka? Bo,, mungkin seharusnya aku tidak kemari, mungkin dalam waktu dekat aku tidak kembali kemari. Aku belum siap jika ada yang mengatakan aku tidak punya kaki" kata Xiao Zhan
"Sabarlah sayang"
"Ucapan mereka benar bo. Mereka tidak salah. Mereka terlalu polos. Aku sendiri jadi berfikir, jika aku hamil dan mempunyai anak, apakah anakku akan malu padaku?" tanya Xiao Zhan yang seperti sudah akan meledak
"Sayang, jika itu anak kita, tidak akan malu padamu. Karena kau yang mengandungnya, tidak mungkin seorang anak tidak menghargai ibunya" kata Wang Yibo
"Bo, tapi lihatlah mereka. Perkataan seorang anak itu jujur. Mereka jujur mengatakan aku tidak punya kaki. Jadi bagaimanapun aku tidak akan bisa untuk bermain. Bahkan untuk berdiri saja tidak bisa" kata Xiao Zhan yang akhirnya meledak. Ia menangis. Wang Yibo segera menghampiri dan memeluk Xiao Zhan.Tok
Tok
Tok"Ya?" jawab Wang Yibo. Xiao Zhan segera melepas pelukan Wang Yibo dan segera berbalik memunggungi pintu
"Laoshi.. Ini kami" kata salah seorang murid
"Tunggu" jawab Wang YiboWang Yibo keluar dan langsung menutup pintu nya kembali. Ia melihat 2 murid yang tadi berbicara tentang Xiao Zhan.
"Zhan Laoshi??"
"Ada apa?"
"Kami mau minta maaf"
"Minta maaf?"
"Ucapan kami membuat Zhan Laoshi tersinggung"
"Dia tidak tersinggung. Tapi akan ku sampaikan. Kalian kembalilah ke Zhoucheng"
"Ehm... Baik Laoshi. Xie xie Laoshi"Wang Yibo masuk melihat Xiao Zhan masih memunggungi pintu tersebut. Wang Yibo memutar kursi Xiao Zhan. Xiao Zhan menghadap ke pintu sekarang. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, ternyata suara itu sudah pergi. Namun berganti dengan suara ketukan lain, di iringi suara perempuan yang Xiao Zhan kenal adalah suara receptionist.
Wang Yibo membuka kan pintu "ada apa?"
"Boleh saya masuk bertemu tuan Zhan?" tanyanya sambil membawa 3 box paket dan beberapa surat
"Masuk lah" suara dari dalam terlihat Xiao Zhan memunggungi pintu lagi dan dirinya menghadap ke besarnya jendela luar. Wang Yibo membukakan jalan dan perempuan itu masuk
"Permisi tuan Zhan, ini ada titipan dari satu orang. Orang itu tidak menyebutkan namanya, namun setiap hari datang kemari" kata perempuan tersebut lalu menaruh box dan surat tersebut.
Xiao Zhan tidak berbalik "datang setiap hari?"
"Benar tuan. Sudah satu minggu ini. Hari ini dia datang, bertanya anda ada atau tidak lalu pergi"
"Lalu kau jawab apa?" tanya Wang Yibo
"Saya jujur tuan. Jika tuan Zhan ada ya saya jawab ada. Jika tidak saya jawab tidak"
"Kenapa surat dan box ini tidak disampaikan ke saya? Walau saya di rumah, saya tetap aktif melatih mereka" kata Xiao Zhan
"Kata tuan Zhoucheng menunggu anda datang saja"
"Dia datang biasanya jam berapa?"
"Saat seperti ini tuan"
"Baiklah kau boleh pergi" kata Xiao Zhan
"Baik tuan" kata perempuan tersebut lalu pergiXiao Zhan penasaran dengan orang tersebut. Ia segera melajukan kursi roda nya ke layar komputer nya dan mencoba melihat siapa orang tersebut, lewat kamera cctv. Namun saat terlihat, orang tersebut menggunakan topi, dan masker, tentu tidak terlihat. Namun ia terlihat jika ia laki-laki yang tidak terlalu tinggi.
Namun Xiao Zhan sama sekali tidak menaruh curiga. Ia dengan santai melihat semua paket dan surat tersebut. Tapi ia mulai merasa aneh karena ada nomor di setiap box dan surat tersebut. Ia mulai melihat nomor 1. Sebuah surat. Ia membuka surat tersebut, dan hal pertama yang ia lihat adalah sebuah foto di ikuti dengan surat.
'Kau melihat foto tersebut? Kau mengenalnya? Jika kau lupa, mungkin perlu ku katakan jika dia Niu Gao An. Seseorang yang mengalami kecelakaan karena kau. Dia seseorang yang harus rela kehilangan keluarganya karena kau. Mungkin kau lupa apa yang telah kau lakukan ke keluarga nya hingga dia seperti ini? Perlu ku ceritakan? Dia dulu anak yang baik, yang ceria, sampai papanya harus mati karena jantung. Kau tau? Jantung pendonor yang nya kau ambil. Kau pembunuh'
Xiao Zhan mencoba mengatur nafasnya. Ia berusaha menahan diri. Kata-katanya sangat menyakitkan. Walau dari selembar kertas. Wang Yibo sudah sangat penasaran dengan isi surat tersebut. Xiao Zhan sedikit melirik raut wajah Wang Yibo. Ia memberikan surat tersebut ke Wang Yibo untuk di baca.
Ia mengambil yang kedua, sebuah surat lagi. Ia membukanya lagi. Sebuah foto keluarga. Ada ayah, ibu, Niu Gao An, dan sepertinya saudara Niu Gao An, karena mereka mirip.
'Mereka keluarga bahagia. Walau bukan dari keluarga yang menghasilkan banyak uang, tapi dengan penghasilan yang terbatas sudah membuat mereka bahagia. Tapi kebahagiaan itu perlahan hilang setelah tau jika penyakit jantung papa Gao An semakin parah, bahkan setelah tau jika donor jantung yang sebenarnya cocok dengannya malah diambil adik dari pendonor. Aku mengerti jika pendonor ingin memberikan jantungnya keadiknya. Tapi kau! Harusnya juga tau jika suami dari pendonor juga cocok denganmu, dan tidak cocok dengan papa Gao An. Aku yakin jika kakak perempuanmu masih punya hati, dan seandainya bisa bicara, akan memberikan jantungnya untuk papa Gao An, dan aku yakin jantung suaminya untukmu. Namun kau terlalu egois, kau ingin jantung kakakmu. Kau tau akibatnya?'
Xiao Zhan sudah sangat kesal dengan surat yang hanya separuh. Ia penasaran dengan surat selanjutnya yang langsung ia buka surat ketiga. Ada foto Niu Gao An yang menangis sambil memeluk ibunya, di leher ibunya masih terlilit tali, hal ini otomatis membuat Xiao Zhan membuang foto tersebut dan langsung melihat surat selanjutnya.
'Kau tau akibat dari egoismu yang menginginkan jantung kakakmu? Papa Gao An meninggal 4 hari setelah kau operasi. Mama Gao An gantung diri di hari yang sama dengan hari pemakaman papa Gao An, adik laki-laki Gao An menjadi stress, gila, karena kedua orang tuanya meninggal. Coba kau pikir dan kau bayangkan jika menjadi Gao An, apakah kau bisa bertahan? Apakah kau mampu menahan amarahmu ke seseorang yang sudah membantai habis keluargamu? Coba kau pikir baik-baik'
Xiao Zhan membuka paket keempat, paket itu tidak terlalu besar,di bungkusnya pun tidak rapi. Membuat Xiao Zhan dengan mudah membukanya. Namun langsung ia buang, karena berisi tali, yang dapat Xiao Zhan bayangkan saat ini, tali untuk gantung diri ibu Gao An.
Xiao Zhan mengambil yang kelima. Berupa surat. Surat itu tidak berisi foto, melainkan hanya selembar kertas.
'Aku kira, Tuhan jahat, tidak adil ke keluarga Niu Gao An. Tapi ternyata Tuhan baik, kau mendapatkan akibatnya dari perbuatanmu. Kau kehilangan kaki. Walau tidak sebanding dengan kehilangan keluarga, tapi itu sedikit mengobati luka hati Gao An'
Wajah Xiao Zhan mulai pucat. Nafasnya memburu, dadanya berdebar kencang. Ia membuka yang keenam sebuah paket yang tidak besar tapi panjang. Xiao Zhan membuka paket tersebut. Ada sebuah pisau yang masih ada bekas darah yang sudah mengering dan lagi-lagi surat.
'Pisau ini sering di pakai adik Gao An untuk percobaan bunuh diri, sebelum dia akhirnya masuk ke rumah sakit jiwa'
Xiao Zhan membuangnya. Dan yang terakhir surat. Xiao Zhan membuka surat itu perlahan. Namun tidak segera ia baca. Ia merasa takut untuk membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zhan, Kau Keajaiban
Lãng mạnXiao Zhan, seseorang yang sudah tidak sempurna sejak lahir. Sakitnya sejak lahir membuatnya lemah, dan sering sakit. Namun mengapa saat sakitnya sejak lahir sudah sembuh muncul hal lain yang membuatnya tidak bisa bangkit dan semakin menutup diri. In...