Part 7: Undangan

1.2K 197 25
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya, soalnya cepat-cepat up, gak terlalu di koreksi.
.
.
.
.

Pagi ini Airin kembali terlambat pergi ke kantor. Bukan karena terlambat bangun, tapi ban motornya bocor dijalan. Airin harus naik ojek dan ojek yang membawanya seorang laki-laki paruh baya, jalan motornya sangat pelan, itu yang membuatnya terlambat.

Saat memasuki ruangan, Airin disambut oleh kehebohan teman-temannya sambil memegang sebuah undangan berwarna biru malam. Undangan siapa lagi kalau bukan undangan pernikahannya yang ternyata sudah dibagikan.

"Airin! Kita diundang ke acara resepsi pernikahan pak bos dong! Gue gak nyangka, staf baru juga dapat!" ucap Fina.

Airin mengambilnya undangan yang ada di atas mejanya, siapa sangka ia juga dapat undangan. Airin terkekeh melihatnya.

"Nama istri pak Adit sama seperti kamu, Airin."

"Ah iya ya? Namanya sama! Aku gak sabar pengen liat istrinya pak Adit, cuma mau tau mana sih cewek yang beruntung dapat pria seperti pak Adit. Baik, ramah, gak cuek, kaya lagi."

"Aku juga gak sabar, Mbak! Senang banget diundang ke acara pak bos. Pasti banyak banget makanannya."

"Huu dasar, cuma mau makan ya?" ucap Airin yang dari tadi hanya diam.

"Hahaha, iya! itu yang aku incar, Rin!"

Airin hanya terkekeh mendengarnya, lalu ia duduk di kursinya.

"Nanti siang waktu istirahat aku mau mencari kado untuk mereka ah. Ada yang mau ikut?" tanya Cinta.

"Ikut, Mbak!"

"Aku juga!"

"Ya udah, nanti kita rame-rame carinya. Sekarang waktunya kerja, lupakan sejenak tentang acara itu."

"Ahahah ... siap, Mbak!"

Airin membuka laptopnya dan menyalakannya. Besok ia sudah tidak bekerja, karena pernikahan mereka tinggal tiga hari. Sudah lama bundanya menyuruhnya untuk cuti, tapi ia tidak ingin cuti terlalu cepat, persiapan pernikahan pun sudah beres semua. Tinggal menyiapkan diri untuk acara nanti.

"Airin, dipanggil pak Adit," ucap seorang pria berdiri ambang pintu.

Airin menoleh ke arah pintu. "Beneran?" tanyanya.

"Iya, aku gak bohong."

Airin menghela napasnya, lalu bangkit dari duduknya.

"Ada apa ya, Rin? Kenapa pak Adit manggil kamu?" tanya Fina.

"Kamu buat masalah ya?" tanya Cinta.

"Aku gak merasa buat salah, Mbak. Mungkin ada keperluan lain," jawab Airin lalu pamit menemui suaminya itu.

Sampai di depan ruangan, Airin langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ada apa, Mas?"

"Bikinkan kopi, kasih susu, gulanya satu sendok saja, lagi gak pengen minum yang manis," ucap Reyhan.

"Mohon ditunggu ya, Pak Bos," ucap Airin memutar bola matanya malas.

Reyhan terkekeh melihat ekspresi wajah istrinya itu. "Jangan lama."

Airin melangkah menuju pantry. Di rumah tadi Reyhan memang tidak minum kopi, biasanya pagi-pagi pria itu sarapan ditemani kopi, tapi tadi pagi hanya minum air putih saja.

"Eh, kalian dapat undangan dari pak Adit gak?"

"Dapat! Kami semua dapat undangannya," jawab seorang wanita berambut pendek.

Pernikahan Singkat? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang