Mahesa menggeser layar ponsel nya dengan gelisah, waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan Yara belum tiba juga di rumah. Segala hal telah Mahesa lakukan untuk membuatnya mengantuk mulai dari input data pra Tesis, memeriksa keperluan resepsi pernikahan, berkontak dengan WO sampai menonton TV.
Baru seumur jagung pernikahan mereka namun tanpa sosok Yara, Mahesa merasa sepi; perasaan yang sungguh aneh bagi laki-laki itu mengingat ia pernah hidup sendiri di Luar Negeri beberapa tahun dalam rangka menyelesaikan perkuliahan S1. Bagi Mahesa kesendirian itu hal biasa lantaran sikap egosentris nya yang hanya berfokus pada tujuan-tujuan pribadi.
Tapi kali ini hatinya resah, apalagi setelah melihat Yara pergi bersama sang mantan pacar; dalam hati Mahesa mulai terbersit keraguan. Apakah Yara benar-benar menemui laki-laki itu dan mengakhiri hubungan mereka kala itu... saat ia menjemput perempuan itu dengan payung di halte kumuh dekat rumahnya.
"Yara bukan perempuan yang kayak gitu." Ucap Mahesa melakukan sugesti untuk pikirannya yang mulai melantur kemana-mana. "tapi... mereka naik mobil dan... Yara ngga jujur. Dia bilang ke rumah Mas Chandra padahal---"
Terdengar salam dari pintu depan yang terbuka, Yara telah tiba di rumah. Sesungguhnya Mahesa ingin menyambut dan memeluknya –seperti yang biasa ia lakukan kala lelah- tapi kali ini... kecemburuan membuatnya mengurung diri di kamar.
Padahal ia ingin membuat kejutan untuk sang istri; di akhir pekan mereka akan menemui seorang pelukis berbakat untuk membuat sketsa mereka yang duduk bersampingan –versi lain dari foto post wedding- menurut Mahesa lukisan terasa lebih berkesan ketimbang foto yang bisa dengan mudah di take berulang kali, namun kejadian hari ini membuatnya berpikir lagi.
Merasa pikirannya dipenuhi dengan suara-suara mengganggu, akhirnya Mahesa bangkit dan keluar dari kamar. Disaksikan Yara yang menunduk di pantry dengan air mengalir, beberapa saat kemudian perempuan itu mendongak dengan anak rambut yang setengah basah dan hidung memerah.
Mahesa terpaku, tangannya terkepal erat di belakang punggungnya. Ingin sekali ia mengungkapkan bahwa ia melihat Yara pergi dengan sang mantan di dekat gerbang sekolah.
Kenapa Yara ngga menolak?
Yara masih ada rasa sama laki-laki itu?
Aku liat Yara pegangan tangan sama dia
Yang boleh gandeng tangan Yara itu Mahesa!
"Mahesa belom tidur." Sapa Yara sembari mengeringkan tangan dan mendekatinya, rahang Mahesa berkatup kencang. Alisnya bertaut sampai akhirnya ucapan itu terlontar.
"aku berniat jemput Yara di sekolah sore ini." ucapnya. "tapi Yara ternyata dijemput cowok lain."
Mata Yara menyorotkan ekspresi terkejut dan membenarkan kalimat Chandra... ia seperti selingkuh dari Mahesa.
"itu dia kan? Yang bertahun-tahun jemput Yara di depan sekolah? Dari aku masih jadi siswa di SMA Z?" bibir Mahesa terkatup menahan amarah, "Yara bilang mau mutusin dia, tapi.... Apa yang aku liat? Apa yang aku denger? Ada urusan di rumah Mas Chandra?"
Bibir Yara ingin berucap namun Mahesa berhasil memotong ucapannya, "urusan apa? Kalian jadi nikah? Terus aku apa? MAHESA ITU APA??"
Ego Mahesa luber untuk pertama kalinya, mata laki-laki itu berkilat emosional. "apa karena aku jauh lebih muda dari Yara jadi gampang buat diperdaya? Apa aku ngga sebanding sama cowok itu karena ngga memulai sama Yara dari nol?!"
"DIA MAKSA SAYA!" akhirnya Yara buka suara, matanya berkilat marah menatap Mahesa dengan perasaan campur aduk lantaran ia merasa tertangkap basah berbohong. "saya udah mau pulang naik kereta dan dia cegat saya di gerbang, dia... dia selesai sidang hari ini dan mau---"
"ngajak romantic dinner??" potong Mahesa lagi, "terus mau ngasih Yara cincin, masih mau mengusahakan Yara karena kalian lebih lama bareng?? Liat aja kalo dia dateng lagi ke sekolah, aku ancurin mobil mahalnya itu!"
Mahesa berbalik ke kamar dengan langkah gusar dan Yara berusaha meraihnya, "emang ngga bisa kalo dibicarain baik ba---"
Tiba-tiba terdengar suara dentuman dan sofa yang berderak keras, Mahesa terkejut seraya melihat Yara terkapar di lantai. Jantung laki-laki itu sontak bergemuruh kencang lantaran tidak ada nafas di hidung Yara.
"he—Ya--- Yara!" Mahesa menyentuh pergelangan tangan Yara; denyut nadinya melemah. "Yara!"
Laki-laki itu dengan cekatan melakukan Resusitasi* pada Yara, dipijatnya dada perempuan itu sesuai dengan ritme sembari ditelpon nya 119 untuk mencari pertolongan.
***
*Resusitasi (lebih sering didengar sebagai CPR) adalah tindakan pertolongan pertama Bantuan Hidup Dasar pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali dengan melakukan beberapa teknik pemijatan atau penekanan pada dada (sumber : Wikipedia, 2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
FREQUENCY • SKZ Seungmin ✔️
Fanfiction"Tak peduli sedramatis apapun seseorang pernah hadir di hidupmu, kalau tidak satu frekuensi ya tidak akan berjodoh" -Habibie- ☆ MAMACIS, 2023 ☆ Local Fanfiction with Stray Kids as Visual Inspired by ASMALIBRASI, song of SOEGI BORNEAN #2 seungminskz ...