7.1 Side Story

20 4 0
                                    

Point of View: Sinta

Point of View: Sinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hmm.. Sosok Haris Laksana buat gue adalah sahabat laki – laki terbaik yang pernah gue punya.

Awalnya hubungan kita ga begitu baik karena sifatnya yang jail dan selalu bikin gue naik darah. Rasa – rasanya gue pengen geprek itu buntelan biar diem dan ga gangguin gue terus. Heran, seneng banget ngerjain gue.

Tapi gatau sejak kapan, orang yang seneng banget ngerjain gue ini ternyata orang yang paling mengerti gue setelah keluarga gue, Bang Ian, juga Safa. Ya, dia jadi masuk ke dalam lingkar orang terdekat gue. Salah satu orang yang sabar banget ngadepin gue dan segala tingkah ga jelas gue. Salah satu orang yang tanpa gue ucapin secara gamblang langsung tau apa yang lagi gue butuhkan, dihibur atau hanya sekedar didengarkan. He knows me really well..

Perlahan tanpa gue sadari, ternyata gue semakin membebankan diri gue ke Haris. Gue tumpahin semua yang gue rasain ke dia. Gue bersyukur dia selalu siap buat menerima apapun yang gue tumpahkan.

Sore itu di Sungai Carina, gue mulai menyadari sesuatu hal yang aneh dari Haris.

"Tetep jadi Sinta yang gue kenal ya," ucap Haris sambil kembali mengusak pelan rambut gue.

Sore itu gue mengernyit heran ngeliat Haris yang tiba – tiba jadi melankolis. Bukan Haris banget pokonya. Baru aja gue mau nanyain maksudnya apa, Haris udah membalikan diri mengajak gue pulang karena keburu malem. Sayangnya, sore itu gue ga terlalu memusingkan hal itu. Dan itu menjadi salah satu hal yang gue sesalkan.

Saat ini gue sadar, ternyata selama ini peran kami adalah gue selalu menjadi pihak yang 'menumpahkan' dan dia selalu menjadi pihak yang 'menerima'. Ya, selalu seperti tapi tidak sebaliknya. Lebih tepatnya gue sadar ketika dia akhirnya mengungkapkan suatu hal yang bahkan gapernah terlintas sedikit pun dipikiran gue.

Haris menyukai gue.

Gue dibuat bungkam saat Haris menumpahkan semuanya. Betapa dia menyukai gue dari kita masih di SMA. Rasak sesak yang dia rasain ketika gue malah menyukai Ka Ian. Rasa senang yang dia rasain saat dia punya kesempatan lebih dekat sama gue ketika Ka Ian pergi. Dan terakhir betapa campur aduk perasaannya ketika dia bantuin Ka Ian buat menunjukan diri di depan gue lagi.

Astaga. Gue bahkan gabisa bayangan sesakit apa kalau gue di posisi Haris.

"Ka, aku sahabat yang jahat ya?" keluh gue setelah insiden Haris yang 'menumpahkan' segalanya.

"Hm?" tanya Ka Ian sambil menoleh.

"Soal Haris, Ka..."

"Kamu ngerasa bersalah karena selama ini ga pernah tau apapun yang Haris rasain sedangkan Haris tau semuanya tentang kamu?"

"Iya..."

"Sinta, dengerin Kaka ya," ucapnya membuat gue menoleh.

"Mungkin kamu emang bisa dibilang jahat sama Haris. Tapi, Haris sendiri ga pernah protes ke kamu tentang itu kan? Kalau kamu emang ngerasa bersalah, masih ada waktu buat kamu memperbaiki itu. Mulai sekarang cobalah buat Haris juga nyaman buat cerita tentang keluh-kesahnya dan sebagainya ke kamu ya," kata Ka Ian sambil mengusak rambut gue.

"Tapi jangan berlebihan juga ya. Kaka cemburu entar," celetuknya membuat gue terkekeh.

Mulai saat itu, gue pun mencoba untuk menjadi sahabat yang baik buat Haris. Seperti dia yang siap untuk menerima apapun yang gue tumpahkan. Yang pasti gue juga selalu berharap agar Haris bisa mendapatkan keahagiaannya lebih cepat. Serius, gue masih ngerasa ga enak sama dia.

"Ta, tau ga. Gue ketemu sama junior gue tadi siang. Lucu banget anaknya,"

Ucapan Haris saat sesi telepon kami membuat gue tersenyum. Sepertinya Haris sudah mulai membuka hatinya ke orang lain. Gue harap ini kebahagiaan yang selama ini dia nantikan.

Seperti Haris yang membantu gue menemukan kebahagiaan gue. Saat ini giliran gue yang bantu dia menemukan kebahagiaannya.

Doakan kami ya!

Doakan kami ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author's note:

AAAAAND CUT! Berakhirlah kisah panjang perjalan tidak mulus Haris. Udah susah eh endingnya ga bersama pula huhu.. Sabar ya, Haris. Emang jodohnya jadi sahabat aja sih sama Sinta :( 

Eh, ga lupa, terima kasih kepada Seungkwan dan SinB untuk visualnya uwu~

Gimana untuk kisah Haris ini? Adakah diantara kalian yang relate dengan kisah ini? Huhu sabar ya temen - temen, pasti awalnya sakit, tapi semoga kebahagiaan yang amat besar menunggu kalian setelah rasa sakit itu hilang ya~

Terima kasih sudah mengikuti kisah ini♥

Sampai jumpa dikisah berikutnya!

Between You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang