Chapter 14

864 72 10
                                    

Selamat malam semuanya, selamat membaca ya kalau ada typo maafin ya

Ayok jadi pembaca yang aktif, jangan lupa vote dan comment

***

Langkah kaki yang tidak beraturan menuruni tangga terlihat sangat tergesa-gesa, bahkan kakinya tidak berpijak pada anak tangga dengan benar membuatnya beberapa kali hampir terjatuh.

"Kak, adek saya ga mau buka pintu dari tadi. Tolong bukain saya takut dia kenapa-kenapa," ucapnya ngos-ngosan dengan wajah yang panik.

"Tarik nafas dulu kak, kamar nomor berapa adeknya?" tanya resepsionis seraya menenangkan.

Raga menarik nafas lalu menghembuskannya, dia sangat lelah karena menuruni tangga dengan terburu-buru. Bukan karena dia tidak ingin menaiki lift namun tadi liftnya terasa sangat lama terbuka padahal dia sedang panik.

"Kamar 404."

"Kalau kamar 404 baru subuh tadi check out," ujar resepsionis membuat Raga terkejut.

Raga menatap resepsionis tersebut dengan beribu ekspresi. "Check Out? Kok cepet banget?"

"Hari ini emang jadwalnya check out tapi lebih awal aja kak, soalnya cuma lima hari," jelas Resepsionis yang membuat Raga kembali tidak paham.

"Lima hari? Bukannya seminggu?"

"Kemarin booking dua kamar, satunya buat seminggu dan satu buat lima hari aja," jelas Resepsionis yang kembali membuat Raga berpikir.

Dia sangat tidak paham kenapa Queen hanya lima hari berada di Bali, bahkan gadis itu pergi tanpa memberitahu siapa pun. Semuanya terasa sangat percuma saat mereka tidak dapat pulang bersama.

"Maaf kak, tadi adeknya nitip surat. Katanya kalau ada yang nyariin dia tolong di kasih." Resepsionis wanita itu memberikan selembar surat pada Raga.

Raga mengambil surat yang diberikan. "Bisa WA kenapa harus pakai surat dah."

"Mau balik ke jaman dahulu kali kak," ucap Resepsionis seraya tertawa namun Raga memutar bola matanya.

"Makasih kak." Raga berlalu dari sana, dia akan memberitahu semua orang jika Queen sudah pergi meninggalkan mereka.

Banyak sekali pertanyaan yang terlintas dipikirannya kenapa gadis itu tidak memberitahu mereka semua, bahkan sejak tadi dia sudah mencoba namun yang didapatkan hanya nomor gadis itu yang tidak aktif.

***

Sebuah gundukan tanah terlihat di sekitarnya, suasana yang tenang di siang hari namun menyeramkan di malam hari. Dia terus berjalan menyusuri makam hingga dia sampai di makam yang dia tuju.

Bahkan sejak dari bandara dia tidak langsung pulang namun malah pergi ke makam dengan semua barang-barangnya, dia hanya ingin melepas semua rasa rindunya pada orang yang berada di bawah tanah.

Perasaan sesak itu kembali menghantam dadanya, dia seakan kehabisan oksigen saat melihat makam yang berada di depannya, semua perasaan rindu sudah tidak bisa dia tahan. Dia ingin meluapkan semua rasa yang selalu dia tahan.

Queen memejamkan matanya berusaha untuk menguatkan diri agar tidak menangis. "Aku datang, gimana kabar kamu di sana?"

Sungguh di saat ini ingin sekali menangis, hanya beberapa kalimat yang terucap namun semuanya terasa sangat menyesakkan. Semakin dia menahannya maka dia akan merasa sangat sesak.

"Maaf jarang ngunjungin kamu, bukan karena jauh tapi karena gua masih ga ikhlas sama kepergian kamu."

"Kamu tau? Hidup tanpa kamu terasa menyesakkan, bahkan karena kamu aku terlalu takut datang ke kota ini. Kota yang penuh tentang kamu."

The Cold Brothers [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang