02.Eat

127 113 51
                                    

-Terkadang, menikmati suasana sendirian adalah hal yang menyenangkan dan tak ada siapapun yang menggangguku-

.
.

"STOP!!"

Semua pandangan tertuju padaku yang lantang menghentikan persidangan ini.

Aku menghampiri laki-laki yang ku rindukan,,

Azzam menoleh kearahku dan ingin bertanya apa aku baik baik saja? Tapi aku terlanjur berteriak..

"Lihat, aku sudah ada! Batalkan persidangan ini!" pekikku membuat semua orang bingung dan terus memperhatikanku.

"Grizz! Kamu baik baik saja kan nak? Kenapa kamu memilih membatalkan ini? Dia salah nak, jujur aja nak. Di sogok apa kamu sama si rendah ini?" laki laki parubaya menghampiriku, yakni papah tiriku.

Aku kesal setelah ia bilang 'si rendah'
Aku membacot dan meyakini semua orang yang ada di sana bahwa ini sebuah kesalahpahaman.

"Maaf nak, semua kemauan kamu akan papah turuti, tidak dengan ini."

Aku memasang wajah memohon, "Pah, aku mohon. Apa jadinya nanti kalau anak seorang CEO tewas bunuh diri karena ke egoisan ayahnya?" bisik aku meyakinkan papah.

Dia berfikir sejenak dan finally, persidangan dibatalkan.

"Tapi ingat, jangan dekat dekat dengan si miskin itu." ujar papah membuatku kesal ke duakalinya.

"Dia punya nama Pah, namanya Azzam. Iya deh janji."

Sebelum pergi dari sana, aku ijin untuk menemui dan mengobrol dengan Azzam.

"Griz, aku ingin memelukmu saat ini juga. Tapi,," Azzam yang ingin memelukku tapi melihat situasi yang tidak pas.

"Nanti kapan kapan kita pelukan lagi seperti teletubis ya haha. Aku baik baik aja kok, jangan khawatir ya Zam."

"Aduh lama banget sih ngobrolnya!" sorak papah. Padahal masih bicara dua kalimat.

//

Kedua orangtua tiriku memarahiku karena telah membela Azzam. Tidak hanya aku, kak Monata juga habis dimaki maki papah karena memberitahuku bahwa Azzam akan dipenjara.

Sabodo teuing!

Seng penting, Azzam telah bebas dari papah yang terus menuduhnya negatif.

Setelah amukan amukan masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiriku, aku sebagai anak yang rajin mandi, memutuskan untuk membersihkan badanku yang sangat wangi karena dua hari yang lalu aku tidur diluar.

Kemudian, karena rasa bersalahku kepada kak Monata,,

Aku menemuinya dihalaman belakang rumah setelah mandi dan langsung saja aku duduk disampingnya yang tengah melamun, aku pun meminta maaf padanya.

Karenaku, kak Monata kena imbasnya juga dari papah.

Kak Monata tidak begitu memperdulikan perkataan papah yang memarahinya tadi sebelum aku mandi.

"Kakak masih memikirkan perkataan papah kemarin pagi." topik dibuka olehnya.

"Memang, kemarin papah bilang apa kak?" aku sedikit berbisik dan melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada papah disana.

Hufft

"Jadi, memang kakak tuh terlahir bodoh ya? Kak-" perkataan kak Monata dipotong olehku.

GRIZELLE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang