23.| Antara Pajar dan Senja

90 18 39
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

"Jangan pernah bersinar melampaui matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah bersinar melampaui matahari."

A novel by Ade Bintang 🌟

_____________________________

 
    “Adakah dunia tanpa bahaya?” tanya Joy menatap sinis ke arah Hiro.

Mata Aluna terbelalak, ia sontak menoleh ke arah Hiro.

Untuk beberapa detik keadaan menjadi sangat mengerikan. Di satu sisi, Hiro yang menggenggam tangan kanan Aluna seraya menatap Joy dengan tatapan tidak suka. Di sisi lain Joy yang menggenggam tangan kiri Aluna dengan senyum miring dan tatapan sinis-nya pada Hiro.

“Siapa kau?” tanya Hiro dengan cepat.

“Aduh, perang dunia akan terjadi!” batin Aluna. Namun tak lama ia teringat akan sesuatu, wajahnya sontak mengerut.

“Tunggu, Hiro bisa-“

“Jangan tanyakan pertanyaan merepotkan itu sekarang.”

Akan tetapi pertanyaan itu sontak terhenti oleh Joy yang langsung membungkam mulut Aluna.

“Aku tanya, siapa kau?!” Hiro kembali bertanya dengan nada yang lebih tegas.

Joy terkekeh kecil. “Hanya pengembara yang tersesat,” jawabnya singkat. Pikirkan saja jawaban tidak logis macam apa ini. Siapa pun tau pengembara memang bertugas mengembara seluruh dunia, kata ‘tersesat’ tak mungkin ada di kamus para pengembara.

Hiro menarik Aluna, “kalau begitu, ini bukan urusanmu!” derca Hiro.

Namun dengan cepat, Aluna menepis tangan Hiro. “Joy itu sahabatku!” ujar Aluna merapatkan diri pada Joy.

Hiro yang mendengar sontak terkejut, dalam sekejap Aluna pergi darinya. Hiro ingin menghentikan, namun siapa dia. Jika Aluna saja mengatakan kalau Joy sendiri merupakan sahabatnya.

“Luna, cobalah untuk mengerti...” pinta Hiro dengan nada lirih.

“Kaulah yang tidak mengerti perasaan ku, Hiro!” Aluna menjawab tegas. “Beberapa hari ini aku memendam semuanya. Dalam waktu 2 bulan ini aku bingung atas siapa diriku sebenarnya. Hingga akhirnya kenyataan membungkam ku secara mengerikan!” racau Aluna dengan geram.

“Luna...” Hiro melirih kecil penuh rasa bersalah.

“Aku berusaha lagi, lagi, dan lagi, agar bisa bebas dari semua ini. Aku tidak menginginkan tahta, Hiro… aku hanya menginginkan kebebasanku sendiri. Aku ingin ini semua segera berakhir, aku ingin semuanya usai secepatnya. Tanpa ada misteri, tanpa ada darah lagi! Aku takut, aku takut suatu hari aku kehilangan segalanya, aku takut kehilangan, ayahanda raja, aku takut kehilangan mama Isabella, aku takut... Aku takut kehilanganmu—Hiro…” Aluna melanjutkan ucapannya kini bersama derai air mata.

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang