SANGAT nampak jelas di mata Kenzo, kalau hari ini suasana hati sahabatnya sedang buruk. Sepanjang Kenzo berceloteh antusias tentang persiapan pernikahan dan ruwetnya pekerjaan, Nathan hanya memberi sahutan singkat. Mukanya pun ditekuk, ayam bakar dan lele kremes di kedai Ijul yang jadi menu makan malam mereka berdua terasa begitu lama tandasnya karena Nathan malah terlihat kebanyakan hanya memandangi nasi yang kepulan asap panasnya sudah menghilang itu, tanpa ada niat untuk melahapnya.
Kenzo jadi keheranan. Ia masih ingat betul ketika Nathan berujar padanya tentang Denis. Kalau segala sesuatu tentang gadis itu hanya sekedar perasaan peduli semata. Tidak lebih dari itu. Namun kenyataannya malah sebaliknya. Gelagat Nathan yang kedapatan berkali-kali mengecek notif ponsel, membuat Kenzo menyimpulkan jika Denis kini sudah tidak bisa dianggap sebagai kenalan semata. Nathan gelisah, jelas sekali kalau hari-harinya jadi terasa tidak lengkap tanpa eksistensi Denis.
Padahal tahun berlalu Kenzo menyimpulkan jika sahabatnya itu sudah mulai terbiasa lagi dengan hal yang selalu menemani Nathan, yaitu kesendirian. Namun kini keadaannya berbanding terbalik, Nathan tak bisa terlihat santai lagi. Pria itu sesekali terlihat cemas, kesal dan marah padanya tanpa alasan yang jelas.
"Lagi ngisi training kali Nat, makanya Denis nggak sempet bales chat lo."
"Udah seminggu dari gue nganterin dia balik terakhir kali. Marah kali ya dia sama gue?" tanya Nathan tanpa dosa.
"Lagian lo tiap kali ketemu dia ngajakinnya debat kusir mulu. Cewek mana yang demen digituin?" sahut Kenzo yang ikut kesal dengan kelakuan Nathan. "Terus pas besokannya lo mau jemput Denis, adek atau nyokap-bokapnya emang nggak ada di rumah? Kan lo bisa tanya tuh."
"Sepi. Sandy ada kerjaan di Bandung, kalau mama papanya Denis udah dari pertengahan tahun lalu netap di Jawa Tengah buat buka usaha kuliner."
Kenzo yang sejak tadi menyandarkan punggungnya di kursi, kini ia beringsut. Melegakan tenggorokannya dengan seteguk es jeruk. Sedikit gugup, tapi ia harus mengatakannya segera. Sebuah informasi yang datang dari anak buahnya yang bekerja di lapangan mungkin bisa sedikit memberi Nathan pencerahan tentang Denis yang hingga hari ini masih diam.
"Nat... Lo udah denger kabar soal Ivan yang terbaru belom?"
"Belom, dan nggak mau tau juga sih. Nggak penting." sahut pria itu tanpa rasa penasaran sama sekali.
"Mungkin nggak sih kalau Denis balikan sama Ivan? Soalnya gue denger bulan kemaren Ivan udah bebas."
Nathan meletakan kembali gelas berisi teh hangat yang hendak ia minum. Rasa mengganjal di tenggorokannya mendadak hilang begitu kalimat Kenzo sampai di telinganya. Pria itu bahkan bergerak merubah posisi duduk, menyerongkan badannya kini penuh ke arah Kenzo. Dengan mata yang terbelalak, Nathan menghela napasnya cepat, bibirnya kemudian meluncurkan tanya dengan perasaan yang berkecamuk dalam dada.
"Lo lagi nggak ngibul kan?"
"Yah... Untungnya buat gue apaan Nat? Gue nggak tega aja ngeliat lo kebingungan begini karena Denis. Sebenernya mah gue beneran nggak peduli nasib Ivan mau kayak gimana. Cuma siapa tahu aja Denis ngediemin lo gara-gara tuh cowok muncul lagi, alias ruang gerak tuh cewek udah mulai berkurang lagi. Bener nggak?" tutur Kenzo serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...