XVIII

630 47 8
                                    

Satu kata yang sekarang ada di otakku BODOH kenapa aku nekat menciumnya.

Setelah kejadian tadi aku mencium Dara, Dara langsung pergi dari hadapanku tanpa berbicara dan dia menuju kamarnya, aku? Tentu saja masih berdiri mematung sambil merutuki kebodohanku, sekarang apa yang harus aku jelasin ke Dara gimana kalau dia malah membenciku dan pergi dari sini agh aku meremas rambutku.

Aku perlu jelasin ini ke Dara, aku juga harus siap kalo menemui Dara dia menamparku atau memakiku wajar bukan dia melakukan itu dengan orang yang sudah kurang ajarnya mencium bibirnya apa lagi itu seorang wanita yang melakukannya sama sepertinya.

Aku menuju kamar Dara, tapi bukannya aku segera mengetok kamarnya aku hanya bisa mondar-mandir di depan pintu kamar mendadak nyaliku ciut untuk menemui Dara, tidak seperti tadi yang mengebu-ngebu menciumnya, dan berakhir bukannya menemui Dara malah masuk kekamarku dan membaringkan tubuhku.

Pikiranku kacau, kenapa bisa aku melakukan ini dengan buru-buru, bukannya aku mendekatinya secara perlahan, kalo sudah begini yang ada malah Dara malah menjauhiku.

Samar-samar aku mendengar suara pintu yang terbuka, aku langsung membuka pintu kamarku dan melihat Dara yg berjalan arah ke dapur, aku segera menyusulnya untuk berbicara kejadian yg tadi.

"Dar" panggilku saat terlihat Dara sedang mengambil minum

"Dar, ak.." ucapanku terpotong saat Dara membalikan badannya

"Kenapa kak? Kenapa kakak menciumku?" Ucapan Dara membuat aku bungkam

"A..ku, maaf Dar"

"Hanya itu? Penjelasan yang kakak kasih?"

Aku masih belum menjawabnya, aku hanya menunduk tidak berani melihat wajahnya aku takut kalau melihat wajahnya dia melihatku dengan jijik, dan Dara mulai melangkahkan kakinya ke arah kamarnya lagi, tapi buru-buru aku menahan tangannya agar tetap disini.

"Sebentar Dar" cegahku, dan dia hanya melihatku dengan Datar

"Aku bakal jelasin ke kamu, tapi bisa kita duduk di sofa aku gamau kamu terlalu banyak berdiri" aku menuntunnya untuk ke arah sofa dan kini aku berhadap - hadapan dengannya.

"Sorry for that, I think I'm attracted to you"

"You liar"

"No, I'm not lie really like you as a man to woman" Dara hanya diam tidak menjawab

"Please trust me Dar"

"Aku mau jadi orang satu-satunya yang bisa kamu andalin, jagain kamu dan dia" sambil aku terus menggenggam tangannya

"Tapi bukan gini kak, kita sama-sama perempuan"

"Aku sadar, dan sangat sadar akan hal itu, aku bisa tanggung jawab untuk hidup kamu kedepannya"

"Kak.."

"Kasih aku 1 kesempatan buat buktiin ke kamu kalau aku serius sama kamu dan ingin bahagiain kamu dengan cara aku"

"Kak.."

"Kalau sampai aku gak bisa bahagiain kamu dan kamu menderita jalin hubungan sama aku, kamu bisa pergi dari aku kapanpun kamu sudah gak nyaman sama aku Dar"

Dara tidak menjawab setelah beberapa saat aku berbicara, aku tidak bisa mengartikan mimik wajahnya.

"Kalo kamu gak bisa terima aku gapapa Dara, aku minta maaf sudah memaksamu" lalu aku berdiri untuk kembali ke kamarku, tapi sebelum aku melangkah Dara sudah bersuara

"Fine, I'm giving you a chance to prove your point" jawaban dari Dara membuat aku langsung membalikan Badan dan segera memeluknya

"Makasih, makasih sudah mau kasih aku kesempatan Dara" sambil aku terus memeluknya dengan erat

"Kak, Dara gak bisa nafas"

"Ah maaf Dara aku memelukmu terlalu kencang" sambil aku mengendurkan pelukannya dan menurunkan kakiku setengah berjongkok agar wajahku pas dengan perutnya

"Maafin Dada yah baby sudah menyakitimu" ucapku dengan mengelus dan mencium perut Dara

"Dada?"

"Hmm, aku mau setelah dia lahir memanggil aku Dada karna dia juga anakku" aku melihat ekspresi Dara yang kaget

"Makasih sudah mau nerima dia kak" ucap Dara sambil mengelus perutnya

"Aku yang harusnya bilang makasih karna kamu mau sama aku Dara" sambil aku mengelus kepalanya

"Jadi kita taken kan, kamu gak akan berubah pikiran?" Tanyaku memastikan

"Iya kak, you my girlfriend now" ucapnya

"Lebih tepatnya aku bakal jadi suami kamu versi wanita Dara"

"Kakak" aku memeluk Dara karna wajahnya yang sudah memerah

"Istirahat yu, di kamar aku aja aku pengen peluk kamu"

"Dara belum siap kak"

"Aku gak akan apa-apain kamu ko, cuman peluk aja janji deh kecuali kalo nanti kamu yang minta"

"Kakak ah udah Dara tidur di kamar sendiri saja"

"Hehe jangan dong bee" aku segera menarik tangannya dengan perlahan menuju kamarku

Setelah aku menidurinya di kasurku aku menarik Dara untuk tidur beralaskan lenganku sebagai bantalan dan lenganku satunya memeluk pinggangnya, posisi ini yang membuat aku nyaman.

"Jantung kakak itu kenapa berisik yah"

"Iya dia selalu berisik kalo deket kamu"

"Aroma badan kakak bikin baby dan aku tenang, jadinya gak mual kak"

"Bagus dong, baby tau kalau aku tulus sama kamu, dan mulai sekarang kamu bisa pelukin aku sepuasnya sekarang bee" dan Dara menyembunyikan wajahnya di cekruk leherku.

"Tidur yah bee, udah malem ini aku gak mau kamu kurang istirahat" sambil aku mencium kening Dara

Aku bersyukur Dara tidak marah padaku, dan mau memberiku kesempatan untuk bisa bersama dia, aku gak akan ngecewain dia apalagi di hubungan yang seperti ini.

Aku bersyukur Dara tidak marah padaku, dan mau memberiku kesempatan untuk bisa bersama dia, aku gak akan ngecewain dia apalagi di hubungan yang seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never Imagined (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang