8.1

6.2K 281 16
                                    

Beberapa menit telah berlalu sejak Feni pulang dijemput Gita. Sedangkan Sisca kini tengah menikmati sisa wine yang ada digelasnya sambil menatap pemandangan dari balik dinding kaca yang ada di ruangannya. Dapat dilihatnya suasana seluruh area SSS dari atas sini. Seperti para pegawainya yang mulai membereskan meja-meja yang telah ditinggalkan. Juga para pengunjung resto yang mulai beranjak pulang karena sudah mendekati jam close order. Bahkan pemandangan saat Feni mencuri cium pipi Ara tadi pun tak luput dari pandangannya. Tapi dia yang sudah lelah dan malas untuk memarahi Feni pun membiarkannya. Setidaknya bukan sekarang, tapi besok saat Feni kesini lagi mungkin akan dijewernya sahabat genitnya itu.

Dari sini terlihat Ara yang tengah membujuk seorang gadis kecil yang menangis karena terjatuh dengan menggendongnya dan memberikannya permen. Sebuah pemandangan  yang menghangatkan hati. Ibu dari anak itu pun terlihat memberikan gestur berterima kasih lalu mengambil alih untuk mengendong gadis kecil itu. Lagi-lagi pipi Ara mendapat ciuman, kali ini dari gadis yang ditolongnya barusan. Ara yang gemas pun mencium balik dan mengusap sayang kepalanya.

"Kak Ara emang suka banget ya Buk sama anak kecil?" Tanya Freya tiba-tiba. Tentu saja itu mengagetkan Sisca, karena dia sama sekali tak mendengar suara pintu diketuk atau langkah kaki anak semata wayangnya itu.

"Astaga nduk, ngageti aja lho. Kok Ibuk ga denger kamu masuk to?"

"Ibuk terlalu fokus liatin kak Ara kali, orang aku udah ngetuk pintu kok." Goda Freya dengan menaik turunkan alisnya tengil.

"Mana ada, wong Ibuk lagi merhatiin itu lho Mira yang lagi dimarahin sama Vivi gara-gara mecahin gelas." Kilah Sisca dengan menunjuk ke arah bar dimana memang terlihat Mira dan Vivi seperti sedang berdebat.

Freya pun hanya tersenyum maklum, Ibunya itu memang tsundere seperti Flora. Galaknya juga sama, dulu bahkan waktu dia lebih kecil, dia pernah berfikir bahwa jangan-jangan ayahnya Flora itu Sisca. Karena dibandingkan dirinya, sifat Flora lebih mirip Ibunya itu. Apalagi mereka berdua sama-sama suka memarahi Buna Feni padahal juga sangat menyayangi Buna Feni dengan caranya sendiri. Konyol memang, tapi begitulah Freya sudah overthinking sejak kecil.

Dia pun mengambil duduk disebelah Sisca lalu merebahkan diri dengan menjadikan paha Ibunya sebagai bantal. Sisca pun tersenyum dan membelai wajah freya lembut. Sekilas-sekilas dia dapat melihat dan merasakan perasaan Sisca lewat sentuhan itu. Biasanya itu takkan terjadi karena Sisca bisa membuat penghalang yang kuat. Tapi mungkin karena saat ini Ibunya itu sedang dalam pengaruh alkohol jadi penghalang itu pun melemah. Freya bisa merasakan betapa Sisca sangat menyayanginya, selain itu dia juga merasakan sedikit rasa sepi dan kehampaan di hati Ibunya. Lalu yang membuat Freya sedikit penasaran adalah samar-samar terlihat bayangan mamah Gracia dan juga kak Ara.

"Kenapa ngelihatin Ibu kayak gitu hmm?" Freya yang ditanya begitu pun hanya menggeleng dan tetap tersenyum. Sisca yang gemas pun menghujani wajah Freya dengan kecupan sayang hingga membuat anak gadisnya itu kegelian.

Freya pun menyembunyikan wajahnya di perut rata Sisca, tapi itu tak dapat menghentikan Sisca. Pipinya yang terkespos kini menjadi sasaran cubitan gemas Ibunya itu. Ara yang ternyata sedari tadi melihat pemandangan itu pun hanya bisa tersenyum hangat. Dia jadi rindu pada ambunya. Dulu mereka juga sangat dekat dan sering bercengkrama seperti Sisca dan Freya.

"Kamu ngapain berdiri aja disitu kayak patung Gupala Ra? Sini." Panggil Sisca dengan menulurkan sebelah tangannya yang bebas. Ara pun tersadar dari lamunannya dan berjalan mendekat.

"Kak Ara pengen dipeluk juga itu sama Ibuk." Goda Freya.

"Eh…eng..enggak Bu Sisca saya teh…" Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong oleh Sisca.

ARISAN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang