II { Broken Day }

197 21 0
                                    

#Onedaybefore

Karina mengambil jalur tercepat untuk pulang.

Malam menjelang setelah ia harus menghadiri rapat organisasi dan juga jam ekstrakurikuler yang entah mengapa mendadak ditambahkan.

"Bye, Rin..."

Ia membalas sapaan itu dengan senyuman kecil, lalu menaiki motor besarnya.

Memastikan jaketnya aman, begitu juga dengan tata letak helmnya, barulah ia menghidupkan mesin motor tersebut.

"KARINA! RIN!..., RINAAAAA-H. WOY! BUDEG LO YA!?"

Gadis itu dengan terpaksa mematikan mesin motornya kembali melihat kedatangan rekannya.

"Napa?"

"Besok-, hhh." Ia masih mencoba mengatur nafasnya. Sudut matanya tanpa sengaja menemukan keberadaan botol minum gadis itu yang menggantung tenang tepat di bagian sisi tas.

"Bagi minum Lo dikit,"

"EH, JANGAN DIABISIN-, ogeb."

Matanya berubah sewot melihat jumlah air di dalam botol itu tersisa kosong. Apakah gadis didepannya ini tak minum berhari-hari?

"Udah, cepetan. Kenapa sih? Gue masih ada urusan." tanyanya tak sabaran.

"Besok ada anak baru yang mau dateng. Lo jangan lama-lama. Temenin tuh anak ngisi formulir, sama anterin ke kelasnya. Kalau bisa sekalian kenalin sekolah kita,"

"Gitu doang?" herannya.

"Iyalah, gimana lagi?"

"Ogah."

Rekan OSIS nya menatap Karina yang langsung berlalu dengan tatapan tak percaya.

"Lah, terus gimana dong?"

"Ya nggak gimana-gimana."

Matanya membulat, menatap sekeliling. Lingkungan sekolah tampak horor tanpa siswanya, ditambah lagi ini sudah mulai gelap.

"SETAN!"

√^°^~~~

"Cepat, Karina. Kalau kamu tidak disini dalam lima belas menit, awas aja kamu."

Karina menatap pias handphonenya. Baru saja pulang sudah disodorkan ancaman secara online oleh papanya.

Bergegas ia berlari menuju lantai atas, tepatnya menuju kamarnya yang tiba-tiba saja rapi.

Namun tak ada waktu untuk memikirkan hal itu. Makan malam bersama kolega bisnis ayahnya harus benar-benar sempurna.

Karena ia tak mau mempermalukan keluarganya, dengan berat hati ia mengambil satu dress dari closet,-itupun berwarna hitam, lalu berlari terburu-buru menuju kamar mandi.

Tak sampai lima menit, Karina sudah keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang rapi.

Ia memberikan riasan tipis seadanya, lalu mengambil Tab yang tergeletak di tempat tidur.

Katanya sih, supaya tidak bosan.

Lalu berjalan mengambil kunci motor dan dompetnya.

Tunggu. Langkahnya terhenti. Bagaimana ceritanya ia mengendarai motor besar dengan mengenakan dress?

Dengan terpaksa ia berbalik untuk mengambil kunci mobil,-hadiah ulang tahun pemberian pamannya dua tahun lalu, yang bahkan belum pernah ia pakai hingga saat ini.

Karina benar-benar malas mengendarai kendaraan beroda empat itu. Karena selain merepotkan, benda itu akan menarik perhatian karena harganya yang berada diluar nalar, walaupun eksistensinya yang menaiki motor selama ini tetap menarik perhatian.

Partner ; Rôle De TueurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang