Dengar-dengar Adimas juga mengajak teman sekelasnya yang lain sekiranya jikalau saja mereka ingin membantu kepindahannya.
Adel berusaha datang lebih dulu dari yang lain toh rumah mereka tak jauh hanya berbeda lorong saja.
Entah apa yang merasuki diri Adel, gadis itu pulang-pulang dari sekolah sesegera mungkin membuat cemilan untuk teman kelasnya lebih tepatnya juga untuk Adimas sendiri.
dia membuat strawberry cream sandwich dan juga sup buah. Sebelum jam yang ditentukan, Adel sudah tertatih-tatih menuju meja makan mengangkat minuman dan cemilan yang telah dibuatnya.
Tak disadari, Ibu dan Kinanta diam-diam memperhatikan aktivitas Adel dari balik horden. Ibu tersenyum saja usai Kinanta berbisik, "itu buat Adimas loh."
"Gak apa-apa biarin aja adikmu itu. Jangan diganggu," nasihat Ibu ke Kinanta.
Kinanta mengedikkan bahu menyuruh Ibu untuk pergi meninggalkannya dengan Adel. Ada satu hal yang ingin dibuatnya.
"Mau gue anter gak?"
Adel mendengus memutar bola matanya sembari bertolak pinggang. "Kak kalo lo mikir aneh-aneh mendingan gak usah basa-basi deh."
Jangan salahkan Adel ketika dia dengan kasarnya berlagak demikian kepada Kinanta sebab kakak perempuannya itu sudah memasang mimik mengesalkan bagi Adel. Senyum Kinanta terlihat jenaka Adel paham apa maksud dari senyuman itu.
"Well, gue ikhlas nawarinnya kok. Masa bawain Adimas banyak gini pake motor."
Adel memicingkan bola matanya seraya masih membungkus sandwich manis buatannya. "Deket kok, ngapain juga minta tolong."
"Yaelah buang-buang energi. Sini gue anter aja, sekalian mau ke rumah leting gue."
Adel menunjuk tupperware berisi sup buahnya dan gelas sekali pakai yang sudah dipersiapkan ke Kinanta. "Yaudah itu angkat aja langsung. Ini udah gak lama," pintahnya.
"Okay Boss." Kinanta segera membantu Adel.
Sesegera mungkin Adel keluar rumah membawa keranjang berisi cemilan menuju mobil Kinanta terparkir.
Kinanta merekam Adel yang tengah berjalan menuju padanya. "Cie cantik banget padahal cuman buat bantuin Adimas pindah-pindah doang udah kayak mau nge-date aja lu."
Adel tersontak dia seperti ditelanjangi dengan komentar itu. Dia meringis. "Emang iyaa?" Tanyanya merenungkan pakaiannya.
"HEH BURUAN!"
Adel diteriaki Kinanta karena gadis itu sudah memutar badannya penuh sebab berubah pikiran untuk mengganti pakaiannya.
"Gue canda doang Dell...."
"Serius ini gak berlebihan?"
Kinanta tersenyum lembut dari dalam mobil. "Enggak adikku sayang. Gue canda doang, ayo buru."
Adel mengerutkan dahinya, dia sendiri sudah tidak sepercaya diri sebelumnya. Takutnya dia memang terlihat berlebihan hanya untuk membantu kepindahan Adimas.
●●●
Setibanya, ternyata dia paling telat dari yang lain. Mata mereka semua tertuju pada Adel yang baru saja turun dari mobil.
Saat Kinanta hendak menyusul turun guna membantu adiknya mengangkat makanan yang sudah dibuat, Adimas menyusul lalu berkata, "biar saya aja kak."
"Eh Dim, maaf yaa...." Kinanta melambai pada yang lain usai menepuk lengan Adimas yang melewati jendela mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bully and The Victim
Teen FictionAda takdir yang mampu diubah oleh manusia, usaha untuk memperbaiki dirinya dan yang diimpikannya. Bagaimana ketika dulu ia yang terburuk kini menjadi yang terbaik. Bagaimana ketika mimpinya yang cerah tak secerah milikmu. Dan bagaimana ketika ia...