"Ayo bangun!" Dengan nada memerintah, Jisoo sedikit mengoyangkan kakinya agar Jennie bangun. Tapi, tetap saja Mommy dari bayinya itu masih sibuk untuk menyembunyikan wajah di bahu nya.
Jisoo tidak paham. Apa yang membuat Jennie masih malu? Padahal kan, Seulgi sudah pergi sedari tadi. Lalu, Jisoo juga lapar. Jadi, Dengan helaan napas kasar. Jisoo menelusup kan tangan nya di lutut kaki Jennie dan tangan yang lain memegangi tubuhnya.
"Ck, Jika mau digendong bilang saja." Jisoo berdecak sembari mengangkat tubuh Jennie dengan gaya pengantin.
"Yak! Kim Jisoo!" Jennie jelas kaget dengan Jisoo yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya. Tangan nya dengan erat melingkari leher Jisoo. "Apa yang kau lakukan?! Cepat turunkan aku, nanti jatuh!" Protes Jennie. Kini wajahnya menatap Jisoo nyalang.
"Tidak akan jatuh jika kau berhenti bergerak, Jen" Ucap Jisoo santai, Dia bahkan melempar sedikit tubuh Jennie untuk membenarkan posisinya.
"GOD!! JISOO!" Jennie berteriak ditelinga Jisoo membuat Jisoo meringis karena telinganya berdengung.
"Astaga, Bisa tidak kau diam? Lalu, Tolong longgarkan tanganmu. Apa kau mau mencekikku sampai mati, Unnie?" Jisoo berkata dengan nada mencela mengabaikan wajah ketakutan Jennie yang menatapnya dengan tajam.
"Turunkan aku! Aku ini berat Jisoo! Nanti kalau jatuh bagaimana?"
"Menurut mu, siapa yang mengendongmu dari basement sampai ke kantormu?" Jisoo berkata dengan sinis saat menatap Jennie yang berada di gendongan nya. "Percaya atau tidak, dengan beratmu yang sekarang. Aku bisa mengendongmu selama dua jam penuh"
Mendengar Nada sombong dari Jisoo, Jennie seketika memutar mata nya. "Jangan bercanda" Ucap Jennie dengan tidak percaya.
"Bercanda?" Jisoo mendengus dan mulai melangkahkan kakinya untuk pergi ke ruang kantor Jennie. "Kau sudah melihat tubuhku. Apa menurutmu otot di tubuhku hanya untuk candaan?"
Perkataan Jisoo berhasil membuat otak Jennie kembali mengingat soal tubuhnya. Jennie mengingat abs nya yang sempurna dan otot bisep nya yang keras saat menjebak tubuh Jennie diantara keduanya. Pipi Jennie seketika berubah memerah saat pikiranya berkeliaran dengan liar.
Namun, dia langsung tersentak ke kenyataan saat suara acuh Jisoo kembali terdengar. "Aku tidak mau menganggu mu dengan apapun yang sedang kau pikiran, Unnie. Tapi, Kita perlu mengambil barang-barang di ruangan mu sebelum pulang. Jadi Bisa tolong buka kan pintu nya? Aku terlalu sibuk memegangi seseorang jadi tidak bisa membukanya sendiri."
Jennie menatap malas kearah Jisoo dan kembali berbicara dengan nada ketus. "Mangkanya, sudah aku bilang turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!"
"Ck" Decak Jisoo pelan sebelum dengan terpaksa mengiyakan perkataan Jennie. "Oke, Apapun yang Mommy Jen inginkan" Ucap Jisoo sambil membungkuk untuk menurunkan Jennie.
Jennie hanya mendengus lalu melangkah mendahului Jisoo untuk masuk ke kantor nya sebelum beralih menuju ruang istirahat nya dengan Jisoo yang mengikuti di belakangnya.
Setelahnya, mereka bersiap-siap untuk pergi keluar. Jennie mengambil jaketnya yang digantung dan memakai nya. Lalu, mengambil milik Jisoo untuk diserahkan kepadanya. Jisoo menerimanya sambil mengucapkan terimakasih, Sejak dia melepas seragam sekolahnya, Jisoo hanya menggunakan Kaos lengan panjang rajutan dan celana training.
Jisoo kemudian memakai jaketnya sebelum beralih kearah rak sepatu untuk mengganti sandal santainya dengan sepatu sekolahnya. Jennie mengikuti untuk memakai sepatunya juga.
"Kau bisa memakai sepatu sendiri?" Tanya Jisoo berhasil membuat Jennie menatapnya heran.
"Kenapa aku tidak bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanfictionRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...