CHAPTER 2: ON THAT NIGHT

14 3 3
                                    

Berbicara banyak hal bersama sahabat, sudah pasti menyita waktu yang sangat lama. Tanpa terasa sudah 5 jam Adinda, Jemima, Caleb dan Mahesa duduk makan, minum dan bercengkrama, membahas hal-hal sederhana sampai masalah kompleks yang tengah terjadi di dunia.

"Parah gak sih tuh, masa korupsi dua puluh juta, dipake buat apaan?" Celoteh Jemima, dengan emosi yang menggebu-gebu. "Gak mikirin karyawannya apa gimana sih? Kan gak semua yang kerja tuh masih single, lagian baru mulai usaha aja udah curang, gimana kedepannya?"

Caleb terkikik mendengar ocehan perempuan di depannya itu.

"Orang jahat mana sempet mikir kesana? Yang dia pikirin mah cuma berapa banyak duit yang bisa dia ambil buat foya-foya. Betul apa betul?"

"Betul!" Jawab Mahesa dan Adinda bersamaan.

"Orang gila itu mah." Sambung Adinda.

Jemima masih dengan raut kesalnya, menghabiskan sisa minumannya dalam sekali sedot. Sudah hampir jam tujuh malam, dirinya harus segera pulang mengingat masih banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan dan peraturan ayahnya yang mengharuskannya untuk sampai di rumah paling lama jam setengah delapan malam.

"Balik yuk guys, udah hampir jam tujuh. Bokap gue lagi rese." Ajak Jemima.

Mahesa melirik jam tangannya dan mengangguk. Dirinya juga harus pulang karena ada latihan musik dengan teman-temannya di rumah.

"Gua juga harus balik, ada latihan buat hari Sabtu di rumah." Sahutnya.

Dan akhirnya mereka sepakat untuk pulang dan mengakhiri sesi bincang-bincang mereka. Realita kehidupan menanti, tak bisa terelakkan lagi.

Setelah Jemima dan Adinda membayar di kasir, mereka berempat pun keluar dan langsung menuju motor masing-masing.

"Sama gua atau sama Caleb, Jem?" Tanya Mahesa.

Jemima sambil menggunakan jaketnya menjawab, "sama lo lah. Kan perginya sama lo, tanggung jawab. Laki bukan?" Ekspresi menantang dan menuntut ditujukan pada Mahesa.

Sontak Caleb dan Adinda terbahak.

"Iya gue lakik, iya gue tanggung jawab. Kan goals hidup gue mau jadi laki-laki yang bertanggung jawab buat anak-anak kita kelak." Sahut Mahesa sambil menaik-naikkan alisnya.

Jemima memasang tampang mual dan ingin muntah, disusul suara tawa yang sama dari dua sahabatnya yang kini tengah menonton drama kecil Jemima dan Mahesa.

"Geli, gak cocok lu main drama, Hes." Ujar Caleb geli.

"Udah ayo cepetan, lu mau kena omel bokap lu? Gue sih gampang, kalo ditanya, gue bilang aja, 'Jemimanya yang lama om, pake helm aja lima belas menit, padahal dia yang woro-woro minta pulang'." Balas Mahesa, lalu menstarter motornya. "Masih mau bareng gak? Gak mau ya udah, gue balik sendiri."

"Eh eh enak aja, bareng! Awas lo ngomong macem-macem sama bokap!" Semprot Jemima lalu naik ke jok motor Mahesa, tak lupa menepuk pundaknya dengan cukup keras.

"Brutal banget jadi cewek??!" Protes Mahesa.

"Dah ah lama, udah malem Maheeeeees!" Jawab Jemima dengan suara keras.

"Ya siapa bilang pagi Jem?" Sahut Adinda sambil menahan tawa.

"Dah lah makin lama gue di sini, capek. Temen-temen gue nunggu. Duluan ya." Mahesa pamit, disambut lambaian tangan Adinda dan Caleb. Lalu kedua orang tersebut pun meninggalkan halaman parkir cafe.

Tersisa Adinda dan Caleb yang masih berdiri dekat motor hitam matic milik Caleb. Keduanya tampak enggan untuk segera pulang padahal tubuhnya sudah berteriak lelah.

Nouveau Départ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang