Prologue

479 41 2
                                    

.
.
.

Terlentang di atas kasur empuk, menatap langit-langit sembari menaruh konsol game dengan sembarangan. Waktu tenang seperti ini tak akan ia dapatkan di manapun bila kembali ke Blue Lock. Pemuda berambut putih itu bertekad untuk menghabiskan abunya dengan penuh dedikasi. Lantas, iris hitamnya bergulir, melirik ke arah jendela yang mulai menampakkan sinar mentari detik demi detik.

Tidak salah lagi, pagi telah tiba.

Kantung matanya terlihat seperti panda, hitam dan kusam. Suara menguap terdengar menggema di ruangan, katakan saja efek lelah. Ia berguling, berniat untuk memeluk bantal guling.

Tok, tok, tok!

Suara ketukan menunda niatnya. Lekas saja, dahinya mengerut, menatap enggan pada pintu kamarnya. Helaan napas ia embuskan, malas untuk membuka gagang tersebut. Tidak ada orang lain yang dapat masuk ke kamar miliknya, selain kedua orang tersebut. Kalau begitu, ia tidak perlu bersusah payah menggunakan energi.

"Nagi, apa kabarmu?!" sapamu dengan antusias, membuka pintu seolah telah berhasil mendobraknya.

Tak sengaja, ia terjatuh dari kasur, membuatnya mengaduh kesakitan. Mendapati dirinya yang seperti itu, kau tertawa kecil dan kembali mengangkat suara, "Ini sudah pagi, lho! Apa kau masih ingin berdiam diri di sini, sementara hari telah cerah?"

"Uhn ... sedikit lagi aku keluar, ya? Aku akan menyusul kalian."

Pemuda berambut putih itu membalas, setengah mengantuk. Kau mencibir, mendekati sosoknya yang terlentang di atas lantai sembari menghela napas pelan. Reo mengikut, menunjuk tepat di depan wajahnnya, "Kami sudah hafal kebiasaanmu di luar kepala, Nagi. Ayo, cepat bangun! Kalau tidak, yang lain bisa-bisa akan meninggalkanmu di sini."

Melihat Reo yang mengomeli Nagi layaknya seorang ibu kepada anaknya, meloloskan kekehan kecil dari bibirmu. Lantas, kau mengulas senyuman, memperlihatkan dengan jelas melalui ponsel genggam milikmu. Iris keabu-abuan itu mengerjap dengan malas, ekspresi enggan di wajahnya belum juga berganti.

"Nagi, ayo kita ke onsen!"

Kau mengajak, memberikan tatapan berbinar yang mampu membuat Nagi menutup matanya untuk sejenak. Nagi memalingkan wajah, mengabaikan detak jantungnya yang kian berdetak cepat.

"Hari ini, kalian ada jadwal ke onsen. Aku diminta bantuan oleh Anri-san untuk membawa kalian agar dapat liburan ke sana!" tuturmu melanjutkan.

"Eh, merepotkan. Apa perlu ke sana semua?"

"Ya iyalah, kita tidak boleh melewatkan kesempatan ini! Siapa tahu, selama liburan di sana, kita menemukan kelemahan yang lain, bukan? Atau, bisa saja Blue Lock memberi kita pelatihan khusus hanya pada hari itu saja."

Reo menjelaskan dengan penuh semangat, menggebu-gebu, menandakan bahwa ia tidak sabar untuk datang ke tempat itu. Sementara, kau mengangguk, menyetujui kalimat sang tuan muda tersebut.

Satu matahari saja sudah terlalu menyilaukan, apalagi ditambah dengan satu bintang. Toh, ia juga sudah menemukan keinginan untuk melangkah bersama mereka berdua. Mau tak mau, Nagi mendengkus kasar, melepaskan game-nya dengan berat hati seraya bangkit. Ia memijat leher belakangnya, iris abu-abu itu bergulir malas lalu bertanya, "Kalau di sana, sepertinya minum susu setelah mandi terdengar tidak buruk juga."

Kau dan Reo melirik satu sama lain, memasang seringai kecil dan menepuk tangan. Lekas saja, kalian berdua bersiap-siap.

"Hm, Reo, aku akan membantumu menyiapkan pakaian untuk Nagi," ujarmu.

"Terimakasih, [Name]! Haha, kalau di sana, sepertinya akan ramai! Oh, apa kau akan ikut juga nantinya?"

"Tentu saja, Anri-san pergi, aku juga perlu ke sana. Toh, aku tidak bisa meninggalkan kalian berdua. Aku sudah membicarakannya dengan Anri-san, kalau akan fokus membantu kalian berdua agar bisa mencapai liga dunia."

Reo mengacak helaian rambutmu, merasa senang. Dalam obrolan itu, iris abu-abu tersebut memperhatikan dalam diam. Ada sesuatu yang aneh muncul dalam dirinya sejak lama, namun ia tidak paham apa itu.

Tiap kali dirimu hadir, Nagi merasa aneh.

Ia membatin, 'Kuharap kau tidak ikut ke onsen bersama kami, sih ....' sembari memegang dadanya  yang terasa penuh.

.
.
.

Hotspring ⇢ Nagi Seishirou × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang