MOVE ON

part 4

"Ciyaa, aku bener-bener minta maaf sama kamu. Tapi aku harap setelah ini  kita masih bisa berteman baik. Aku nggak pengen kita musuhan hanya karena hubungan kita berakhir sebagai mantan pacar."

Ciyaa kembali menampakkan senyum palsu. Gadis itu berusaha kuat menerima keputusan ikkyy.

"Ky, bagi kamu mungkin berteman dengan mantan adalah hal yang mudah. Tapi bagi aku enggak. Aku berusaha untuk maafin kamu, tapi untuk berteman lagi sama mantan aku nggak sanggup."

"Tapi ci-"

"Aku pulang dulu. Aku harap kamu akan nyesel sama keputusanmu sendiri suatu saat nanti ky. Dan ini obrolan terakhir kita. Anggap aja dua orang yang pernah saling membahagiakan tapi sekarang jadi orang asing."

Tanpa basa-basi, ciyaa pergi meninggalkan ikkyy yang masih berdiri mematung.

"Gila! Semua laki-laki sama aja!"gerutu ciyaa sembari terus berjalan tanpa memperdulikan orang-orang sekitar yang mulai memperhatikan dirinya. Ia terus saja berjalan dengan air mata mengalir deras. Ia pulang dengan hati yang hancur. Laki-laki yang ia pikir tak akan pernah mematahkan hatinya, kini malah melakukannya.

Taman itu menjadi saksi berakhirnya hubungan antara ikkyy dan ciyaa. Pasangan yang hampir tak pernah ada perselisihan dalam dua tahun hubungan mereka.

        *****

                                              𝙋𝙪𝙠𝙪𝙡 09:00

"Sial! Ini semua pasti gara-gara ucapan ikkyy kemarin." ucapnya serak dengan mengacak rambutnya kasar dan mata sembabnya. Ia melirik jam dindingnya, tepat pukul sembilan pagi.

Pikirannya kembali pada kejadian kemarin. Gadis yang akrab dipanggil ciyaa itu baru saja patah hati, bukan patah hati lagi, melainkan putus cinta.

Kata sepihak mungkin kata yang cocok untuknya. Tanpa alasan yang jelas ikkyy meminta putus darinya. Jelas, jika ciya menanyakan alasan mengapa ikkyy memutuskannya, setelah ikkyy tak memberikan alasan logis ciya hanya mengiyakan ajakan untuk putus. Karena bagi gadis itu tak ada gunanya mempertahankan seseorang yang bahkan tak ingin diperjuangkan. Ia bukan tipikal yang suka memohon cinta.