Part 10. Club

5.9K 372 34
                                    

“Seorang wanita yang menutup aurat itu, ibarat mutiara yang berada di dalam cangkangnya. Maka dari itu, Islam mewajibkan seorang wanita menutup aurat untuk melindunginya dari pandangan buas para lelaki”

-Takdir Sang Ilahi-

°°°

⚠️ Perhatian. Ada sedikit adegan yang tidak baik ditiru⚠️

Baca dengan benar dan bijak ya!!

Baca dengan benar dan bijak ya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari berlalu. Herman menyodorkan sebuah kotak besar ke arah Alifah. Kening Alifah berkerut melihat kotak besar itu. Hari ini, Alifah mengambil izin atas perintah dari ayahnya yang berkata akan ada acara nanti malam.

"Apa ini ayah?" tanya Alifah.

"Ayah membelikan kamu gaun dan nanti malam kamu harus pakai gaun itu," sahut Herman dengan duduk santai sambil menyilangkan kakinya.

Tangan Alifah terulur untuk mengambil kotak besar tersebut lalu membukanya. Mata Alifah berbinar, terdapat sebuah gaun indah dalam kotak itu. Namun sesaat tersadar, jika gaun itu tidaklah cocok untuk dirinya pakai. Pikir Alifah. Karena gaun itu terbuka dan sangat tidak pantas untuk Alifah pakai yang berhijab saat ini.

"Gimana kamu suka?"

Alifah mendongak dan menatap sang ayah. "Alifah suka, yah. Tapi, gaun ini gak cocok buat Alifah."

"Nggak cocok gimana?"

"Ayah tau sendiri bukan, kalau Alifah sekarang udah berhijab. Dan gaun ini, Alifah merasa ini sangat terbuka." ungkap Alifah dengan bicara hati-hati.

Herman mengangguk paham. "Tidak apa-apa. Hari ini aja, kamu lepas hijab kamu dan memakai gaun itu. Ayah yakin, gaun itu sangat cocok buat kamu. Ayah sudah membelikan khusus buat kamu untuk acara nanti malam." balas Herman. Tanpa menyadari jika Alifah sangat kecewa dengan perkataan sang ayah.

Alifah menatap ayahnya dengan tatapan kecewa, karena menyuruhnya untuk melepaskan hijab yang membuatnya menyadari arti sebuah mahkota seorang wanita.

"Tapi, ayah—" suara Alifah tercekat saat satu tangan sang ayah terangkat ke depan.

"Alifah, apa melakukan ini kamu merasa keberatan? Selama ini, ayah tidak pernah meminta apapun. Tetapi, sekarang ayah meminta hal ini sama kamu, kamu menolak?" kata Herman dengan nada bicara yang terkesan kecewa.

Alifah terdiam. Tatapannya lurus ke depan dan menatap sang ayah yang terlihat kecewa kepadanya. Alifah bukannya menolak, tetapi ia ingin ayahnya mengerti dengan keadaannya sekarang.

"Itu terserah kamu! Jika memang kamu menolak pemberian dari ayah, ayah akan sangat kecewa sama kamu." setelah berkata seperti itu, Herman lantas berdiri dan meninggalkan ruang keluarga tersebut.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang