Alerie sedang duduk di dalam perpustakaan, mencari-cari sebuah buku. Dia sudah berada disana sejak 3 jam lalu, alerie bukanlah dewi utama yang mengetahui seluruh rahasia alam semesta. Alerie hanyalah dewi biasa yang hanya memberi berkah dan keseimbangan alam. Jadi untuk masalah pengetahuan manusia, alerie hanya punya pilihan untuk membaca buku di perpustakaannya.
"Ahk..." teriak alerie kaget merasakan sentuhan pada pundaknya. "Bisakah kau memberi salam terlebih dahulu, al? Kau selalu membuatku kaget. Astaga, lihat wajah tidak bersalah mu itu." Ucap alerie dalam satu tarikan nafas dengan wajah kesal. Lalu melanjutkan pencarian bukunya, allard menatap bingung.
"Anda punya hobi baru sekarang? Buku? Hahaha." Ledek Allard sambil memegang perutnya yang sakit akibat tertawa tanpa henti. Setelah mengatur nafasnya dia bertanya dengan wajah yang sedikit serius. Sejak kehadiran Dave, Allard mulai memiliki ekspresi beragam sekarang dia sudah mulai bisa menunjukkan perasaannya.
"Jadi buku apa yang anda cari, dewi?" Allard ikut mencari buku yang dia sendiri tidak tau judulnya.
"Taktik perang dan pelatihan pedang." Jawab alerie singkat tanpa memalingkan wajahnya dan terus mencari buku tersebut. Allard menaikkan sebelah alisnya, "anda? Berperang? Apa anda demam?" Wajah allard tampak bingung, sejak kapan alerie mau belajar berpedang. Bukankah itu hal yang diluar kendali nya? Bahkan melenceng dari tugasnya.
"Semalam aku tak sengaja melewati kamar Dave. Bukannya tidur dia malah berlatih pedang, seperti nya dia ingin jadi ksatria. Bukankah itu keren, aku ingin mendukung impiannya al." Jelas alerie menggebu-gebu dengan senyum di wajahnya.
"Dave? Berpedang? Perang? Kenapa anda susah payah mencari buku dan mengajarinya sendiri. Tidakkah anda memiliki kenalan lama yang ahli dalam bidang ini?" Ucap allard lalu duduk menghentikan aksinya mencari buku.
Alerie memicingkan matanya. "Siapa yang kau maksud?" Tanya alerie penuh selidik. Allard menarik nafas dalam-dalam, "Teman lama anda, dewa ares." Jawab allard menahan kesal, bagaimana dewi ini bisa bertahan hidup tanpanya didunia yang kejam ini. Dia bahkan terbiasa melupakan hal-hal kecil yang berakibat fatal.
Alerie tersenyum sumringah. "Astaga ares ku sayang. Kenapa aku melupakannya." Ucap alerie girang. Lalu bergegas pergi ke tempat main god untuk bertemu ares, si dewa perang.
Ah tidak, alerie berhenti saat hampir merapalkan kan semua mantra teleport nya.
"Bagaimana progress penyelidikan tentang orang tua Dave? Apakah ada perkembangan?" Tanya alerie serius.
Allard menoleh ke beberapa buku pada rak yang tersusun rapi. "Saya punya beberapa kandidat orang tua Dave sesuai umur, warna rambut, dan warna mata. Awalnya saya mencari pada kalangan rakyat biasa, namun tidak ada yang memiliki ciri seperti dave. Baik di kerajaan finiz ataupun kerajaan agily, akhirnya saya mendapat 5 kandidat bangsawan termasuk keluarga kerajaan agily."
Jelas allard mendetail.Alerie mengangguk. "Secepatnya mari temukan orang tua Dave, jika mereka memang membuang Dave. Mari habisi mereka, jika mereka memang kehilangan Dave. Mari antar dave pulang dengan selamat." Alerie lanjut merapalkan mantra dan menghilang ke tempat dewa ares.
.
.
.Alerie tiba di tempat dewa ares sambil membawa bunga teratai biru yang hanya tumbuh 100 tahun sekali sebagai 'buah tangan' bukan untuk menyogok ares agar mau mengikuti kemauannya. Kalian tau? Ini hanya hadiah untuk teman lama tanpa pamrih.
"Selamat pagi, dewa ares." Ucap alerie memberi salam lalu membungkukkan badannya hormat.
Ares meggidikkan bahunya. "Ayolah al, hal menggelikan apa yang kau lakukan. Setelah lama tak bertemu kau terlihat semakin aneh dan mengerikan." Ledek ares sambil berjalan ke arah alerie dan langsung merebut teratai itu.
"Kau masih sama seperti biasanya. Ceroboh dan tak tau malu." Ketus alerie sambil mentoel jidat ares. "Terimakasih untuk hadiahnya teman. Jadi kau kemari karna merindukanku? Oh kemarilah, aku butuh pelukan hangat." Ucap ares blak-blakan sambil merentangkan tangannya.
"Ck. Berhentilah bersikap menjijikan ares. Huaaaa... kau semakin mengerikan sekarang. Siapa yang menyangka kau memiliki sisi imut ini sebagai dewa perang." Alerie terkekeh geli.
"Kau sangat jahat padaku al." Rengek ares dengan wajah cemberut. "Jadi kenapa kau kesini." Tanya ares serius, wajahnya berubah dalam hitungan detik.
Alerie menarik nafas dalam dan menghembuskannya. "Baiklah ar, maukah kau membantuku? Aku ingin meminjam 1 bawahanmu yang ahli untuk mengajari orang ku cara berpedang dan taktik perang." Jawab alerie panjang lebar.
"Hah? Apa?" Ares tersentak kaget.
"Booooleehkah??" Alerie memelas dengan puppy eyes nya.
Ares berdecak kesal. "Kau ingin melengserkan ku sebagai dewa perang? Kau ingin bersaing denganku?" Tanya ares tak terima.
"Hey, gunakan sedikit otak kecilmu untuk berpikir jernih. Aku ingin mengajari seorang anak manusia. Bukan untuk menyaingi mu. Tapi untuk kelangsungan hidup ku. Kumohon ar." Pinta alerie sekali lagi.
Ares menggeleng pelan, dia memang tak pernah bisa menolak permintaan alerie sejak dulu. "Apapun untukmu, dewi."
"Aaaaa terimakasih ar, kau yang ter~baik." Jawab alerie kegirangan.
"Aku yang akan mengajarinya secara langsung. Aku jamin dia akan bisa menguasai banyak teknik pedang dalam waktu 2 hari." Jelas ares. "Jadi bagaimana jika kau menginap sehari disini al?" Lanjutnya lagi.
"Bukannya aku tak mau menginap ar, aku mempunyai banyak pekerjaan yang belum kuselesaikan." Tolak alerie halus.
"Baiklah, kau memang selalu memiliki banyak alasan untuk tinggal lebih lama dengan ku."
Alerie terkekeh kecil. "Terimakasih untuk bantuanmu ares. Aku menyayangimu. Selamat tinggal." Ucap alerie sebelum benar-benar menghilang dari pandangan ares.
"Aku juga menyayangimu al." Ares menyunggingkan senyum tipis.
.
.
."Ah aku sangat lelah hari ini. Haruskah aku bertemu dave untuk menghilangkan beban ini." Batin alerie saat sedang melakukan pekerjaannya yang sempat tertunda.
"Sebaiknya kau pergi biar aku yang mengurus sisanya, dewi." Ucap allard seakan tau isi pikiran alerie.
"Kau manis sekali allard, aku akan memberikanmu hadiah nanti." Alerie bergegas berjalan cepat ke ruang kaca tempat Dave berada.
Allard tersenyum kecil. Ya lagi pula ini memang tugasnya sebagai tangan kanan dewi.
Diruang kaca.
Allerie berlari ke arah Dave yang masih sibuk menyantap camilan sorenya yang di buatkan oleh Allard sebelum menemui alerie tadi."Hai pria kecil, mari berbagi camilan dengan ku." Ucap alerie lalu mencemot kue kering itu. "Hei, kenapa pria kecil ku tampak sedih. Apakah kue ini tak enak? Apakah kau mau aku mengambil yang lain?" Tanya alerie panik karna raut wajah Dave yang tak bersahabat. Mungkin dia lelah. Atau ada masalah lain? Apa dia rindu kampung halaman? Tempat tanpa prikemanusiaan itu? Tidak mungkin kan?
Dave hanya menggeleng pelan. Alerie yang tak terima di diamkan langsung bersimpuh di depan Dave. "Kau sakit?" Ucap alerie sambil memegang kening dave.
"Aku akan menikahimu saat aku besar nanti. Jadi berhentilah memberikan tatapan hangat mu pada orang lain." Ucap Dave sungguh-sunggung.
"hahaha... baiklah-baiklah. Makanlah camilan ini dengan lahap. Lalu tumbuhlah dengan baik dan jadilah pria tampan. Saat hari itu tiba. Nikahilah aku dengan memakai tuksedo hitam." Jawab alerie tanpa menganggap serius ucapan anak usia 5 tahun itu. Ya wajar saja dia cemburu, alerie adalah keluarga pertamanya saat ini. Jadi wajar saja Dave sedikit lebih protektif kepadanya.
Aku benar-benar akan jadi pria tampan dan menikahi peri suatu hari. Batin dave.
Sangat menggemaskan. Batin alerie lalu mencubit pipi bulat Dave.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Won't Fly : The Place We Can't Be Found [END]
Historische RomaneCerita romance historical sederhana yang memiliki alur cerita ringan. Bisa dibaca tanpa emosi dan tidak melelahkan pikiran. Semuanya berjalan sesuai ekspektasi, tebakan dan harapan pembaca. Tidak ada tokoh antagonist yang berarti, tanpa teka-teki da...