#38 - Ling Jianjian

305 66 21
                                    

Appa belum mendarat di Bandara Incheon ketika aku sadarkan diri. Paman David sudah berulangkali terhubung dengan orang-orang di Seoul, terutama Jaehyun Hyung dan Jeha Hyung, tetapi mereka semua menjawab bahwa Appa belum tahu soal kecelakaan Choi Jiwoo. Salah satu kebiasaan Appa ketika berada di pesawat adalah tidak menerima pesan berbentuk apa pun. Appa memanfaatkan waktunya untuk beristirahat atau mengurus kami –aku dan Jaehyun Hyung— apabila kami bertiga pergi bersama.

Dari kabar yang sudah tersebar di media massa, mobil yang ditumpangi Choi Jiwoo ditabrak dari samping kiri saat melintasi perempatan. Sebuah mobil menerobos lampu merah dan tepat menghantam Maserati hitam itu. Mobil terdorong beberapa meter dan bertabrakan dengan mobil lainnya di sisi kanan.

Aku melihat rekaman CCTV yang beredar di mana-mana. Kecelakaan itu cukup parah. Sopir kami meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Dokter dan pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa terjadi bentuan keras di kepala yang menyebabkan pendarahan otak. Di antara kesedihan karena ada orang kami tewas menjadi korban, aku bersyukur karena bukan Jeha Hyung yang duduk di kursi kemudi itu.

"Bagaimana Jiwoo?"

Aku menoleh ke samping kanan. Paman David masih menjagaku di sisi brankar. Ya, aku dilarikan ke rumah sakit hanya karena pingsan. Aku masih di UGD, fokus menatap ponsel untuk mengecek perkembangan informasi dari Seoul.

Paman David menghela napas panjang seolah mendengar kabar baik dari seberang. "Jeha-ya, tolong jaga Jaehyun. Jangan biarkan dia sendirian. Pak Jang yang akan menjemput Yizhou di bandara," katanya lalu menutup panggilan. Tatapannya beralih ke mataku. "Ibumu selamat."

Walau tidak kusadari, aku merasakan sedikit ketegangan di bahuku mengendur. Jemari yang mengepal juga mulai meregang. Aku menunduk untuk menyembunyikan helaan napasku yang terasa lega karena Choi Jiwoo tidak meninggal dalam kecelakaan itu. Entahlah. Aku juga tidak tahu mengapa sangat takut apabila wanita itu pergi selamanya.

"Tapi ...." Suara Paman David menggantung. Tanpa harus bertanya, aku bisa menebaknya. "Ia keguguran."

Tepat sekali!

Aku terkulai lemas dengan pandangan kosong menerawang ke atap-atap ruangan. Tidak bisa kuartikan perasaan yang kini menyelimuti hatiku. Sedihkah? Bahagiakah? Aku sangat tidak suka dengan gagasan memiliki seorang adik, tetapi ketika calon adik itu kini tak terselamatkan, ada perasaan bersalah yang memenjarakan kewarasanku. Sebagian besar diriku merasa bahwa akulah yang membuat janin itu pergi. Sebab, aku pernah menginginkan kepergiannya dan Tuhan mendengar doaku.

"Ini bukan salahmu." Paman David mengusap air mata yang berjatuhan ke pipiku. "Ini sudah takdir, Hun."

Kepalaku menggeleng. Tidak bisa kubayangkan betapa sedihnya Appa jika tahu calon buah hatinya sudah pergi sebelum sempat menyapa dunia. Appa berusaha keras menjaga janin itu seperti bagaimana ia melakukannya untuk Jaehyun Hyung dan aku. Walaupun Appa tidak pernah bilang menyayangi calon anak ketiganya, aku tahu Appa mencurahkan kasih sayang yang sama besarnya.

"Kau mau pulang?" tanya Paman David dengan kedua siku bertumpu di tepi brankar. Tatapannya mengunci kedua mataku yang masih berair. "Paman akan mengurus tiket dan yang lain," katanya.

Aku diam. Suaraku menghilang. Dalam situasi ini, aku tidak tahu apa yang kuinginkan, atau apa yang harus kulakukan. Rasanya memalukan untuk pulang. Aku tidak akan punya muka untuk bertemu Appa. Bagaimana kalau Appa berpikir bahwa aku bahagia karena batal punya adik? Bagaimana kalau Appa membenciku karena aku tidak suka punya adik?

"Kakakmu menelepon." Paman David memperhatikan ponselnya yang bergetar. "Kau mau bicara dengannya?"

Aku menggeleng lagi. Sama seperti rasa takutku pada Appa, aku juga tidak berani menghadapi Jaehyun Hyung. Aku kabur dari rumah karena marah mau punya adik. Bisa saja sekarang Jaehyun akan menertawakan kebodohanku, atau jika lebih parah, memaki-makiku karena bagaimana pun juga, aku tidak suka ada orang baru di rumah.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang