#2 [Kabur]

117 1 0
                                    

Bila dengan cara ini bisa membuat mereka mencariku..
Maka akan aku lakukan...
Karena... dengan ini aku yakin mereka peduli.

***

Aku menghela nafas lega ketika usahaku kali ini berhasil tanpa harus kepergok oleh para pengawal yang menjagaku. Melangkah ringan aku mulai berjalan seperti biasa tanpa harus bersembunyi atau mengendap-ngendap. Menelusuri lorong sepi rumah sakit yang aku lewati untuk sampai pada satu ruangan VVIP rumah sakit tempat Velik Tetius dirawat inap. Kolidor rumah sakit masih terlihat sepi mengingat cuaca bulan ini adalah musim dingin.

VELIK.

Papan nama yang tergantung pada badan pintu itu membuatku tersenyum riang. Dengan perlahan aku mulai mendorong pintu itu dan masuk kedalam. Seperti biasa ruangan inap Velik bersih rapih luas dan lengkap sama saja seperti kamar keduaku sebenarnya.

Aku melihat Velik yang masih tertidur dengan dengkuran yang terdengar membuat tertawa kecil. Velik merupakan seorang pria yang tampan. Rambut hitam dan lensa mata sebiru air laut yang mempesona. Aku iri dengan mata indahnya yang mampu membuat para wanita diseluruh penjuru rumah sakit melirik kagum kearahnya. Jangan salah Velik merupakan salah satu passien yang diributkan oleh para suster yang ingin melayani keadaannya. Walaupun Velik menderita penyakit kanker stadium 1 tapi dia masih bisa melakukan hal-hal menyenangkan tanpa larangan dari siapapun.

Sedangkan aku? Aku tidak bisa malakukan hal-hal yang ingin aku lakukan tanpa izin dari seseorang yang merawatku. Dari kecil aku selalu bolak-balik masuk kedalam rumah sakit karena aku drop karena kelelahan. Selalu dijaga oleh para pengawal agar aku tidak melarikan diri. Dari kecil memang aku sudah diperlakukan bak putri yang harus dijaga. Dirumah aku selalu mendapatkan perlakuan yang membuatku jengah dari kepala pelayan rumahku. Sebal? Tentu saja.

Dengan langkah pelan aku kembali mendekati tempat tidur Velik. Terkikik, melihat bagaimana dia tertidur bagai bayi polos yang menggemaskan. Sejenak aku terdiam menatapi wajah tampan Velik sebelum akhirnya aku kembali keluar tanpa membangunkannya.

Well, inilah kisah kehidupanku. Kabur adalah salah satu hal yang sering aku lakukan seperti saat ini. Walaupun diudara yang dingin ini tidak pernah menggoyahkan keinginanku untuk kabur. Kabur dari para pengawal orang tuaku. Kabur untuk menikmati hidup. Apa itu salah? Aku bosan kemana-mana harus minta ijin yang kadang tidak pernah diijinankan. Alasannya: Demi kebaikan dan kesehatanku. Bulshit!

Menghirup udara dimusim dingin diperatara parkir Hospital G. Aku sedikit membenarkan letak mantel serta kupluk dikepalaku lalu melakahkan kakiku berjalan menyusuri trotoar. Nekat! Itu yang aku lakukan saat ini. Dicuaca yang dingin ini manusia lebih memilih diam dirumah dengan api diperapian rumah dan selimut yang membungkus badan serta secangkir coklat panas dan kue jahe. Bukan berjalan kaki ditrotoar yang sepi ditengah cuaca dingin seperti ini.

Masabodo! Umpatku! Dengan tekad dan semangat yang kuat aku kembali berjalan tegak. Tidak peduli dengan cuaca dingin yang terpenting bagiku bisa keluar dari rumah sakit dan pergi mencari hiburan yang menyenangkan! Yeay.

***

"Kau sudah mencarinya?" Tanya seorang dokter pada pria berjas hitam.

"Ya, dan kami tidak menemukan Nona di area rumah sakit" jawab salah satu pria berjas itu.

"Bodoh! Bagaimana bisa kalian lagi-lagi kehilangan Arra!" Santak Kevin Dellison. Pria yang kini tampak marah sekaligus khawatir.

"Maafkan atas kecerobohan kami, Tuan" Ucap salah satu kepala bodyguard itu.

Kevin menghela nafas sebelum berkata "Cara Anakku secepatnya! Saya tidak mau sampai terjadi sesuatu dengan Arra! Cepat!"

"Sabarlah, Kevin.. aku takin Arra baik-baik saja" Tukas Dokter Sam, salah satu Dokter pribadi Arra sekaligus teman Kevin mencoba menenangkan pria itu.

"Kau! Sabar kau bilang?! Mana bisa aku sabar ketika mendengar Arra ku berada diluar dengan cuaca dingin seperti ini!" Seru Kevin geram.

"Tapi kau tentu tahu bukan kejadian Arra kabur ini bukan sekali atau dua kali dan apa yang kita temukan dengan kondisi Arra yang semakin drop! Aku membawa Arra kerumah sakit ini agar dia dapat penanganan Utama!" Lanjut Kevin marah.

Dokter Sam menggeleng tidak percaya "Kau Salah.."

"Apa yang salah? Kau tahu... aku membayar rumah sakit ini agar kau bisa menjaga Arra dan dia selalu dalam keadaan baik-baik saja!"

"Kau! Tentu saja. Kau salah!" Sentak Dokter Sam yang kini kesal. "Seharusnya kau selalu memperhatikan Arra, menjaganya! Kau Papa-nya! Bukan aku. Dan kemana Istrimu hah? Sibuk?" Tanya sang Dokter sinis.

"Belle dia dalam perjalanan kesini. Dia khawatir kau tau?!"

Dokter Sam menghela nafas lelah "Jika dia khawatir akan Arra seharusnya kau dan Belle lebih memperhatikan Arra.. apa kau tahu Kevin? Diam diam aku selalu memperhatikan Arra dia terlalu kesepian."

Kevin tercenung, diam ketika mendengar perkataan Sam teman baik nya sekaligus dokter pribadi Arra.

"KEVIN!" Teriakan dilorong sunyi rumah sakit itu membuat kedua pria itu menoleh kearah suara. Belle Athena Dellison tampak berlari menghampiri Kevin dengan raut wajah khawatir.

"Bagaimana keadaan Arra? Apa Arra-ku ditemukan?!" Tanya Belle dengan bertubi-tubi pada Kevin.

"Belum..."

"Ya Tuhan! Kemana perginya Arra-ku, Kau tahu Kev.. diluar akan ada badai salju. Dan Arra lagi-lagi kabur, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya! Kondisinya sedang tidak stabilkan Sam. Bagaimana kau menjaganya? Bukannya aku dan Kevin berkali-kali mengingatkanmu agar kau menjaganya dan merawatnya! Dan kemana para pria yang menjaga Arra hah?! Bagaimana bisa Arra bisa lepas pengawasan dari pandangan mata mereka sadang-- "

"CUKUP!"

Ucapan Belle terhenti ketika suara Sam menyentak kesal. Iya tentu saja Sam kesal lagi-lagi kedua pasangan bodoh itu lagi-lagi menyalahkannya akan kaburnya Arrabella putri mereka.

"Mengapa kalian berdua menyalahkan aku? Seharusnya kalian berdua intropeksi diri kalian bukan menyalahkan aku yang hanya seorang dokter yang merawat kesehatannya bukan kehidupannya" Tukas Sam mengutarakan kekesalannya.

"Seharusnya kalian lebih memusatkan perhatian pada Arra. Menjaganya agar dia tetap sehat dan merawatnya. Apa kalian berdua tahu, jika Arra selalu kesepian. Kemana kalian berdua yang mengatakan jika kalian orang tuanya? Apa begini cara keluarga Dellison memperlakukan anaknya? Jika seperti ini tentu saja aku kasihan pada Arra."

Penuturan Sam yang panjang lebar itu membuat pasangan suami-istri itu terdiam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BEAUTIFUL SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang