Angga melihat Altezza dari cermin sambil merapikan kemejanya. Dia kelihatan banyak pikiran dan berulang kali menghela nafas sambil menulis sesuatu di dalam buku putih miliknya.
Dia terus menghela nafas berat bahkan sampai Angga selesai bersiap-siap untuk kumpul tahun baru mereka malam ini. Angga pun menghampiri Eja yang duduk di lantai dan melihat sedikit isi buku Altezza yang banyak sekali coretan, meskipun dia tidak penasaran sama sekali.
"Cuk, Lo udah siap apa belum? Yang lain ntar pada nungguin tuh."
Belum sempat Altezza menjawab, tiba-tiba suara Linda terdengar dari depan pintu yang terbuka yang membuat keduanya reflek melihat dia. Linda tidak sendiri. Ada Aruna, Disa, dan juga Nala bersamanya.
Saat itu juga, mata Nala dan Eja saling bertemu. Mereka bertatapan beberapa detik sebelum Nala sendiri yang memutuskan pandangannya karena Pandu datang dan mengajaknya berbicara.
"Lo keliatan lucu kalo pakai bando, Na. Kayak anak kecil." ucap Pandu.
Nala terkekeh kecil. "Makasih ya. Tapi enak aja, orang udah gede."
Eja tersenyum tipis melihat penampilan Nala yang menggemaskan dengan bando putih di kepalanya. Tapi perasaannya jadi tidak enak karena Pandu duluan yang memuji penampilan Nala itu.
"Buruan, lama amat siap-siapnya." ucap Linda.
"Ini si Eja. Dari tadi gak siap-siap, malah masih duduk." balas Angga.
"Kata siapa?" Angga menoleh, melihat Altezza yang sudah berdiri entah kapan. "Ini udah siap. Ayo." lanjut Eja.
Altezza berjalan kearah pintu dan dengan sengaja melewati Nala dan Pandu yang lagi mengobrol tanpa rasa bersalah. Ia meraih pergelangan tangan Nala dan menariknya pelan agar Nala berbalik kepadanya. Nala jadi bisa melihat ekspresi masam di wajah Altezza saat ini.
Sementara, Pandu hanya menaikkan pundaknya, tidak protes soal Altezza yang menghentikan obrolannya.
"Napa masih diem? Ayo." kata Altezza. Masih dalam posisi memegangi pergelangan tangan Nala.
"Ayo, yang." ajak Aruna dan Angga pun keluar dari kamar.
Ketujuhnya pun menuju keluar dari rumah, menyusuri berbagai ruang sebelum akhirnya sampai pada depan rumah di mana pantai yang sangat luas berada. Di sana sudah ada Nindi, Mira, Bian, dan lainnya. Masing-masing dari mereka ada yang sibuk berfoto, menyiapkan petasan, barbeque, dan merapikan meja untuk diisi dengan banyak makanan.
Selama itu juga, Altezza memegangi tangan Nala. Dia tidak melepaskannya bahkan saat Bian mengajak Altezza berbicara soal kembang api mana yang akan di nyalakan duluan. Padahal dia bisa melepaskannga begitu mereka sampai di pesisir pantai.
Nindi bahkan terus melihat Nala dengan tatapan bertanya seperti kenapa Eja megang tangan Lo? dan Nala ini sebenarnya juga kebingungan, dia juga sudah mencoba sedikit-sedikit untuk melepaskan pergelangannya dari Altezzq, tapi justru pegangan Altezza semakin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENNALA (On Revisi)
General Fictionrahasia tetap diam tak terucap, meski hati bergemuruh berisik meminta untuk menyelami diri sang pemilik hati. - rennala dan pernak pernik masa muda. lavendherr, 2023. cover from pinterest.