🍃 28 - Agatha

282 68 15
                                    

28 - Agatha

Jangan harap Feli akan masuk jebakan Ardan dengan mudah. Ia lebih memilih memendam kekepoannya dari pada harus mengiyakan ajakan Ardan untuk jadi pacarnya. Jadi pacar pura-pura saja ia sudah kewalahan apa lagi jadi pacar sungguhan.

Seperti biasa, Ardan mengantarnya pulang lalu dengan berbagai alasan pemuda itu kembali singgah di kosannya. Feli tak tahu kenapa dia masih mau menampung manusia pecinta warna hitam ini di kamarnya.

"Udah malem buruan pulang sana, tar ketahuan ibu kos berabe." Kalimat yang sedari tadi berada di ujung lidah terucap juga.

"Kan emang itu tujuan gue, biar lo ketahuan ibu kos terus diusir," jawab Ardan enteng tanpa beban.

"Terus kita gak akan pernah ketemu lagi karena gue bakal balik ke rumah nyokap gue," sambung Feli tak kalah enteng.

"Ya tinggal gue susulin aja, apa susahnya?"

"Paling gue udah nikah sama Eric."

"Dih, apa bagusnya tuh cowok?" Ardan menoleh sebal. "Cakepan juga gue."

"Berisik ah udah sana pulang!"

"Iya iya, doyan banget ngusir-ngusir gue heran." Meski protes, Ardan kembali memakai jaketnya dan siap untuk pulang. Ia beranjak diikuti Feli di belakangnya.

Ah, rasanya seperti mau pamit pulang setelah ngapelin pacar.

"Fe ..." Ia memanggil pelan.

"Apalagi? Ada yang ketinggalan?"

Ardan berbalik, menatap Feli lekat sebelum menjawab. "Jangan telat ya, nanti lo nyesel."

Satu kalimat diiringi usapan pelan di kepala membuat Feli mematung seketika.

"Gue balik dulu, istirahat gih jangan begadang." Lalu Ardan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di luar gerbang kos. Feli hanya bisa diam melihat kepergiannya, bahkan saat mobil itu mulai melaju meninggalkan area kos, Feli masih berdiri di tempatnya.

Pandangannya mengabur, ia sentuh detak jantung yang menggila di dadanya.

"Enggak, Dan. Gue gak telat, gue udah sadar ... sepenuhnya."

***

Tak ada yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Jeya dengan segala keinginan randomnya dan Haekal yang selalu siap menurutinya.

Awalnya Jeya pikir mereka akan berakhir canggung karena kejadian di taman hari itu. Tapi Haekal masih bersikap profesional melayaninya, jadi tanpa berpikir tiga kali Jeya pun akan bersikap sama dan menganggap seolah kejadian memalukan itu tak pernah terjadi.

"Kal, hari ini katanya kak Ardan mau ngajakin kak Feli makan siang di rumah. Menurut lo kakek bakal nyuruh mereka buru-buru nikah gak ya?"

Haekal yang berdiri di samping kursi ayun Jeya sedikit bingung dengan pertanyaan itu. Ia tak tahu apa-apa mengenai hubungan si anak ketiga dengan pacarnya, mana bisa ia tiba-tiba mengomentari hubungan mereka.

"Saya kurang tahu, Jeya."

Ada helaan nafas kasar yang keluar dari mulut Jeya. "Dulu mas Aresh sama bang Arkha didesek nikah gara-gara gue. Tapi 'kan sekarang gue sama Renjun udah putus, masa kakek masih ngedesek kak Ardan buat buru-buru nikah juga sih."

Setelah mendengar ucapan Jeya, sepertinya Haekal mulai paham arah pembicaraan ini.

"Jeya, maaf kalau saya ikut campur urusan kamu. Tapi ..." Haekal ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Kenapa?" tanya Jeya seraya menoleh menatap yang lebih tua.

"Kalau boleh saya berpendapat ... sepertinya pernikahan pak Aresh dan pak Arkha bukan semata-mata karena kamu yang akan segera menikah dengan Renjun. Tapi ini memang rencana kakek Jay yang ingin mereka segera menikah."

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang