"Ini kenapa jadi pada berantem, toh?" ujar Mas ton menengahi.
Alam menatap Hendri, begitu pun sebaliknya. Nirwana terkekeh canggung, masalahnya dia bingung kenapa dengan tiba-tiba dia merasa menjadi awal permasalahan dari keributan itu.
"Lo, kan bisa ngomong baik-baik, gua juga nanyanya baik-baik." Ujar Hendri setelah itu meneguk air di depannya.
Alam hanya diam, kemudian tersenyum ke arah Nirwana.
"Aku tahu nomor whatsapp kamu dari grup kosan, boleh aku chat kamu?" tanya Alam dengan senyum manisnya. Nirwana sepertinya agak terperangah dengan perbedaan sikap Alam kepadanya dan kepada Hendri.
"Iya boleh."
Hendri bangkit dari duduknya, dan pergi meninggalkan mereka. Nirwana menatap Hendri yang pergi, dia menarik napas pelan, ada perasaan tidak enak melihat Hendri bersikap seperti ini.
"Nir.." Alam memanggil pelan Nirwana, yang dipanggil seketika melihat ke arahnya dan tersenyum.
Nirwana menggaruk pelan rambutnya, dia menaiki tangga menuju kamarnya dengan malas. Keadaan tadi memang sempat canggung, tapi setelah itu mereka bertiga kembali mengobrol seru. Mas ton pun sepertinya merasakan hal yang sama.
Nirwana menatap ruang TV, di sana ada beberapa teman kos perempuannya yang sedang asyik menonton penelusuran hantu, yang selalu tayang tiap malam jumat pukul 21.00 itu.
Sebelum ke arah kamarnya yang ada di lantai tiga, memang ada ruang tv yang khusus digunakan para penghuni kos perempuan, untuk menonton bersama. Seperti malam ini, mereka penghuni kos perempuan akan berbondong-bondong menuju ruang tv untuk menonton bersama dan berbagi camilan. Selalu ada hal lain, yang Nirwana sukai di Kosan ini.
Nirwana masuk ke ruang Tv dan duduk di sebelah Chika. Di ruang itu, ada Sabrina, Chika, Reya, Sesilia, dan Nia. Hanya malam jumat dia bisa melihat orang-orang yang pertama kali dia temui saat pertama kali datang ke Kosan.
Chika menyodorkan keripik singkong pedas kepada Nirwana, Nirwana tersenyum dan mengambilnya. Dia memang menyukai keripik singkong.
"Mau mulai guys, siap-siap. Eh udah ada Nirwana, kirain gak bakal ikut nonton." Ujar Reya saat dia hendak tiduran dan tidak sengaja menangkap kehadiran Nirwana di ujung kursi dekat Chika.
"Heh, sini. Tumben di ujung, sok berani." Sabrina menyuruh Nirwana pindah ke sebelahnya. Mengingat Nirwana si penakut ada di ujung. Chika menyikutnya pelan, dia tidak mau bertanggung jawab jika Nirwana menangis ketakutan nanti.
Dengan pasrah Nirwana pindah ke samping Sabrina, dan Sabrina langsung menyuapi Nirwana dengan kue sus kering isi coklat kesukaan Nirwana juga.
Mereka mulai fokus menonton Tv.
"Akkkkhh! Anjir-anjir... Jumpscare!" teriak Reya dengan heboh, harusnya hal itu membuat mereka terkejut biasa, tapi teriakan Reya membuat mereka semakin terkejut dan ikut berteriak juga.
"Hahahahahahaha."Nia tertawa melihat mereka, yang rasanya sangat lucu baginya.
"Ih, ketawa kamu malah makin bikin takut."Ujar Chika yang mendorong pelan Nia, dan yang didorong malah semakin tertawa.
Nirwana sudah bersembunyi dibalik ketiak Sabrina, dia tidak berani melihat ke arah Tv, yang tadi sangat mengejutkan baginya.
"Udah ga ada." Sabrina menarik Nirwana untuk kembali duduk seperti semula.
"Duar!" Sesil yang duduk di kursi, di atas Nirwana dan Sabrina, mengejutkan pelan Nirwana, membuat Nirwana tersentak dan memegang dadanya, dia menarik napas dan memukul pelan Sesil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Sunshine
Teen FictionJangan lupa vote sebelum baca Jangan lupa difollow jugaa... Kamu tidak ke mana-mana, aku masih menemukanmu di kenangan yang aku punya, di tulisan-tulisan lama yang ada kita di sana, dan di satu-dua gambar yang kita ambil saat pertemuan pertama dan t...