CHAPTER 22

475 48 7
                                    


Setelah malam, pasti akan ada pagi. Yah pagi ini banyak anak yang berlalu lalang masuk ke sekolah dengan riang gembira menerima pelajaran yang didapat hari ini.

Tidak dengan jun, jun hari ini sedikit murung dan tidak bersemangat perihal apa yang ia dengar.

" Apa ji baik-baik saja? Apa dia terluka? Kenapa dia belum datang sama sekali " batin jun.

Jihoon belum datang ke sekolah, padahal jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan gerbang akan di tutup 15 menit lagi. Biasanya jun akan berangkat bersama tapi saat di depan rumah jihoon, ia melihat bunda jihoon dan ayah tirinya sedang berada di teras. Jadilah jun memutuskan untuk berjalan ke sekolah sendiri.



Sampai guru masuk pun jihoon sama sekali tidak muncul ke sekolah. Jun sangat khawatir sekarang.



" Woy jun, temen lu mana? " Tanya doy dibelakang kursi jun.

" Oh.. emm a-anu.. sakit, iyaaa sakit. Ji lagi sakit jadinya ga sekolah dulu dia nitip surat ke gue " ujar jun berbohong pada doy.

" Ohhh... Okelah. Sakit toh " ujar doy dan kembali fokus dengan bukunya.







Bel sekolah berbunyi menandakan jam pulang sekolah. Semua membereskan buku-buku mereka ke dalam tas dan pergi dari kelas satu persatu. Sampai anak terakhir yang belum keluar dari kelas itu jun. Jun masih setia duduk di bangkunya walau barangnya sudah rapi di dalam tas.



Dirinya masih kepikiran tentang jihoon. Tiba-tiba hp nya berbunyi dan saat melihat siapa yang menelponnya, senyumnya mengembang. Jun buru-buru menggeser tombol hijau pada layar hp nya.

" Hallo jun? Dimna?. Mari bertemu di tempat biasa kita "

" Ji lo gpp kan?

" Ya gue gpp, emang gue kenapa? Gue selalu kenapa-kenapa dah jun. Kapan hidup gue bisa di bilang gpp. Mending lo cepetan kesini "



" Ini gue lari, tunggu ji " jun mematikan teleponnya. Dan berlari keluar sekolah menuju pantai tempat biasa mereka menghabiskan waktu.

Sampai disana jun melihat sahabatnya masih duduk di tempat kemarin mereka bertemu. Jun menghampiri dengan berlari kearahnya.



" Ji, ahhhh capek bangt gue lari " ujar jun yang mengatur nafasnya normal setelah berlari dari sekolah ke pantai yang jaraknya cukup jauh. " Lu kenapa ga sekolah dah, baju lu ga dicuci. Tapi kan lo sering beres-beres dirumah ga mungkin gara-gara itu dah " oceh jun sambil duduk disebelah jihoon yang duduk menatap kearah laut.



" Aish ji! Leher lo merah! " Jun memegang bahu jihoon sedikit kasar.

" Lo kenapa jadi berisik banget jun kalo ga sama gue setengah hari. Udah biasa kali ni memar-memar. " Balas jihoon

" Kali ini siapa yang bikin lo begini " tanya jun

" Bunda, perihal kemaleman balik sih. Cuman yah ada bonus grepe grepe yg lo dari siapa "

" Si tua bangka itu? " jawab jun dan tawa renyah jihoon sebagai balasanya.



" Trus prihal lo kagak sekolah hari ini? " Jihoon menghela nafasnya pelan " gue dihukum kagak boleh sekolah sama bunda. Jadinya yah gue ngebabu lah dirumah " jawab jihoon santai.



Jun tidak bisa berkata jika sudah begini, jun paham betul akan sadisnya bunda jihoon dan yang di dengar semalam adalah bukti dari kekejaman seorang ibu-ibu anak satu itu.



Mereka hanya terdiam melihat kearah laut, tak ada yang membuka suara karena jihoon meminta untuk di temani agar dirinya tenang. Jun sebagai sahabat yang baik akan melakukan apapun yang jihoon mau.



OBSESSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang