Iris Xiphium - 27

1.6K 305 15
                                    

Azriel terus fokus dengan perlawananya, tak peduli dengan jari-jarinya yang mulai mati rasa. Bukan hanya Azriel, mereka yang juga terus melakukan perlawanan terhadap serangan Azriel juga mulai kewalahan.

''Mereka benar-benar menarik. Haruskah aku mengirim hadiah yang lebih mewah? Sepertinya memang begitu, aku harus segera mengakhiri ini.''gumam Azriel

Azriel kembali memasukkan virus kedalamnya, membuat pertarungan mereka semakin seru dan menegangkan.

''Jangan anggap remeh aku sialan! Kursi osis tak semudah itu aku dapatkan hanya dengan satu skil saja.''

Perlawanan dan serangan terus dilakukan oleh kedua bela pihak. Bedanya, Azriel melakukannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Itu karena Rezef sedang tak bisa membantunya sekarang.

''Rentangnya semakin pendek, tapi itu masih belum cukup.''gumam Azriel

Semakin lama, pihak Namibian mulai kawalahan dengan serangan yang dilakukan oleh Azriel. Namun mereka juga tak bisa dianggap remeh begitu saja.

''Wah, mereka cepat dan reaksinya juga tepat. Padahal targetnya bukan anggota militer.''gumam Azriel

Sementara pihak Namibian dibuat heran dengan kemampuan lawan mereka. Seolah level lawan mereka lebih tinggi dari dugaan mereka.

''Tidak kusangka ada seseorang selevel ini diluar sana. Kemungkinan dia seorang siswa yang sengaja menargetkan kita, melihat apa yang tengah ia incar dan lindungi.''

''Gila! Cepat sekali. Apa tadi dia sengaja bermain-main agar mengurung waktu? Sial, dia mempermainkan kita?''

''Ada apa?''

''hah? Sesuai dugaanku, anak ini cukup sulit untuk ditendang begitu saja.''

''Harusnya cuma satu orang, tapi rasanya seperti banyak peretas yang sedang menyerang bersamaan.''

''Jangan membuatku kesal, bagaimana kalian semua bisa kalah dari satu orang peretas? Sial!''

''Assst, sial! Gawat, kami tak bisa mengeblok semuanya.''

Saat Azriel berhasil membuat mereka panik, dari luar, seseorang tengah berjalan menuju ke kamar Rezef, tempat dimana ia berada sekarang. Seseorang itu membawa benda tajam ditangan kanannya. Azriel yang tengah fokus dengan komputer dihadapannya seolah tak menyadari seseorang dibelangnya. Perlahan seseorang itu mengangkat kapak itu dan hendak memukul Azriel.

''Yaa, aist, setidaknya kau masih punya harapan hidup kan?''ucap Mona yang baru saja melumpuhkan seseorang itu. Ia kemudian membuka topeng wajah yang digunakan seseorang itu sembari mengomel pada Azriel.

''Kau ingin menyelamatkan orang lain seperti hero, tapi tak menjadi hero untuk dirimu sendiri. Kau terlalu egois, kau pikir cukup cerdas untuk menyakiti dirimu sendiri demi orang lain! Jika ada Rael, dia pasti sudah memukulmu.''

''Terima kasih.''balas Azriel singkat.

''Hebat, ketua osis kami memang berbeda. Ah, ada satu hacker yang harus kau waspadai Az.''

''Siapa?''

''Dia mungkin tengah mengawasimu sekarang. Jika melihat perlawananmu yang begitu mudah, sepertinya pihak Namibian belum menghubunginya.''

Belum sempat menyelesaikan kalimat yang ingin Mona katakan, Azriel langsung mendapat serangan dari seseorang itu.

''Sudah kuduga, seranganmu dari tadi sedang ia awasi. Jangan buat kesalahan, bermainlah dengannya Az, aku akan ambil alih bawahannya.''ucap Mona yang langsung mengaktifkan komputer Rezef yang lain.

''Aku tak percaya, siswa teladan seperti kalian mencuri komputer sebanyak ini.''gumam Azriel

''Katakan itu pada katua pendisiplinan siswa, dia sering menghukum siswa bermasalah, tapi dia juga yang mengajak kami mencuri.''gumam Mona

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang