Ciyaa mulai meraih ponselnya, mengetikkan sebuah nama dan mulai menekan tombol panggilan.
"Halo tin? Gue nggak masuk nih. Ada tugas nggak?"
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢 saski𝘢𝘢𝘢! 𝘓𝘰 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘪𝘩? 𝘜𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘸𝘢𝘭. 𝘎𝘶𝘳𝘶-𝘨𝘶𝘳𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘢𝘱𝘢𝘵."
"Bagus deh kalo gitu. Gue mau lanjut tidur aja, bye!"ucapnya dengan menjauhkan ponsel dari telinganya.
"𝘌𝘩 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶, 𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘵𝘶𝘵𝘶𝘱 𝘢𝘫𝘢 𝘭𝘰. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘭𝘦𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘥𝘪. 𝘋𝘪𝘢 𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘶𝘨𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘰𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘰 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘵𝘢𝘶 𝘭𝘰 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘫𝘢𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘳𝘦𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢."
"Siapa emangnya? Buruan deh, gue lagi ga mood."
"𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘬𝘦 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘭𝘰."
Panggilan ciya dengan tinyy berakhir. Gadis itu menaikkan satu alisnya, tak mengerti kenapa sahabatnya itu harus ke rumahnya hanya karena ingin memberitahukan tentang teman kelompoknya.
Ciyaa merasakan pening dikepalanya. Ia menghabiskan hampir tiga belas jam untuk tidur setelah menangis dengan ucapan putus sepihak dari mantannya itu.
Ia beranjak ke kamar mandi, berusaha menyegarkan kembali pikirannya dan melupakan kenangan yang ia buat bersama ikkyy. Meskipun sulit, ciyaa tetap mencobanya. Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa setelah ikkyy tak akan ada lagi lelaki yang akan membuat hatinya berlabuh. Bukannya tak akan ada tapi mungkin belum ada. Baginya cinta pertamanya saja sudah cukup menyakitinya.
𝙏𝙤𝙠..𝙩𝙤𝙠..𝙩𝙤𝙠...
"Masuk."ucap ciya singkat setelah membereskan tempat tidurnya. Namun percuma, tetap saja kamarnya terlihat berantakan akibat barang-barang yang tak tertata di tempatnya.
Tak lama kemudian tinyy sudah berada di ambang pintu. Matanya menjelajah ruangan bernuansa putih itu. Ia memandangi tiap sudut ruangan yang benar-benar berantakan. Mulutnya sedikit terbuka. Ia memandang tajam sahabatnya itu.
"𝘏𝘢𝘣𝘪𝘴 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘭𝘰? 𝘔𝘢𝘶 𝘯𝘨𝘦𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳?"tanyanya sembari mendudukkan diri di sofa.
Sedangkan pemilik kamar tak meresponnya, ia sedang sibuk berkutat dengan ponselnya.
Tinyy memandang ciyaa sendu, ia mengerti jika kondisi kamarnya berantakan pasti ia sedang ada sesuatu.
"Ci, gue nanya kok lo diem sih? Lagi ada masalah?" ucapnya mengeluarkan selembar kertas dari tas ranselnya.
Ciya menoleh ke arah tinyy, ia menghela napas berat, seolah lidahnya kelu untuk membicarakan hal ini.
"Ikkyy...semalem dia mutu..."
"Putus?! Cukup Sas! Nggak perlu lo lanjutin, gue udah paham." suara tinyy meninggi namun masih terkontrol.
Seolah dapat membaca pikiran ciya, ia tak ingin gadis itu melanjutkan cerita pilunya. Tinyy langsung dapat mengartikan semua kekacauan di kamar ciya. Ternyata hal itu karena hubungan ciya dan pacarnya telah berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON
Short StorySebuah kisah patah hati dari seorang gadis yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Ditinggalkan tanpa alasan dan bersembunyi dibalik kalimat 'kita putus baik-baik' adalah hal yang paling tak diduga olehnya. Berusaha untuk move on, ia dihadapkan kem...