0:1 sastra

354 11 0
                                    

keputusan untuk hidup walau berat kutanggung, hari hari tidak mendukung dengan mimpi yang terus terusan meredup.

malam

Hujan turun membasahi kota sejak beberapa hari terakhir ini, suara gemercik air jatuh memenuhi rumah yang tak seberapa sepi. Hanya ada pria dengan tatapan kosong yang terdiam menatap kosong kedepan. sedari tadi dia hanya duduk, lelah. Nafas nya yang berat dadanya yang sesak, penyakitnya kambuh.

Satu kata "bajingan."

Dunia yang jahat, penuh dengan manusia manusia yang gila menyiksa dan menghina sesama mereka untuk kepuasan diri sendiri. Tidak sesuai dengan kata kata orang disekeliling yang mengatakan kehidupan itu indah, pembohong.

Siapa yang mahukan luka, siapa yang mahukan kebencian? beritahu aku siapa yang benci akan kata "bahagia"? hati siapa yang menyukai kesedihan? manusia mana yang suka menangis?

Jujur saja kita semua sudah lelah dengan dunia, apakah kita semua boleh mengutarakan perasaan kita secara terang-terangan? apakah masih ingin berpura-pura bahagia?

Aku mempunyai situasi yang sangat buruk. menurutku kita semua tidak mempunyai perbezaan yang jauh. sama sama dibohongi dengan indahnya dunia dipaksa senyum padahal hati sedang luluh lantak.

kita butuhkan seseorang untuk dijadikan rumah.

Tapi menurut aku didunia ini tidak ada yang seperti itu, jadi aku tidak pernah berani untuk menceritakan semuanya kepada seseorang karena sekiranya suatu hari dia ada teman yang baru, pasti kita yang susah untuk cari rumah baru tempat kita berpulang. padahal rumah yang sebenarnya itu ialah diri kita sendiri bukan orang lain.

aku faham, aku mengerti, perasaan takut, resah dan sedih karena hidup kita yang berbeda dengan orang. mereka disayang, kita tidak dan kita merasa tidak layak untuk ada disini, yang harusnya adil tapi tidak.

apakah itu kesalahn kita? bukan. hal hal itu sudah ditentukan untuk kita dan tidak seharusnya kita menyalahkan diri kita tentang luka yang diterima.

lelah tidak dianggap dalam kehidupan seseorang, lelah dalam semuanya.

Tapi seseorang bilang, ini semua karna kehendak Tuhan, Tuhan tahu klau kita bisa menghadapi ini Tuhan tahu kalau kita kuat makanya dia kasih cobaan ke kita dan semua pertanyaan dan lelah kamu akan terjawab di akhirat nanti. lagipula hidup kita tidak berterusan sedih pasti ada bahagianya.

meskipun bahagia yang Sastra rasa itu sebentar tidak bisa melebihi rasa sakit dan sedih miliknya.

Sastra sedari tadi menangis, lelah jiwa dan raganya. dia ingin ibunya datang memeluk dirinya yang sedang sakit, tubuhnya sakit dadanya sesak sungguh menyiksa .

Ya Tuhan, aku tidak ingin pergi aku masih ada harapan. kalau masih diizinkan untuk membuka mata besok untuk melihat matahari dipagi hari aku ingin mencari kebahagiaan tanpa mengeluh sedikit pun Tuhan. Jika tidak diizinkan, maka tidak apa-apa aku bersedia dipeluk oleh Mu.

menyerah, aku menyerah. air mata ku tidak kunjung reda seandainya malam ini ialah yang terakhir biarkan sastra menangis sejadi jadinya.

-

SASTRA -Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang