Mendengar jawaban dari Putri Roro yang sangat mengejutkan, membuat aku dan regina sangat tak percaya bahkan kami saling bertukar pandang dengan wajah binggung. Namun, bagaimana cara kami menyangkal nya jika nyatanya Putri Roro sudah berdiri tepat dihadapan kami dengan wajah cantik nan jelitanya? ini cukup mustahil untuk menjadi suatu kenyataan, namun tetap saja realita selalu membuat siapapun terkejut dan terheran-heran.
Aku dan Regina menatap Putri Roro dari bawah keatas dengan wajah tak percaya dan tak yakin namun saat kami menatap wajah Putri Roro yang tersenyum, kami sadar bahwa ia sedari tadi memperhatikan kebingungan kami. Aku pun berdeham memecah keheningan dan rasa canggung yang menyelimuti kami.
"Maaf, yang mulia... apa?" Tanya ku menanyakan kembali permintaan nya.
"Saya membutuhkan bantuan anda sekalian... tapi, bagaimana saya bisa mengenal anda sekalian jika anda tak memperkenalkan diri anda kepada saya?" Jawab Putri Roro sambil menatap aku dan Reagina.
Aku menunduk dan pipi Regina berubah merah karena malu.
"Saya Regina"
"Saya Argadinata, tapi yang mulia bisa memanggil saya Arga" Jawab ku.
Putri Roro tersenyum dan mengangguk paham.
"Baiklah, saya membutuhkan bantuan anda sekalian.. seperti yang anda tahu berdasarkan cerita rakyat mengenai terbentuknya Candi Prambanan, saya dilamar oleh seorang Raden nan perkasa lagi sakti mandraguna... Raden Bandung.. namun sebenarnya saya tak pernah mencintai Raden Bandung sedikitpun... saya kehabisan akal untuk menentang dan menolak lamaran nya, namun bagaimana saya bisa menjawab tidak.. nasib Keraton Prambanan dan Romo saya dalam bahaya... saya tahu, bahwa anda sekalian bukanlah manusia biasa... anda memiliki kekuatan yang tak dimiliki oleh manusia pada umumnya, terlebih anda... Arga" Kata Putri Roro sambil menatap ku dan Regina.
"Maaf yang mulia, tapi pertolongan apa yang anda butuhkan? dan bagaimana cara kami membantu anda?" Tanya ku.
"Tolong, panggil saja saya Putri Roro... tak perlu dengan yang mulia... bagaimana cara saya menolak Raden Bandung ? mungkin jika orang lain yang berbicara dapat membuatnya paham bahwa saya sudah sangat muak dengan kelakukan Raden Bandung selama ini" Jawab Putri Roro.
"Putri, sebenarnya dari yang saya alami... ada beberapa masalah yang harus diselesaikan sendiri dan orang lain tak bisa menyelesaikannya... dan saya yakin, anda sebenarnya tahu bagaimana caranya... hanya saja, anda tak bisa mengatakannya... karena anda memiliki sesuatu yang ada pikirkan" Jawab Regina membuat mata Putri Roro terbelalak tak percaya dengan omongan yang Regina katakan.
"Apa?!" Sontak Putri Roro dengan terkejut.
Wajah Putri Roro berubah menjadi serius dan berubah drastis menjadi sangat mengerikan. Tatapan nya membuat Regina kembali takut, ia merasa bahwa telah menyinggung perasaan Putri Roro. Namun, apa yang dikatakan oleh Regina itu benar bahwa beberapa masalah memang baiknya diselesaikan oleh diri sendiri hanya saja, caranya belum ditemukan. Regina memberanikan diri untuk menatap wajah Putri Roro walau ia tahu, mungkin saja itu terakhir kalinya ia dapat menghirup udara segar.
Putri Roro tak menjawabnya, ia segera berbalik badan dan nberjalan menuju pintu keluar Candi tanpa memandang lebih lama wajah Regina. Ia segera berjalan dan menatap langit senja diatas Candi Prambanan yang kini terlihat semakin terbelah dan semakin mengerikan, terlihat kekuatan Prabu Boko semakin melemah dan semakin memburuk. Wajah Putri Roro berubah menjadi khawatir bukan main dan semakin takut daripada sebelumnya.
Di luar Candi, Ketiga pelayan setia Putri Roro tengah berkeliling Candi dan tidak menunggu didepan pintu Candi, sehingga Alya dengan mudah membicarakan Putri Roro diluar Candi. Alya membicarakan semuanya dengan sangat sinis seakan merasa hidupnya jauh lebih baik daripada Putri Roro, hanya saja itu semua terlalu berlebihan.
"Apa yang terjadi sebenarnya? siapa perempuan itu?" Tanya Mira dengan penasaran.
"Jadi perempuan itu adalah sosok Putri bangsawan gitu, hanya saja aku tak tahu dia siapa... namun yang aku dengar dia menolak lamaran dari seseorang yang sudah melamarnya" Jawab Alya.
"Memang siapa yang melamarnya?"
"Ku dengar itu adalah sosok pria bangsawan juga... seorang Raden"
"Hmm... kenapa ya ia tak menerima lamaran itu? jika aku menjadi dirinya, aku pasti akan menerima lamaran itu"
"Hmm... aku rasa ia perempuan bodoh mangkanya ia menolak lamaran itu, menurut ku selagi ia kaya raya mengapa tidak, ya kan?"
Mereka tak sadar bahwa obrolan mereka didengarkan oleh Putri Roro dari dalam Candi. Hal ini membuat Putri Roro semakin terbakar emosi, namun ia masih menahan nya hingga ia berbalik dan kembali menatap wajah Regina dengan serius. Ia berjalan menghampiri mereka seraya melihat Arga dengan wajah penasaran.
"Putri, aku tak bermaksud mengatakan hal yang menyinggung anda... namun terkadang hal itu benar... mungkin saja anda belum menemukan jalan nya, hingga akhirnya anda tak bisa bergerak untuk mengambil keputusan" Jawab Regina dan aku berjalan mendekati mereka.
"Putri, mungkin yang dimaksud dengan Regina itu adalah setiap masalah memiliki jalan keluar hanya saja tetap harus dicari benang merah dari masalah itu dan dilakukan tinjauan kebelakang untuk mencari alasan mengapa hal itu bisa terjadi" Tambah ku berusaha meyakinkan ucapan Regina sehingga Putri Roro tak merasa tersindir.
"Anda tak merasakan bagaimana rasanya menjadi saya! anda tak tahu betapa kesal dan kecewanya saya atas segala tindakan yang dilakukan Raden Bandung kepada saya dan juga ayah saya, Prabu Boko... anda pikir hidup menjadi saya mudah?! anda piki mudah, Regina?!" Bentak Putri Roro dengan kesal.
"Tidak, bukan itu maksud saya, yang saya maksud adalah... tak semua masalah dapat diselesaikan oleh orang lain, hanya saja beberapa saja yang dapat diselesaikan oleh diri sendiri" Ucap Regina sambil memegang tangan Putri Roro.
Namun, Putri Roro menghempas tangan Regina dan kembali menatap sinis seakan ingin menampar wajah Regina atas ucapan nya. Betapapun yang Putri Roro berusaha menyangkal ucapan Regina, jauh didalam lubuk hatinya ia tahu bahwa omongan Regina benar. Bahwa mungkin saja masalah ini, adalah masalah yang harus ia selesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain, namun ia kehabisan cara dan pikiran untuk bisa menghindari Raden Bandung.
Saat Regina ingin menjawab lagi, terdengar suara Alya dan Mira dari luar sedang tertawa dan terdengar jelas kata-kata "Putri Bodoh!" hal ini dengan cepat menarik perhatian Putri Roro dengan kesal dan ia segera berjalan cepat menuju pintu Candi dan dengan kekuatan yang ia miliki, ia segera menarik Alya dan Mira dengan selendangnya.
"SAPA SING BODOH?!"
(SIAPA YANG BODOH?!) bentak Putri Roro dengan kesal seraya menjerat Alya dan Mira dengan selendangnya.Hal ini membuat aku dan Regina menjerit histeris melihat kekuatan yang dimiliki oleh Putri Roro dengan emosi yang sangat besar hingga membuat Alya dan Mira ditarik paksa dari bawah keatas dan seakan melayang. Selendang itu terlilit dileher mereka dan dengan cepat membuat mereka turut menjerit juga.
"KOWE PIKIR AKU BODOH?!"
(KAMU PIKIR AKU BODOH?!) Bentak Putri Roro dengan wajah merah menahan emosi dan rambut penuh bunga melati yang kini tergerai cantik, namun wajahnya sangat keras dan merasa terhina.
KAMU SEDANG MEMBACA
👑PRAMBANAN👑
Romance👑BUKU KE 1 DARI PRAMBANAN TRILOGI👑 🎖️Spotlight Bulanan di Romansa Indonesia pada bulan Agustus 2024 kategori "Dangerous Love" atau "Cinta yang Berbahaya"🎖️ Kekacauan terjadi ditengah pertunjukkan drama di salah satu situs bersejarah di Indonesia...