"Sebenarnya kamu itu siapa? Main masuk kesekolah orang yang buruknya juga malah ngelakui kekerasan. " Salah satu guru disana mulai bersuara setelah pintu ruangan yang tak diketahui namanya apa ditutup.Mata guru lelaki yang sepertinya sudah berusia hampir empat puluh itu menyipit untuk membaca name tag yang tertera dibaju seragam yang dipakai Jayendra.
"Arsa? Baju ini punya Arsa?"
"Iya. Dia adik saya." Jawab Jayendra akhirnya.
"Terus apa masalah kamu sama Bara? Sampai kamu pukulin kayak gitu? Kalau dia sampai meninggal gimana? Atau gimana kalau nanti dia kehilangan salah satu fungsi bagian tubuhnya? Kalau pun kamu masih anak sekolah, bukan berarti kamu bakalan bebas hukum ya. Kamu mau dipenjara?"
Jayendra mengatup bibirnya. Bagaimana bisa dia memikirkan hal sejauh itu. Ketika membuka mata dan diberitahu jika Arsa sudah tak ada. Kemarahan mulai menguasai tubuh Jayendra. Sudah tak bisa ditahan lagi, ia hanya ingin membalas dendam pada Bara dan Reyan.
Mendengar ucapan Guru didepannya itu membuat ia ingat pada orang tuanya. Mereka sudah kehilangan anak keduanya secara tiba-tiba. Lalu kalau pun sampai Jayendra dilaporkan dan berakhir mendekam dipenjara. Ia sama saja meninggalkan Ibunya dan mempermalukan Ayahnya. Mungkin juga megecewakan Arsa.
Ketika Arsa sudah pergi dari dunia. Sekarang Jayendra yang bertanggung jawab untuk memberi kebahagiaan untuk orang tuanya. Jayendra tak keberatan karena ia yakin jika Arsa juga akan selalu menemaninya meskipun tak terlihat.
Lagi pula, Jayendra tak begitu menyesal sudah memukuli Bara sampai tak sadarkan diri dan meludahi wajah Reyan yang bersih seperti Idol korea itu.
Jayendra membalas tatapan Orang didepannya itu, " Saya datang kesini untuk balas dendam."
"Balas dendam?"
"Iya. Bara dan Reyan ada dibalik kematian adik saya. Saya gak bisa diam saja mengetahui mereka terlihat baik-baik saja sedangkan keluarga saya hancur karena kepergian adik saya."
Salah satu guru yang berdiri di samping pintu terkekeh kemudian berjalan mendekat pada Jayendra. "Kamu jangan asal nuduh. Mana buktinya? Kamu lapor polisi aja harus pake bukti untuk bisa yakinin, jika mereka berdua yang mengambil andil dalam kematian adik kamu. " ujarnya yang membuat Jayendra sedikit terpancing emosi. Sedari awal juga sudah dibuat kesal ketika mendengar suara tawanya itu seolah apa yang dikatakaan Jayendra ini tak ada apa-apanya hanya pemikiran asal Jayendra.
Tapi memang benar juga, seharusnya ia datang dengan bukti yang jelas. Ia menyesal karena sudah membuang waktu ketika diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu. Seharunya ia menyimpan bukti selagi menggali informasi soal Arsa. Jika dirinya sekarang bilang mengenai apa yang dilakukan Reyan dan Bara pada adiknya dimasa lalu itu pasti mereka tak akan percaya karena tak ada buktinya.
Namun Jayendra teringat sesuatu. Ia bahkan berdiri dari duduknya." Tapi pak, Reyan bahkan bilang kalau dia yang ngebunuh Arsa! Dan dia juga senang karena itu! Reyan tadi bilang begitu Pak coba tanya lagi sama dia! Bawa dia kesini pak!"
Tiga orang pria bersergam batik di ruangan ini saling menatap satu sama lain. Seolah matanya saling berbicara, "apa kita harus percaya sama apa yang dikatakan anak ini?" Mungkin seperti itu. Namun salah satu diantara mereka menggeleng.
"Gak mungkin, Reyan anak baik, Bara juga. Mereka berdua anak dari orang terpandang mana mungkin mereka berani berbuat gila dengan ngebunuh orang. Kalau pun marah mereka bakalan diem aja karena mereka sudah dituntut sebagai malaikat buat nyiptain citra anak baik oleh orang tuanya. karena dengan begitu orang lain juga akan mengira jika orang tuanya pun orang baik. Jadi gak mungkin. Mana berani mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second chance | Jenric AU
FanfictionJayendra sudah dipisahkan dengan Arsa - adiknya sedari kecil karena orang tua mereka berpisah. meskipun begitu, mereka selalu menyempatkan waktu untuk bertemu dan mereka juga sangat dekat karena itu. Namun suatu hari Jayendra mendapat kabar buruk ji...