35

77 15 0
                                    

Suasana rumah terasa sangat berbeda, tidak seperti terakhir kali ditinggalkan Dinda pagi tadi. Bahkan sebelum masuk rumah, Dinda merasa beberapa tetangga meliriknya penasaran seakan ia salah mengenakan baju. Hati Dinda jadi was-was, apalagi saat melihat Ayahnya berbaring di atas sofa dekat ruang TV dengan bantal dan selimut--menandakan pria itu akan tidur di luar kamar, tidak bersama Mamanya seperti biasa.

"Ada pertandingan bulu tangkis atau apaan, Yah?" Tanya Dinda hati-hati kepada Sang Ayah yang langsung memegang remot TV saat melihatnya datang.

"Nggg... jadwal Persib." Jawab Ayahnya sambil menekan tombol remot secara acak dan berhenti pada stasiun olahraga yang menampilkan pertandingan bola mancanegara. Tambah heranlah Dinda dibuatnya.

"Emang Ayah suka bola?"

"Pak Reza lagi bikin taruhan bola sama bapak-bapak lain, Ayah mau tahu siapa yang menang."

"Yah! Ayah nggak ikut, kan!?" Seru Dinda tak terhankan, membelalakkan mata ke arah Ayahnya yang langsung menggerakkan satu tangan di udara, mengelak tuduhannya tersebut. "Ya, nggaklah! Mending duitnya dipakai bayar arisan Mamamu."

"Serius?"

Ayah Dinda mendesis. "Serius! Sana masuk kamar! Istirahat!"

"Tap--"

"Kamu kalau masih anteng di situ, toko bakal Ayah buka sampai pagi, loh! Kamu yang jaga sampai pagi, mau?"

Kali ini Dinda menahan diri untuk tidak mendecakkan lidah. Hatinya masih gusar, tapi mengulik masalah yang sedang terjadi dari Sang Ayah juga tidak membuatnya jadi lebih baik. Ia pun segera beranjak ke kamar, buru-buru berganti baju sebelum meraih ponsel dan mengetikkan pesan untuk Dafa.

Dinda

Dafa...
Orangtuamu ada cerita soal
Ayah sama Mama aku berantem,
nggak, hari ini?

Dafa

Mami-nya Matthew ke
rumah kamu, Din.
Tapi aku nggak tahu dia
ngapain...

Balasan Dafa yang cepat itu cukup membuat sekujur tubuh Dinda menegang. Ia membaca pesan itu berkali-kali, memastikan dirinya tidak salah baca. Begitu yakin balasan Dafa nyata, ia lalu berjongkok di sisi kasur, mengacak rambutnya dengan kuat.

Dafa

Din...
Sorry ini mah...
Aku teh sempat denger
omongan Ibu-Ibu...
Ceunah, rumah kamu teh
digadai sama Ayah kamu?

~~~

"Dinda bisa cari kerja freelance lagi, Ma." Kata Dinda kepada Mamanya yang sedang duduk di atas kasur, memilah beberapa perhiasan dari sebuah kotak.

Setelah mendapat kabar dari Dafa, Dinda langsung ke kamar tidur utama dan mendapatkan Mamanya masih terjaga, tengah memilih perhiasan emas yang dimilikinya--sebuah kegiatan yang membuat hati Dinda mencelus. Untung Ayahnya sudah setengah tidur di ruang tengah, jadi ia bisa mengendap-endap berbicara dengan Mama yang lebih mudah diajak diskusi daripada sang Ayah.

"Emang ada?" Tanya Mamanya setelah menghela napas pelan. "Ayah kamu, tuh, minjem duit puluhan juta buat bisnis. Bisnis apa coba?"

"Jatuh temponya kapan?"

"Minggu depan." Jawab Mamanya gusar. "Mama lagi nyari pinjaman lagi biar yang ini bisa kebayar."

Unbroken String [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang