Hari Pertama di Akademi

106 82 4
                                    

Happy Reading

•••

Setelah ke luar dari ruangan profesor Devian, aku dan Elio berpisah menuju kamar masing-masing. Sebelum menuju kamar, aku dan profesor Fariza mengambil beberapa seragam yang akan aku kenakan selama di sini.

"Ini kunci kamarmu, Bangunlah lebih pagi, besok aku akan meminta salah satu murid di sini untuk mengantarkanmu kelas."

"Baik, Profesor."

Setelah mendapatkan jawaban dariku Profesor Fariza pergi. Saat punggungnya tidak terlihat lagi, aku masuk ke dalam kamar.

"Wao." Satu kata itu keluar dari mulutku setelah melihat kamar yang akan aku tempati selama di sini.

Kamar ini lumayan luas, dinding berwarna putih dan terdapat dahan pohon yang menjadi rak-rak buku, kasur yang bisa ditempati dua orang,  tidak ada AC atau kipas angin di dunia ini tetapi sama sekali tidak membuatku kepanasan. Ini sangat nyaman. Aku beralih ke dapur yang tidak sebesar kamar. Terdapat beberapa alat yang tidak aku ketahui cara penggunaannya. Aku akan meminta seseorang mengajariku nanti.

Ya, untuk masalah kamar, sepertinya aku akan betah, tetapi bagaimana dengan lingkungan di sini? Apa tidak ada jalan pulang untukku?

Aku membuang napas kasar. "Lebih baik tidur, jangan sampai aku dihukum di hari pertama."

𓆝 𓆟 𓆞 𓆝 𓆟

Matahari masih malu-malu menampakkan diri, tetapi aku sudah siap dengan seragam akademi.

Tok tok tok

"Permisi."

Pintu kamarku diketuk, aku memberhentikan aktifitas mengikat rambut, mungkin itu seseorang yang disuruh profesor Fariza.

"Iya?" Aku membukakan pintu, di depanku berdiri seorang wanita berambut panjang sebahu berwarna peach rose gold, matanya bulat, alis matanya lentik, dan bibir berwarna cherry. Gadis ini sungguh menggemaskan.

"Hai, apa kau bernama Nadindra?"

"Iya, itu aku," jawabku.

"Wauu, ternyata kau anak baru itu, perkenalkan namaku Athalia Heera." Dia menunduk dan mengangkat sedikit seragam akademinya.

"Namaku Nadindra Arylithea, senang berkenalan denganmu Athalia." Aku mengikuti gerakannya, mungkin itu cara berkenalan orang di sini.

Dia menarik tanganku. "Sebelum ke kelas, aku akan mengajakmu berkeliling."

Aku mengikuti gadis ceria itu, dia terlihat seperti gulali berjalan. Aku ingin menggigitnya. Tahan, Nadin, jangan sampai orang-orang menyangka dirimu kanibalisme.

Tempat pertama yang kami tuju adalah ruang musik. "Aku ingin menunjukkanmu sesuatu," ucapnya.

Aku hanya memperhatikan gadis itu tanpa banyak bicara. Dia mengambil seruling yang ia ikatkan di pinggang kemudian memainkannya.

Satu kata untuk permainannya, merdu. Bahkan, bunga pun ikut bergoyang mendengarkannya. Aku seperti terhipnotis, benar-benar terbuai dengan alunan nadanya.

Dia berhenti, dan aku bertepuk tangan. "Kau keren," pujiku.

Mendengar pujianku pipinya memerah. "Terima kasih."

"Aku memiliki elemen suara, melodi yang aku ciptakan bisa membuat seseorang terhipnotis dan mengikuti perintahku, dan aku juga memiliki sihir healing." Aku terpukau, pantas saja tadi aku begitu hanyut dalam permainan serulingnya.

A Way Home for NadindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang