Indah terbangun ketika waktu menunjukkan jam 7 kurang, cukup siang bagi dirinya yang terbiasa bangun sebelum fajar. Semalam ia memang susah tidur karena menunggu sang suami yang tak kunjung pulang.
Dan ternyata benar, rasa dingin disekitar tempat tidur membuatnya sadar jika Haikal memang tidak pulang. Indah mengecek ponselnya dan sama sekali tidak ada pemberitahuan dari pria itu.
Setelah sedikit berbenah dengan penampilannya, Indah melangkan menuju kamar sang anak dan mengernyit panik ketika tidak menemukan bocah itu.
Ia kemudian segera menuju dapur dan mengelus dadanya lega ketika menemukan sang anak yang sedang asik menyuap sesuatu, bonus dengan kehadiran sang suami yang tampak meletakkan sesuatu dipiring.
"Haidar aku yang angkut kesini, dia udah bangun dari tadi" ucap Haikal yang menyadai kedatangannya.
"maaf, aku bangunnya telat mas"
"gak masalah, aku masakin sandwich simpel buat sarapan" ujar pria itu lagi dan memberikannya kode untuk duduk.
Indah yang mengerti langsung saja mengambil tempat duduk disamping sang anak yang tengah lahap memakan sarapannya.
Gadis itu meneliti penampilan suaminya, Haikal tampak sudah segar dengan pakaian kasualnya. Pria itu sepertinya sudah mandi dan berganti pakaian. Entah jam berapa pria itu sampai dirumah.
Meski segar karena mandi, tampak mata pria itu sedikit memerah juga terdapat lingkaran samar dibawahnya, sepertinya Haikal tidak tidur semalam.
"nyampe jam berapa, mas?" Indah tidak tahan dengan rasa ingin tahunya.
"sekitar jam setengah 5" lagi-lagi hanya dijawab singkat dan seadanya.
"apa ada masalah?" tanya Indah lagi menatap punggung pria itu yang tengah sibuk dengan sesuatu.
"ada urusan mendesak yang gak bisa kutinggal" jawab Haikal datar dan hanya sampai itu. Indah ingin berharap lebih, seperti penjelasan lebih lanjut pria itu maupun permintaan maafnya, namun pria itu sama sekali tidak mengucapkan apa-apa lagi.
"makanlah" hanya itu yang Haikal ucapkan lagi ketika meletakkan potongan sandwich dihadapan istrinya.
Seharusnya Indah merasa senang juga terharu ketika mendapati Haikal untuk pertama kalinya memasak untuk mereka. Tapi ia bahkan tidak yakin bisa menikmatinya ketika rasa kecewa masih mendominasi hatinya.
Namun yang paling pahit dari semuanya adalah dirinya merasa tidak berani untuk menuntut pria itu meski mereka merupakan suami istri. Indah merasa ada tembok tak kasat mata yang membentang antara dirinya dan Haikal, seolah ada batas tertentu diantara mereka sehingga membuatnya sulit bahkan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan.
"kenapa gak dimakan?" tegur pria itu sehingga Indah dengan cepat mengambil sandwich tersebut dengan tangannya dan langsung memakannya.
@@@@@
Haikal sadar Indah menghindarinya, ia yakin gadis itu marah karena dirinya yang tidak pulang. Haikal ingin minta maaf dan mengatakan yang sebenarnya pada Indah tentang apa yang menyita waktunya akhir-akhir ini. Namun Haikal bukan orang yang pandai berkata-kata. Disatu sisi dirinya juga merasa hal itu sudah tak penting, apapun alasan yang ia berikan, Indah sudah terlanjut marah.
Untuk itu, sebagai penebusan rasa bersalahnya, Haikal mengajak Indah untuk ikut serta dengannya menghadiri pesta pembukaan restoran salah seorang temannya.
Maka disinilah Indah, menggandeng lengan Haikal sembari menemani pria itu berbicara dengan temannya yang merupakan pemilik restoran yang sekarang mereka datangi. Mereka hanya datang berdua, Haikal meminta Indah untuk menitipkan anak mereka pada orang tua pria itu.