Suara ketukan pintu mengusik pendengaran yang terbaring lemas di atas kasur, bukan, bukan perkara ia terbaring karena sakit atau hal - hal menyedihkan lainnya. Hari ini, pukul 6 pagi lewat 14 menit, Gio memaksa membuka pintu kamar sang pemilik kamar, Fyas.
"Fyas, udah mau setengah 7. Bentar lagi upacara"
"5 menit lagi..."
Yang lebih tua mendengus, menarik selimut berwarna biru langit tersebut dari pelukan Fyas. Membuat lelaki berumur 17 tahun itu terkejut lantas gerakan tiba - tiba dari Gio.
"Woi!"
"Makanya bangun.", Balas Gio.
Fyas bangun, mencoba mengumpulkan nyawa dan niat untuk beranjak dari atas tempat ternyamannya, kasur. "Ga bangun lo gue cium sekarang juga."
Mata Fyas terbelalak, ia refleks melompat dan lari ke arah kamar mandi, tanpa mengambil handuknya. Toh, siapa yang tak terkejut jika diberitahu hal seperti itu? Gio hanya tertawa kecil. Menggelengkan kepala dan segera mengatur tas sekolah milik Fyas.
Memang, menurut Gio dan Fyas, ini sudah seperti ritual pagi mereka. Gio yang sudah siap terlebih dahulu, Fyas yang terlambat bangun, Gio membangunkan Fyas dan menyiapkan alat sekolah, sampai mereka berangkat ke sekolah bersama. Kata teman - teman Fyas sih, dua sejoli yang tak terpisahkan bahkan maut menjemput mereka berdua.
Gio dan Fyas— oh lebih lengkapnya, Gionandra Navanon dan Andi Fyas Nabil. Tetangga sejak dari masa kandungan, tidak, mereka bukan rival seperti serial thailand yang ramai diperbincangkan. Melainkan sebaliknya. Keduanya saling mengenal dan menyayangi sejak masih bayi.
Orang tua mereka merencakan ini semua, bunda Gio dan mama Fyas bersahabat sejak mereka SMA. Membuat mereka berpikir untuk melanjutkan hubungan persahabatan mereka itu sampai ke anak cucu mereka selanjutnya. Membuat Gio dan Fyas tumbuh bersama satu sama lain.
Membuat mereka bergantung satu sama lain.
"GIO FYAS HATI - HATI!"
"IYA MAMA!!"
Gio menggas motor, motor scoopy berwarna merah yang ia beri nama Gemi. "Hari ini bunda ga masakin sandwich, katanya ga enak badan" buka Gio. "Gapapa, bunda udah minum obat kan?" Gio mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Fyas.
Lalu keduanya hening.
Sampai Gio membuka perbincangan lagi.
"Gimana?"
"Apanya?", balas Fyas.
"Sama Shifa. Lancar?"
Fyas terkekeh, menggeleng. Gio mengintip dari sela kaca spion motor, menunjukkan ekspresi Fyas yang bisa dibilang sulit diartikan dengan rambutnya yang perlahan berterbangan karena angin.
"Kenapa?", Gio lagi - lagi bertanya.
"Gio, lo tau sendiri, gue masih suka sama lo."
Mendengar jawaban Fyas lagi, Gio tertegun. Fyas menunduk, menghela nafas dan mencoba mengatur ekspresi. Keduanya tak ada yang menjawab lagi, hanya terdengar suara mesin motor dan angin.
Fakta lainnya adalah, selain menjadi sahabat dekat. Fyas juga menyukai Gio. Dan Fyas sudah mengakui itu sejak umur 14 tahun. Dan Gio, Gio bukannya ingin menghindar ataupun memberikan sebuah ketidakpastian— hanya saja, banyak hal yang Gio harus pertimbangkan.
Lagi - lagi, sampai keduanya menginjakkan kaki di sekolah dan berpisah di koridor kelas 11. Keduanya tak mengeluarkan suara apa - apa. Seperti hari - hari biasanya setiap kali Gio menanyakan tentang perasaan Fyas.
EUNOIA
@YYOURCHRIST 2023, geminifourth.
KAMU SEDANG MEMBACA
eunoia- gemini, fourth
FanfictionToh semua orang juga akan merasakan yang namanya tumbuh dewasa, termasuk aku dan juga kamu. Namun bila disuruh memilih, aku memilih untuk tetap bertahan dimana umur kita masih menginjak 14 tahun. Gio, Fyas memilih untuk mempertahankan ingatan. Ingat...