13. Dini hari

12 3 0
                                    

Hema dengan segelas kopi dan laptop menyala itu benar benar kacau, mata memerah dan ingus yang keluar lalu ditarik masuk kembali benar benar mengenaskan. Apakah sesulit itu mengerjakan skripsi akhir Tuhan.

"Kepala gue sampe mati rasa." Ia mengurut kepalanya sambil memejamkan mata, banyak sekali lembar lembar skripsinya yang dicoret merah, ditandai, dan di conteng. Nyaris satu bab salah semua!

"Nulis cerita nampak lebih mudah dari pada skripsian ya Tuhan." Ia mengusak wajah kasar, dirinya sepertinya terserang demam sejak kemarin. Bagaimana tidak, ia sudah melewatkan makan siang dan malam, sejak empat hari beturut-turut.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, nanti pagi ia ada kelas dan harus bimbingan, lalu datang ke kafe yang menerima surat pendaftaran kerja miliknya.

"Gue sampe lupa kalo lusa harus ke nikahan Mas Revan, mana gak ada baju yang cocok lagi." Matanya membola, ia beranjak dari duduknya dan membongkar lemarinya.

"Kaos sama kemeja doang, dirumah Ibu masih ada baju yang bagus buat ke kondangan gak ya." Ia menerawang, mencoba mengingat ingat tapi tidak ingat apapun.

Hema menggeleng pelan, memilih membuka ponselnya dan mengaktifkan data seluler, sebuah pesan dari nomor yang tidak diharapkan menjadi notifikasi pertama yang Hema baca.

Gandi Arthawirya
Kmu baik-baik sja Ma?

Ia mendengkus, membalas pesan itu dengan mata yang sudah mulai mengantuk. Pesan itu sudah dikirim sekitar empat jam lalu, dan dirinya baru sempat membalas karena baru saja menyentuh ponsel yang mendingin itu.

Hemayuni
Yes, i'm ok

Hema pikir pria itu sudah berselancar didunia mimpi namun baru satu menit pesan itu terkirim, sebuah balasan membuatnya menghela nafas.

Gandi Arthawirya
Belum tidur? Sdg apa?
Nnti kmu ada jadwal kuliah tidak? Knpa malah begadang sih?

Hemayuni
Skripsian pak, nnti ada jadwal di jam 9 pagi, bpk sndri knpa blum tidur? Bukannya SosialMath bulan bulan ini bklan sibuk nyiapin lembar ujian?

Gandi Arthawirya
Sudah tidur saja sana, skripsi nya bisa dilnjut besok. Saya bantu.
Kmu sudah mkan blum?

Pertanyaan Gandi membuat Hema merenung, perutnya belum terisi apapun kecuali bubur instan tadi pagi, bahkan seharian dirinya hanya menghabiskan tiga gelas kecil air putih.

Gandi Arthawirya
Blum makan? Mau dibwakan apa?

Hemayuni
Gak gak, udh malem, nyaris jam stgh 2, bpk tidur aja sna

Gandi Arthawirya
Baik

Hema meletakkan ponselnya, ia memilih kembali berkutat pada laptop yang menyala, dirinya lebih tenang tertidur jika pekerjaanya sudah beres semua.

"Skripsi sedikit lagi, terus gue bakalan update sama revisian novel, baru tidur. Mungkin sekitar setengah tiga subuh, oke waktunya pas banget sih, lumayan ngilangin ngantuk." Hema menatap serius pada jam weaker bergambar minion didekatnya, melihat jarum jam yang berputar sambil melist jadwal padatnya.

Tepat setengah dua, ia menutup skripsinya, tersenyum tipis merasa usahanya tidak sia-sia. Saat tengah membuka forum menulisnya ia dikejutkan dengan ketukan pintu, Hema tidak beranjak, dirinya masih ingat dengan jelas bahwa Ibu kost pernah berkata bahwa akhir-akhir ini ada maling yang berkeliaran disekitaran komplek tempat kost nya berada.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang