Iris Xiphium - 28

1.5K 323 18
                                    

Seorang anak remaja perempuan tengah berdiri disamping seorang remaja perempuan yang masih terbaring lemah dengan wajah pucat, dan nasal kanul (alat bantu pernapasan) yang masih terpasang. Seseorang itu menatap dengan wajah sendu, lalu memegang erat tangan anak perempuan itu. Ia kemudian memikirkan sesuatu dan segala kenangannya.

''Maaf, maafkan aku. Mungkin kata ini sudah terlambat untuk aku ucapkan. Tapi Rael, aku tak bermaksud untuk melibatkanmu dalam masalah ini. Aku hanya ingin menyakiti mereka atas apa yang telah mereka lakukan padaku. Selama ini, aku hidup sendiri dan berjuang sendiri, aku tak menyangka jika ada orang sepertimu diluar sana, seseorang yang mau menerima segala kekuranganku, kekurangan yang membuat semua orang menjauhiku. Seolah menjadi anak tunawicara adalah bencana. Sejak kecil, aku dijauhi dan diperlakukan seperti sampah.

Hanya ayah yang tau apa yang aku rasakan, mungkin karena kami sama. Ibuku bahkan membuangku karena kekuranganku, aku membencinya dan segala kegilaannya. Aku berusaha dengan kemampuanku, belajar tanpa les private, belajar dengan buku bekas sampai aku bisa mencapai apa yang ingin aku capai. Tapi semua itu sia-sia karena aku seorang tunawicara. Aku dibuli oleh mereka yang sempurna, mereka menghancurkan harapanku perlahan dengan cara yang kejam.

Mereka merusak segala sesuatu yang mudah mereka dapatkan, tapi sulit bagiku. Jika menjadi terlihat baik-baik saja akan membuatku berakhir dengan buruk, bukankan akan lebih baik jika aku melakukan yang sebaliknya. Maaf Rael, rasa dendam ku terhadap orang seperti mereka, membuatmu terluka seperti ini. Aku akan mengakhirinya, bertahanlah dan lihat aku untuk terakhir kalinya.''

Seseorang itu adalah Aurora, ia telah melakukan sedikit perubahan pada wajahnya. Ia berdiri dan melangkah keluar meninggalkan Rael. Saat melewati koridor rumah sakit, Aurora tak sengaja berpapasan dengan detektif Hana. Namun detektif Hana tak menyadari keberadaan Aurora, sementara Aurora menyadari itu dan hanya tersenyum tipis.

Saat Hana tiba, Rael sudah sadar dan menatap Hana dengan tatapan sendu.

''Oh, aku akan panggilkan dokter.''

''Tidak, seseorang tadi, dia, dia adalah Aurora.''

''Apa?''mendengar perkataan Rael, Hana langsung menghubungi rekannya yang sedang ada disekitar rumah sakit.

''Cepat temukan anak itu!''

''Baik''

''Bagaimana kau bisa mengenalinya? Ah, lupakan itu. Aku...''

''Pertemukan aku dengan ayah Azriel.''ucap Rael

''Untuk apa?''

''Rencana awal kami untuk menjerat bu Diana telah berhasil. Beliau kini telah muncul kepublik dan turun langsung ke lokasi. Jika kalian pikir aku tau dimana lokasinya, kalian salah. Aku bahkan hampir mati jika bukan karena salah satu staf disana membantuku. Hanya ayah Azriel yang tau, dimana lokasinya.''

''Masalahnya, karena kesepakatan itu, kami tak bisa menemuinya.''

''Aku yang akan menemuinya. Rencana untuk melindungi siswa PLY school memang telah berhasil, tapi tidak dengan nyawa siswa pada PLY cabang, dan juga anak-anak korban penculikan yang masih berada diwilayah organisasi. Satu lagi, jika memang seseorang tadi adalah Aurora, maka dia akan menargetkan siswa PLY school. Aku tak tau alasannya selain balas dendam, sama seperti yang ia lakukan di sekolah lamanya.''

''Tunggu, kau tau tentang apa yang terjadi disekolah lamanya?''

''Aku tau, karena aku dekat dengannya. Aku juga mengikuti kasus para siswa berprestasi yang mengonsumsi narkoba, aku tau karena aku dekat dengan mantan ketua osisnya. Aku mencari tau, sampai aku dan Rezef tak sengaja bertemu, kami menemukan fakta jika Aurora memanfaatkan ayahnya yang seorang pengedar untuk menghancurkan anak-anak itu lewat reputasi yang dimiliki anak-anak itu.''

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang