05

3.4K 323 17
                                    

Hari ini harusnya Zhang Hao sudah tidak bisa bersekolah lagi di sekolahnya. Tapi karena memang Zhang Hao yang nekat dia sampai menerobos masuk ke area sekolah dan langsung pergi menuju ruang Kakeknya, ruang kepala sekolah untuk memohon maaf.

"Kakek!" seru Zhang Hao saat ia membuka pintu ruangan itu. Namun bukannya Kakeknya yang sedang duduk di kursinya Zhang Hao malah melihat Kakeknya berbaring di lantai tidak berdaya tak sadarkan diri.

"KAKEK?!!"

***

Hanbin dengan langkah gelisah berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan kakeknya dirawat. Hanbin segera datang secepat mungkin setelah mendengar kabar dari rumah sakit.

"Kakek!" serunya khawatir begitu memasuki ruangan.

"Ssstt. Beliau sekarang tidur pulas" ujar seorang suster disana.

"Syukurlah. Jadi..."

"Jadi begini, tadi ada pemuda dengan rambut coklat yang sebaya denganmu sangat cepat tanggap. Dia dengan sabar menunggu sampai beliau melewati masa kritisnya"

"Dia..."

"Lalu dia juga berkali-kali mengatakan pada untuk menghubungi cucu beliau, untung saja ada dia yang sigap. Kalau begitu saya serahkan beliau pada anda, kalau ada apa-apa segara panggilah kami"

"Baiklah. Terimakasih banyak"

***

Zhang Hao terbangun dari tidurnya cukup larut. Ia tertidur di sofa ruang tunggu rumah sakit. Zhang Hao bangun lalu pergi kembali menuju ruangan kakeknya di rawat. Zhang Hao terkejut saat Hanbin sudah ada di dalam sana.

"Ah. M-maaf, aku pergi dulu–"

"Tunggu dulu. Aku ingin bicara" ujar Hanbin menahan kepergian Zhang Hao.

Mereka berdua kemudian pergi menuju taman di area rooftop rumah sakit itu.

"Kenapa aku malah tidak berani menatap wajahnya sih? Terus katanya mau bicara kok diam saja dari tadi? Apa aku harus memulainya dulu ya?"

Inginnya Zhang Hao seperti itu, namun Zhang Hao tidak yakin bisa mengobrol seperti sebelumnya setelah kejadian kemarin. Untuk bertatapan saja Zhang Hao tidak berani, tapi ia juga sudah memutuskan untuk memberanikan diri.

"H-Hanbin"

"Hanbin"

"Eh?"

"Namaku Sung Hanbin"

"Y-ya kalau itu aku sudah tahu"

"Aku telat memperkenalkan diri padamu. Tadi ada suster yang bilang padaku. Karena kamu tidak menyebutkan nama cucunya jadi dia tidak tahu harus menelpon siapa. Menurutku alasan kamu tidak menyebutkan namaku adalah karena kamu tidak ingat"

"Kenapa dia berpikiran seperti itu? Orang mana yang bisa melupakan nama seseorang dalam beberapa hari saja"

"Walau dibilang bersudara dan kamu lebih tua dariku tapi karena kita seangkatan jadi aku tidak merasa kamu seperti kakakku. Setidaknya ada baiknya kalau kita memanggil nama masing-masing saja. Bukankah itu yang namanya keluarga?" tutur Hanbin lalu menoleh menatap Zhang Hao. Rambut hitam pekatnya bergerak mengikuti hembusan angin malam.

"Padahal dia sendiri tidak pernah memanggilku dengan namaku, dan sekarang dia..."

"Selain itu tolong sampaikan pada Ibu agar tidak perlu khawatir padaku"

"Dia mencoba melangkah kembali dengan caranya sendiri"

"Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya. Besok aku akan kembali kesini untuk menjenguk"

[✓] ATTENTION | BINHAO FT. HARIBOZ ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang