"Goodbye is not goodbye.
So baby don't you cry."Air mata itu masih mengalir meskipun pemiliknya sudah tertawa di atas panggung beberapa saat lalu. Ia berlari, menari, dan meminum air kelapanya seolah semua baik-baik saja. Tapi di sinilah dia, menangis dalam pelukan Tong.
"Barcode, it's okay, na."
Barcode Tinnasit hanya mengangguk seraya menyeka ingusnya yang mengalir tanpa malu.
"Barcode," sela suara yang sangat familiar di telinga Barcode. Tong menepuk-nepuk bahu Barcode, agar anak itu beralih kepada pria yang berdiri di sisi Barcode.
"Jeff."
Paham, Jeff hanya mengangguk lalu duduk di sisi Barcode setelah Tong pergi meninggalkan keduanya. Kedua laki-laki itu duduk terdiam tanpa ada yang segera memulai. Ruangan yang besar terasa sesak lantaran isak tangis yang diraungkan Barcode, pelan namun menusuk setiap pasang telinga yang mendengarnya. Mereka mengerti kenapa Barcode menangis seperti itu, sedih, terkejut, dan kesal. Semua terlihat jelas di wajah remaja delapan belas tahun itu. Semua orang tahu seberapa dekat dan berartinya Jeff bagi Barcode.
"Phi ...," Jeff menghadapkan tubuhnya pada Barcode, memulai dengan suara yang rendah dan lembut. Ada kebingungan yang kentara dalam jeda kalimatnya. "Phi minta maaf, Barcode," imbuh Jeff seraya merangkul laki-laki yang ia sebut jao dek di atas panggung itu. Memijat bahunya pelan.
"Barcode. Kamu sudah tahu, kan, Phi sedang mengurus administrasi dan segala sesuatu untuk Studio. Lalu ... Phi berencana keluar dari BOC setelah semua urusan Studio selesai."
Suara tarikan napas terdengar nyaring di telinga Jeff, Barcode menyeka hidungnya lagi dan lagi, "Tapi enggak secepat ini," keluh Barcode dengan suaranya yang parau. "Kenapa Phi enggak kasih tahu aku lebih awal?"
Jeff terdiam. Kenapa tidak?
"Phi bahkan enggak kasih tahu aku sampai sejauh mana progressnya. Seenggaknya, kalau Phi kasih tahu, aku sudah punya alarm kalau waktunya enggak lama lagi."
Entahlah Jeff harus tertawa atau ikut sedih, mendengar pemilihan kata yang Barcode gunakan.
"Phi bukan lagi sakit keras, Barcode." Jeff tertawa pelan. "Phi enggak sekarat."
"Phi Jeff!"
Barcode memukul lengan Jeff. Bisa-bisanya pria yang lebih tua darinya itu mengeluarkan candaan horor.
"Euh, Phi minta maaf na, Barcode." Jeff mengedar pandang ke sekitar, dan langsung menemukan keberadaan manajernya. Jeff memberi kode untuk membawakannya kelapa.
"Aku masih mau kerja dengan Phi Jeff," isak Barcode, menarik kembali atensi Jeff. "Kalau Phi Jeff keluar, Wuju Bakery bagaimana? Apa kita masih bisa main series bareng lagi kalau Phi Jeff enggak di BOC? Terus aku enggak bisa ketemu Phi Jeff lagi. Bagaimana? Aku bingung."
"Barcode. Code." Jeff menggigit bibir bawahnya. Manis sekali pemikiran adiknya itu.
Jeff menerima dua buah kelapa dari manajernya, dan memberikan satu buah kepada Barcode. Anak itu langsung meminumnya seolah telah berpuasa satu bulan.
"Hei! Pelan-pelan, Barcode," Jeff mengingatkan.
Barcode pun tampak berusaha menghentikan tangisnya, dan meminum kelapanya yang kedua dengan lebih manusiawi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Voice | JeffBarcode [COMPLETED]
FanfictionMusik adalah kehidupan Jeff Satur, dan suara adalah nyawanya. Untuk meraih mimpi yang ia tanam sepuluh tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelumnya, Jeff harus mundur dari agensi yang menaungi karier beraktingnya. Agensi yang secara tidak langsung mela...