09

3K 301 12
                                    

Sepulang sekolah Zhang Hao mencoba mengecek kotak surat rumahnya dan ada beberapa surat di dalamnya salah satunya yang dikirim dari luar negeri untuk Hanbin. Itu pasti untuk Hanbin dari Ayahnya.

"Aku pulang! Ibu. Apa Hanbin sudah pulang?" tanya Zhang Hao.

"Dia sedang mandi" jawab Ibunya dari dapur karena sedang memasak makan malam.

Zhang Hao yang tidak sabar ingin menunjukkan suratnya pada Hanbin.

"Hanbin. Ada surat dari Ayahmu nih, kira-kira dikirim darimana ya? Apa boleh aku buka?" tanyanya dari depan pintu kamar mandi.

Seketika pintu kamar mandi terbuka dengan tidak santai dan menunjukkan sosok Hanbin yang hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan memamerkan tubuhnya yang mulus dengan tatapan tajam.

"JANGAN!!" bentaknya.

Zhang Hao membuang pandangnya tidak berani memandang Hanbin dan langsung pergi, "M-Maaf. Aku tidak serius ingin membukanya kok" Zhang Hao masuk ke kamarnya dan meletakkan suratnya diatas meja Hanbin.

"Dia mengagetkanku" Zhang Hao jadi malam terus terbayang-bayang dengan sosok Hanbin barusan. Zhang Hao menggigit bibir bawahnya sendiri membayangkan betapa seksinya Hanbin dengan tampilan seperti tadi.

"Otak sialan!"

Sampai malam saat mereka siap untuk tidur Hanbin masih belum membuka surat kiriman dari Ayahnya itu. Kira-kira apa yang membuatnya menunda membaca surat itu? Apakah Hanbin tidak penasaran dengan kabar Ayahnya?

"Hanbin. Kamu tidak membaca surat dari Ayahmu?" tanya Zhang Hao.

"Itu bukan urusanmu, kan?" jawabnya ketus.

"Anu. Apa besok kamu mau menemaniku? Aku ingin bertemeu dengan Ayahku" pinta Zhang Hao. Yang dimaksud adalah Ayah kandungnya.

"Kenapa mengajakku?"

"Soalnya Ibu bilang aku harus mengajakmu" bohongnya.

"Baiklah. Aku akan ikut denganmu, kalau Ibu memang bilang begitu"

"Dia benar-benar anak yang penurut"

***

Hari ini di dalam kereta mereka berangkat menuju tempat Ayah Zhang Hao kini tinggal. Keadaan kereta cukup ramai dan sesak membuat mereka berdua berhimpitan ke pojok tembok kerete dengan Hanbin yang bersender pada tembok dan tubuh Zhang Hao yang menempel pada Hanbin.

"Ramai sekali hari ini" ujar Hanbin tepat di sebelah telinga Hanbin dengan tidak sengaja hembusan napasnya menerpa daun telinga Hanbin.

"Ah"

"Hanbin?"

"Jangan bernapas!" suruhnya.

"Ha? Kalau tidak bernapas aku bisa mati" ucapnya dengan hembusan napas yang masih menerpa telinga Hanbin.

"Ahmhh"

"Eh? Suara apa barusan?"

Zhang Hao mencoba memundurkan wajahnya dan mendapati Hanbin dengan mata sayu dan wajahnya merona merah bibirnya yang ia katupkan seolah sedang menahan sesuatu.

"Kamu tidak apa-"

"Ahh..." tubuh Hanbin bergerak resah sejak tadi. Suhu tubuhnya semakin hangat bisa dirasakan oleh Zhang Hao karna mereka benar-benar berdempatan tanpa jarak.

"Ini kesempatanku, kan?"

Zhang Hao menjilat telinga Hanbin dan sesekali menggigitnya kecil. Zhang Hao makin merapatkan tubuhnya saat Hanbin berusaha mendorong Zhang Hao.

"Anghh! K-Kamu! Hentikan! Ini tempat umum!" lirih Hanbin.

"Eoh?"

"Sial! Aku lupa!"

Setelah itu selama dalam perjalanan di kereta yang sesak itu mereka sama sekali tidak berbicara sama sekali.

"Maaf, Hanbin. Aku minta maaf dengerin dong! Nanti aku traktir crepe deh, kamu suka crepe kan? Jangan marah dong ih!" ucap Zhang Hao setelah mereka turun dari Kereta. Hanbin sama sekali tidak menatapnya sejak turun dari kereta.

"Aku tidak marah" jawabnya ketus dengan mata tajam menatap lurus ke depan dengan aura yang sangat gelap. Jelas kalau dia sedang marah.

Hanbin berbalik ketika menyadari Zhang Hao yang menghentikkan langkahnya.

"Kenapa berhenti?" tanyanya.

Zhang Hao diam tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya dan mengatupkan bibirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Menyadari hal itu Hanbin berjalan mendekati Zhang Hao dan mengusak lembu surai coklat milik Zhang Hao.

Zhang Hao akhirnya mau menatap Hanbin meski matanya masih berkaca-kaca.

"Tidak usah menangis. Sungguh aku tidak marah" ucapnya.

"Benarkah?"

Hanbin mengganguk, "Aku hanya kesal. Itu saja"

"Maaf"

"Sudahlah. Ayo kita cepat ke tempat tinggal Ayahmu"

"Ah. Bagaimana ini? Aku malah makin mencintai Hanbin"

Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki setelah turun dari stasiun. Cuaca yang cerah dan tidak terlalu panas membuat hari ini semakin cocok untuk keluar rumah seperti saat ini. Mereka melewati banyak tempat dan Zhang Hao yang terus mengocehkan hal yang menurut Hanbin tidak terlalu penting, namun sesekali Hanbin ikut ke dalam pembicaraan tidak penting Zhang Hao. Dalam perjalanan mereka mampir ke toko bunga dan Zhang Hao membeli satu ikat bunga berwarna putih untuk Ayahnya nanti.

Hanbin mengerutkan dahinya saat menyadari gapura berwarna merah yang mereka lewati. Mereka masuk ke dalam kuburan.

"Kita sudah sampai" ucap Zhang Hao.

"Ayahmu sudah meninggal?" tanya Hanbin.

"Iya. Waktu aku masih tiga tahun"

"Maaf"

"Ah tidak apa-apa kok. Aku sudah ikhlas menerimanya"

Zhang Hao lalu menyalakan dupa dan ia letakkan di depan batu nisan Ayahnya dan mulai berdoa.

"Ayah. Aku datang. Hari ini aku ingin memperkenalkan Adik baruku namanya Sung Hanbin, dia asli Korea. Dia anak yang tampan dan tingginya sama denganku tapi dia orangnya kaku. Hanbin juga agak kasar tapi juga kesepian. Jadi aku ingin memberitahu Ayah kalau sekarang aku juga punya seseorang yang harus aku lindungi selain Ibu" ucapnya setelah berdoa.

"Nah sudah. Ayo-"

Hanbin seketika duduk dan berdoa untuk Ayah Zhang Hao. Zhang Hao tidak menyangka Hanbin akan mau melakukan hal itu. Zhang Hao mengulum senyumnya bahagia.

"Sudah? Ayo kita pulang" ajak Zhang Hao.

"Sebenarnya!"

"Eoh? Ada apa Hanbin?"

"Surat dari Ayahku. Aku sama sekali tidak pernah membukanya sejak dulu. Aku takut mengetahui apa yang Ayahku pikirkan. Aku takut jika Ayah tidak ada niatan untuk kembali bersamaku mengurus sekolah. Tolong jawab, Zhang Hao. Apakah menurutmu Ayahku akan kembali bersamaku suatu saat nanti?" ucap Hanbin.

Ini pertama kalinya Hanbin membicarakan sesuatu tentang dirinya dengan serius pada Zhang Hao. Hanbin juga tampak sangat serius. Zhang Hao menyadari kedua mata Hanbin yang sudah mulai basah seperti menahan air matanya.

"Tenang saja! Aku pasti akan membantu agar hubungan kalian kembali seperti dulu lagi"

Hanbin menatap teduh pada Zhang Hao lalu tersenyum simpul. Hanbin benar-benar menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Terimakasih, Zhang Hao"

"Yang Hanbin butuhkan saat ini bukan hanya sekedar cinta. Tapi keluarga"

To Be Continued...

- 06.03.2023 -

[✓] ATTENTION | BINHAO FT. HARIBOZ ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang