10

3K 302 3
                                    

"Ketua! Kamu tidak apa-apa?" seru Phanbin khawatir saat Hanbin tersandung dan terjatuh di ujung tangga dengan seluruh berkas kertasnya yang berserakan kemana-mana, untung saja dia tidak terjatuh dari tangga.

"Tidak perlu berteriak. Aku tidak-apa-apa. Aku hanya tersandung"

Tapi jelas melihat dari kondisi Hanbin yang sangat lemah dan berkeringat dengan napasnya yang terengah-engah sudah pasti kalau dia sedang tidak enak badan.

"Kondisimu saat ini sedang tidak sehat, Ketua. Bukankah lebih baik kita tunda saja rapat hari ini?"

"Sudah kubilang aku tidak apa-apa"

"Eoh? Hanbin?" gumam Zhang Hao saat ia melihatnya dari atas sedang bersama Phanbin.

"Tapi kamu sedang terlihat tidak sehat, Ketua. Aku akan minta seseorang untuk menjemputmu"

"Jangan seenaknya membuat keputusan! Memangnya kamu bisa menggantikan posisiku?" bentak Hanbin saat Phanbin akan membantu Hanbin bangun.

"Yak!! Sung Hanbin! Barusan sikapmu pada Phanbin itu kasar sekali! Phanbin itu menghawatirkan keadaanmu, Hanbin" Zhang Hao menghampiri mereka berdua.

"Tidak usah kamu katakan itu saja aku sudah tahu-Euhh..." tubuhnya benar-benar sudah lemah sehingga saat ia berusaha bangun sendiri dengan bantuan tembok tubuhnya terjatuh. Beruntungnya Zhang Hao sigap menangkapnya. Hanbin sudah kehilangan kesadarannya.

"Hanbin!" seru mereka berdua bersamaan.

"Aku akan meminta bantuan!" seru Phanbin.

"Tunggu! Kamu pergi saja ke rapat menggantikan posisi Hanbin" suruh Zhang Hao.

"Hah? Di saat seperti ini?"

"Aku rasa itulah yang menjadi prioritas untuk Hanbin saat ini. Phanbin, aku mohon lakukan itu demi Hanbin"

Phanbin menghela napasnya lalu mengangguk, "Baiklah. Demi Hanbin"

Phanbin lalu kembali membereskan berkas yang berceceran di atas lantai itu dan segera pergi menuju rapat yang ditujunya tadi.

***

Hanbin perlahan membuka matanya dan menemukan Zhang Hao ada di sampinnya menatap dengan penuh rasa khawatir.

"Hanbin"

"Dimana ini?" tanyanya.

"Ruang UKS. Karena kamu demam kamu beristirahat saja disini sampai perawat UKS datang" jelas Zhang Hao.

"Aku harus pergi"

Zhang Hao seketika menahan kedua pundak Hanbin agar dia tidak bergerak dari ranjang.

"Jangan bergerak. Kamu harus beristirahat sekarang agar cepat pulih"

"Tapi aku harus hadir di rapat OSIS dan pertemuan dewan hari ini!"

"Justru kamu pingsan karena terlalu memaksakan dirimu. Kakek kan juga seperti itu-"

"Sudah cukup! Jangan menghalangiku" Hanbin berusaha bangun lagi dari ranjangnya.

Zhang Hao yang geram seketika naik ke atas ranjang duduk di atas Hanbin menahannya agar tidak bergerak kemanapun.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

Mereka berdua beradu tatap sesaat, "Baiklah. Aku tidak akan pergi"

Zhang Hao tersenyum lalu turun dari ranjang dan kembali duduk di kursinya.

"Maaf karena sudah memasakmu menemaniku kemarin. Aku gagal menjadi kakak yang baik karena tidak bisa melindungimu" sesal Zhang Hao.

"Tiba-tiba sok menjadi seorang kakak? Aku ikut denganmu sudah keputusanku sendiri jadi tidak perlu meminta maaf"

"Kenapa kamu sampai menjalani tugas sebanyak ini? Bukannya aneh jika seorang siswa yang mengerjakan semua tugas yang seharusnya staf sekolah yang melakukannya? Kau jadi seperti pemilik sekolah ini saja"

"Aku melakukannya agar bisa menjadi pewaris yang layak nantinya" jawab Hanbin tegas.

"Kamu masih terlalu muda untuk itu, Hanbin. Kenapa bukan Ayahmu saja yang jadi pewarisnya? Jadi kamu tidak perlu bekerja sekeras ini" tutur Zhang Hao.

Hanbin terkekeh mendengar perkatan Zhang Hao barusan, "Aku juga berpikir seperti itu. Walau kamu selalu mengatakan hal yang tidak masuk akal tapi terkadang ucapanmu ada benarnya juga. Memang benar, padahal semuanya akan indah pada waktu yang tepat nantinya"

Zhang Hao salut dengan Ayah Hanbin yang sudah mendidik Hanbin menjadi orang yang sangat kuat seperti ini. Padahal sebelumnya Hanbin belum pernah menunjukkan ekspresi seperti tadi, tersenyum saat bicara dengan Zhang Hao. Apakah jika Zhang Hao berhasil membantunya sebagai seorang kakak apa mungkin Hanbin akan membutuhkan bantuan Zhang Hao lagi nantinya?

"Baiklah. Untuk saat ini kamu harus fokus untuk menurunkan demammu agar kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu dengan baik. Aku akan mengambilkan tasmu dulu" ujarnya lalu bangkit dari kursinya.

"Oh! Sebelum itu, soal Phanbin"

"Phanbin?"

"Walau kamu sedang demam dan pusing tapi sikapmu pada Phanbin tadi benar-benar kasar. Jika kamu bertemu dengannya nanti kamu harus meminta maaf padanya" ujarnya lalu menarikkan selimut untuk Hanbin.

Yang Hanbin benar-benar butuhkan saat ini adalah sosok Ayahnya. Tapi sampai sekarang kemana sosok Ayahnya itu? Tidak pernah bertemu sampai lima tahun itu bukannya terlalu berlebihan? Sesibuk apa Ayah Hanbin sampai ia tidak bisa meluangkan waktu satu hari saja untuk Hanbin.

***

"Apa aku harus bergabung dengan OSIS ya agar bisa membantu pekerjaan kalian?" ujar Zhang Hao di ruang keluarga sambil mengambil satu kertas milik Hanbin disana.

"Tidak perlu. Kamu hanya akan jadi beban kita nantinya" jawabnya lalu mengambil kertasnya kembali.

"Jahat, ih!"

"Untuk sekarang kenapa kamu tidak mencoba menaati semua peraturan yang ada di sekolah lebih dulu?"

"Iya-iya nanti aku-Eoh?" ucapannya terputus saat mendengar suara keras dari depan.

"Mungkin itu Ibu?" sahut Hanbin.

"Biar aku saja. Kamu lanjutkan pekerjaanmu"

Zhang Hao lalu berjalan ke depan dan menyambut kepulangan Ibunya.

"Selamat Datang, Ibu. Loh?"

"Siapa dia?"

Bukan Ibunya melainkan seorang pria yang lebih dewasa tinggi dan besar sedang memeluk sebuah bingkisan yang sangat besar dengan sebuah koper di sebelahnya.

"Halo! Aku pulang!" ucapnya setelah menaruh bingkisan besarnya di bawah.

"Anda siapa ya?"

"Kamu Zhang Hao, kan?" tanya pria itu.

"Iya, Saya Zhang Hao"

"Wah. Jadi kamu Zhang Hao ya. Senang bertemu denganm, Zhang Hao!" ujarnya lalu memeluk erat Zhang Hao dalam dekapannya.

"EH? Apaansih? Lepas! Dasar Om-om pedo mesum! Lepasin!!" seru Zhang Hao ribut. Tenaga pria yang memeluknya itu benar-benar kuat.

Hanbin yang mendengar keributan dari depan lalu menghampiri Zhang Hao mengecek barangkali sesuatu terjadi.

"Apa yang terjadi?"

Hanbin lalu menyadari ternyata orang yang sedang memeluk erat Zhang Hao itu adalah sosok yang sudah tidak bertemu dengannya selama lima tahun lebih.

"Son..saengnim?" ucap Hanbin.

"Sonsaengnim?" bingung Zhang Hao.

"Duh, Hanbin. Kan sudah aku bilang berhenti memanggilku begitu, aku bukan guru lagi. Panggil aku, Ayah" suruh pria itu.

"Eh? Ayahnya Hanbin?!"

To Be Continued...

- 06.03.2023 -

[✓] ATTENTION | BINHAO FT. HARIBOZ ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang