Iblis Di Sampingku (Tamat)

3. Salah

"Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku! Kau salah orang! Bukan aku yang sudah membunuh ayahmu!" Nyx Ivona berteriak-teriak seraya terus mencoba melepaskan diri dari seretan kasar Jaden.

"Jangan melawan! Karena kau tidak akan bisa lari diri dariku!" Jaden terus membetotnya dengan sekuat tenaga. Tidak peduli meski langkah Nyx Ivona pontang panting, kakinya terbentur-bentur sana sini hingga membiru.

Jaden membawa Nyx Ivona ke kediamannya dengan kondisi tangan masih diikat. Dia menyeret-nyeret dengan tidak berperasaan, seolah Nyx Ivona binatang yang hina dan pantas diperlakukan demikian. Sengaja dia membawanya ke sana supaya lebih mudah menyik sanya. Jaden bersumpah akan membuat Nyx Ivona menderita hingga memohon kematian. Dia akan membuat Nyx Ivona menyesal pernah berurusan dengannya.

Bruk!

Jaden membanting Nyx Ivona ke tempat tidur lalu menduduki tubuh wanita itu. "Lihatlah betapa lemahnya dirimu sekarang. Selamat datang di neraka. Hari ini dan kedepannya adalah hari pembalasan untuk kejahatanmu. Enjoy!" Dia menyunggingkan senyuman tipis yang mengintimidasi.

Sementara Nyx Ivona sudah menangis sesenggukan. Hatinya pilu mendapatkan perlakuan tidak manusiawi ini. Nyx Ivona kepayahan. Dia tak berdaya melawan. Nyx Ivona tak menyangka kalau dia akan melalui hari-hari ini. Mungkin sebentar lagi sang iblis akan menghabisi nyawanya atau dia akan menyiksanya perlahan hingga kehabisan darah dan mati. Nyx Ivona tak dapat menerka, tetapi dia yakin Jaden takkan membiarkannya mati dengan mudah. Terlihat lelaki tersebut sangat membencinya. "Aku mohon. Siapapun kau, aku sungguh tidak mengenalmu. Aku tidak mempunyai urusan denganmu. Aku hanya guru taman kanak-kanak biasa yang miskin. Aku bukan orang yang kau cari," tutur Nyx Ivona yang sudah putus asa. Dia tak tahu harus menjelaskan seperti apa lagi padanya. Semua penjelasan yang Nyx Ivona berikan, sama sekali tidak didengar. Jaden tidak mau memercayainya.

Jaden terbahak-bahak. "Kau pikir aku akan percaya, hah?" Air mukanya berubah bengis lalu mendaratkan beberapa tamparan ke wajah Nyx Ivona. "Pel cur sialan! Wanita mu rahan!" Tamparannya keras hingga membuat hidung dan bibir gadis itu berdarah-darah. Tidak puas sampai di situ, Jaden bahkan memukuli tubuh kurus Nyx Ivona dengan tinju besarnya. Namun wanita itu tidak bisa melawan selain menerima siksaan yang dilayangkan Jaden padanya. Bahkan seluruh tubuh dan wajahnya sudah teramat kesakitan. Nyx Ivona tak kuasa melawan. Dia berada di posisi yang tidak menguntungkan, kedua tangan diikat ke belakang dengan tubuh ditindih. Jaden yang berperawakan tinggi besar membuat Nyx Ivona kesulitan bergerak dan mengambil napas.

"Rasakan ini ja lang!" 

Bugh!

"Inilah akibatnya kalau kau mencari masalah denganku!"

Bugh!

Bugh!

"Bagaimana? Kau menyukainya? Apa masih kurang keras?" 

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Tanpa jeda Jaden mendarat banyak pukulan ke tubuh kurus Nyx Ivona. Dia tak peduli dengan wajah mengiba dan penuh derita di bawahnya. Karena baginya Nyx Ivona sangat pantas menerima semua perlakuan ini. Dia pantas mendapatkan hukuman ini.

"Am–pun … hen–ti–kan … a–aku su–dah ti–dak ku–at la–gi." Nyx Ivona memohon belas kasihan Jaden. Dia tak kuat menerima semua itu lebih lama. Terlalu menyakitkan, bahkan kini Nyx Ivona sudah tidak mempunyai sisa tenaga lagi. Dia lemas menerima banyak sekali pukulan dari Jaden. Semua anggota tubuhnya sudah memar-memar. Nyx Ivona tak kuasa menahan semua ini, hingga beberapa saat kemudian Nyx Ivona pun akhirnya kehilangan kesadaran. 

Melihat Nyx Ivona terkulai dengan mata terpejam rapat, Jaden merasa sangat frustrasi. Dia belum puas melampiaskan dendamnya. Jaden ingin lebih. Dia ingin menghukumnya lebih lama, lebih pedih. "Breng sek! Bangun!" sentaknya. "Argh! Sial!" Jaden berteriak kacau lalu merogoh ponsel di saku celananya dengan gusar.

"Segera krim dokter ke sini sekarang!" bentak Jaden pada seseorang di sambungan telepon. Kemudian memandang Nyx Ivona geram dengan napas memburu. "Ini belum selesai Nyx Ivanka. Aku tidak akan melepaskanmu. Kau harus mati di tanganku. Camkan!" desisnya sembari menyeringai kecut.