5. Pedih

173 9 0
                                    

Lima hari kemudian, Nyx Ivona siuman. Keadaannya sangat lemah dengan banyak luka lebam di tubuh dan wajah. Nyx Ivona merintih saat merasakan seluruh badannya remuk redam tak keruan. Dia bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya, karena terasa berat dan pusing. Siku kanannya terkilir sehingga harus dibalut perban elastis dan kini belum bisa digerakan. Keadaannya benar-benar memprihatinkan, membuat siapapun akan mengiba, kecuali pria jahat itu.

Nyx Ivona memerhatikan sekeliling. Dia mengenali ruangan ini, ruangan yang digunakan pria dengan wajah seram itu menyiksanya. Perlahan bulir air mata Nyx Ivona pun menggenang kala mengingat kebengisan pria yang menganiayanya. Kenapa seorang manusia bisa begitu kejam? Padahal jelas-jelas Jaden tahu kalau Nyx Ivona tidak mempunyai daya untuk melawan. Namun tiada ampun dia terus menghujani tubuh ringkih Nyx Ivona dengan bogem mentahnya, penuh kemarahan serta sekuat tenaga. Wanita itu menangis hingga sesenggukan.

Tiba-tiba Nyx Ivona melihat pintu terbuka. Lekas tubuh gadis itu menegang, tangis tersedu-sedannya berhenti berganti degup jantung yang terkencar-kencar. Nyx Ivona sangat ketakutan. Namun hatinya langsung lega saat melihat bukan Jaden yang datang. Nyx Ivona menangis terharu. Dia sangat berterima kasih kepada Tuhan. Semoga saja pria berkaki besi itu tidak datang menemuinya lagi.

"Ah, kau sudah bangun. Sebentar aku panggilkan Rafael." Wanita berkemeja dan rok span itu meninggalkan Nyx Ivona begitu saja. Tak selang lama dia kembali dengan seorang pria yang malah membuat Nyx Ivona kembali ketakutan. Rafael? Apa mungkin dia pria yang telah membuatnya menjadi seperti ini? Nyx Ivona sama sekali belum mengetahui Jaden. Dia juga tidak sempat menanyai namanya, sebab Jaden langsung memukulinya di pertemuan pertama mereka. Namun saat melihat yang datang bukan orang yang sama, Nyx Ivona malah makin gelisah. Apakah dia akan menerima siksaan lain? Nyx Ivona berusaha bangun dengan susah payah. Namun roboh kembali saat tersentak oleh rasa sakit di ceruk lehernya. "Ka–kau siapa? Ma–mau apa? Tolong jangan sakiti aku lagi." Nyx Ivona mengemis belas kasihan sambil meringis kesakitan. Tubuhnya sudah takkan sanggup lagi menerima segala perlakuan kasar. Nyx Ivona bisa mati.

"Aku, Rafael. Nona, tidak perlu takut padaku. Aku dokter yang merawatmu selama ini," jelas Rafael yang berhasil menurunkan ketegangan Nyx Ivona. Lelaki itu pun memeriksa denyut nadi dan pernapasan Nyx Ivona. "Syukurlah, keadaanmu sudah stabil. Tapi kau harus berada di atas tempat tidur sampai lehermu benar-benar sembuh." Rafael membereskan alat medisnya setelah selesai memberikan obat dan beberapa suntikan. "Kalau ada apa-apa kau bisa meminta bantuan Julia. Dia yang ditugaskan merawatmu saat aku tidak ada."

Julia pun membungkukan badan. "Terima kasih, Dok."

Sepeninggalan Rafael, Nyx Ivona tak lantas tidur. Dia tak tahan untuk tidak bertanya sesuatu pada Julia. "Julia, apa aku boleh bertanya padamu?"

"Bertanya apa, Nona?"

"Ada di mana aku sekarang?"

"Di Italia, tepatnya di mansion Tuan Jaden Benvalio. Tapi maaf untuk detail daerahnya aku tidak bisa memberitahumu."

"Jaden Benvalio? Siapa dia?"

"Dia adalah pemimpin kami yang disegani banyak orang, penguasa daerah ini."

Nyx Ivona tidak paham dengan jawaban Julia. Penguasa daerah ini dan disegani? Apa Jaden walikota? Namun kenapa sikapnya begitu kasar dan kejam? Bukankah seorang walikota harusnya bisa lebih manusiawi, mengingat kedudukannya sebagai pemimpin. Nyx Ivona tidak habis pikir. Bagaimana bisa orang segila Jaden terpilih menjadi walikota? Apa semua warga di kota ini sudah tidak waras?

Iblis Di Sampingku (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang