8. Keliru

183 7 0
                                    

"Please, hen-hentikan." Nyx Ivona menekan perutnya yang kini sangat mual. Namun, dia tak bisa menjauhkan wajahnya, Nyx Ivona tidak mampu berpaling sebab cedera pada tulang lehernya belum sembuh dan masih terasa sangat pegal.

Jaden menghentikan aksinya lalu menekan tombol di sisi lutut, melepaskan kaki besi yang membalut sebelah kakinya–yang membantunya bisa berjalan seimbang. "Dokter Rafael bilang aku tidak boleh menyiksamu menggunakan kekerasan lagi atau kau akan mati sebelum aku memperoleh apa yang kuinginkan. Jadi aku memutuskan untuk menghukummu menggunakan cara yang halus." Dia menyeringai dingin.

"Mak-maksudmu apa?" Nyx Ivona melihat Jaden pusat. Dia khawatir membayangkan siksaan seperti apa lagi yang akan didapatkan. Keadaannya sekarang belum pulih akibat penganiayaan kemarin. Apa kini dia akan menerima kekerasan baru? Nyx Ivona berdoa di dalam hati, meminta Tuhan memberikan Jaden belas kasihan sedikit saja.

"Siapa yang menyuruhmu menghabisiku dan ayahku? Dan apa imbalan yang kau dapatkan?" tanya Jaden.

"Su–sudah kukatakan. Aku bukan pembunuh. Bukan aku yang melakukan semua itu. A–aku berani bersumpah atas nama Tuhan." Nyx Ivona menjawab dengan suara yang tercekat-cekat sebab debaran jantung tak menentu mengguncang napasnya.

"Ck! Kau masih tidak mau jujur juga." Manik Jaden memelotot nyalang.

"A–aku sudah jujur. A–aku tidak berbohong. Per–percayalah. Please." Nyx Ivona memelas. Tidak bisakah Jaden melihat kejujuran di matanya? Karena pria itu selalu mengatai Nyx Ivona pembohong meski sudah menjelaskan dengan sungguh-sungguh.

Jaden tersengih sinis. "Aku sudah berhadapan dengan banyak sekali pembohong sepertimu. Mereka terlihat meyakinkan dan memelas, tetapi semua yang dikatakannya kebohongan karena takut dengan hukumanku. Jadi, jangan berharap aku akan percaya padamu."

Nyx Ivona meringis. Terlihat air mulai menyembul dari sudut mata, luruh membasahi tulang pipinya. Sangat sulit sekali meyakinkan Jaden kalau dirinya telah salah menangkap orang. Nyx Ivona putus asa. Sepertinya dia ditakdirkan mati di tangan iblis ini. Benar-benar kematian yang tidak adil. Nyx Ivona sakit hati mengenang nasibnya yang malang, harus menanggung hukuman atas dosa yang orang lain lakukan.

Jaden mengelus sisi muka Nyx Ivona yang halus. Dulu wajahnya pula sebagus itu, lembut dan bersih. Namun, sekarang berubah mengerikan karena luka bakar dari ledakan bom beberapa tahun silam. Wajah kanan dan kaki kanan Jaden dinyatakan cacat permanen. "Kau sungguh ingin tahu, kenapa wajahku seperti ini?"

"Ke–kenapa?"

Tiba-tiba saja Jaden merasa sangat marah hingga memukul kepala ranjang dengan keras. "Ini semua karena ulahmu! Kau yang sudah membuatku cacat!" bentaknya lalu mencengkram geram tangan Nyx Ivona yang terluka. "Karena ulahmu pula aku menjadi bahan cemoohan dan dipandang jijik oleh semua orang! Kau memang breng sek."

"Ah, aduh! Ampun! Tolong lepaskan tanganku! Itu sakit!" seru Nyx Ivona yang kesakitan kala tangannya yang bengkak diremas. Air mata sudah berlinangan saat merasakan nyeri hebat pada tangannya. Sebelah tangannya lagi yang baik-baik saja memukuli pangkal lengan Jaden untuk membuatnya menjauh.

"Sakitmu ini tidak sebanding dengan luka hati yang kuderita! Kau pantas mendapatkan lebih dari ini!" Jaden menangkap tangan Nyx Ivona yang baik-baik saja lalu menekannya ke bawah dengan kuat. Nyx Ivona tampak tidak bisa diam sebab tekanan menyakitkan di tangannya yang cedera. Dia menangis melaung-laung meminta ampun. Namun, bukannya dilepaskan, Jaden malah kian kencang meremasnya, membuat Nyx Ivona kepayahan hingga akhirnya melemas dan hanya bisa menangis.

"Breng sek! Kenapa tidak kau bunuh saja aku pria dengan muka menjijikkan?!" sungut Nyx Ivona mendesis. Dia sudah tak peduli dengan reaksi yang akan ditunjukan Jaden. Nyx Ivona benar-benar putus akal. Dia tak tahu harus bagaimana supaya Jaden melepaskan tangannya.

Iblis Di Sampingku (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang