"Bayi itu bukan anak mantan pacar Ivona! Dia darah dagingku, Riley!" sentak Jaden pada Riley yang mengangkat kedua tangannya gemetaran.
Riley terpangah–ternganga. "A–apa? Ba–bagaimana bisa? I–ivona sendiri yang …."
Jaden menghantamkan grip senjatanya ke sisi kepala Riley. "Sialan kau, Riley! Kau tidak menyelidikinya terlebih dulu!"
Riley tersungkur, memegang pelipisnya yang berdarah. Dia meringis kesakitan serta pusing lekas mendera. Namun, tak berhenti sampai di situ, Jaden pula menghajar Riley hingga tak berdaya. Pria buruk rupa itu sangat murka dengan kebodohan Riley pun Nyx Ivona yang enggan memberitahunya dari awal.
Puas memukuli keponakannya Jaden pun terduduk lunglai di sofa kabin itu dengan napas ngos-ngosan. Dia meremas kepalanya yang merasa stress. Sesekali Jaden mengusap wajahnya frustrasi. Dia merasa tak keruan dikulum kemarahan. Jaden mendada geram. Dia menyesal telah menyuruh Riley membunuh anak itu. Andai saja Jaden tahu dari awal. Dia takkan berbuat begitu.
Setelah melakukan perjalanan panjang, Jaden dan rombongannya pun tiba di kediamannya. Nyx Ivona berbaring lemas di tempat tidur. Air mata segera berlinangan saat mengingat nasib nahas yang menimpa putranya. Dia terisak-isak hingga tubuhnya berguncang.
"Untuk apa kau menangis, Ivona? Hentikan air mata buayamu," ketus Jaden yang memasuki kamar. "Kau pasti bahagia karena telah berhasil membuatku menghabisi anakku sendiri. Ini rencanamu kan? Cih!" Dia melihat jijik Nyx Ivona yang meringkuk di peraduan.
Nyx Ivona yang sesenggukan pun memaksakan bangkit. Dia menatap tajam iris Jaden penuh kebencian. "Apa kau sudah gila? Kau kira tangisanku ini kepura-puraan? Ibu mana yang akan baik-baik saja setelah tahu anaknya meninggal? Ditambah lagi dia meninggal karena dibunuh! Dibunuh iblis!" bentak Nyx Ivona hilang kesabaran.
Plak!
Jaden menampar wajah Nyx Ivona hingga terhempas, wajah wanita itu menghantam kepala ranjang. Kemudian lelaki itu mencengkram pangkal lengan Nyx Ivona kuat, hingga si empu meringis-ringis merasakan sakit di muka dan tangannya. "Jaga mulutmu, Ja lang! Kau tidak berarti apa-apa untukku! Aku sanggup membunuhmu saat ini juga!" seru Jaden marah di depan wajah Nyx Ivona.
"Bunuh! Bunuh saja aku! Aku lebih baik mati daripada harus menjadi peliharaan! Daripada harus menghabiskan sisa hidupku denganmu!" ucap Nyx Ivona seraya tersengut-sengut. "Kau bukan manusia! Kau jahat!" Dia tersedu-sedu.
"Lancang sekali mulutmu, Ivona! Kau mulai berani padaku! Kau harus kuberi pelajaran!" Jaden menarik paksa Nyx Ivona dari ranjang, menyeretnya seperti bangkai hina.
"Lepas! Lepaskan aku, Jaden! Hentikan!" teriak Nyx Ivona menangis mengharu biru sembari mencoba melepaskan sebelah tangannya yang digenggam Jaden seraya menggapai apapun yang terlewati supaya Jaden berhenti menyeret-nyeretnya. "Jaden! Lepas! Ja …."
Brugh!
Jaden melempar tubuh Nyx Ivona ke lantai di bawah shower. "Otakmu harus disiram air agar bisa berpikir normal, Ivona!" Dia menyalakan shower, membuat air dingin segera menghujami tubuh dan kepala Nyx Ivona. Kemudian menghimpit wanita itu ke dinding, memaksanya membuka kedua kakinya. Nyx Ivona paham apa yang hendak Jaden lakukan. Sekuat tenaga dia mencoba melawan. Nyx Ivona belum bisa menerima Jaden. Dia masih belum sembuh pasca melahirkan.
"Kau akan menerima akibatnya," bisik Jaden seraya membungkam kuat mulut Nyx Ivona.
Nyx Ivona menjerit-jerit kesakitan dalam bungkaman Jaden. Rasa sakit dan perih menghantam organ kewanitaannya. Dia memukuli sembarangan tubuh pria itu, berharap Jaden akan menghentikan aksinya. Nyx Ivona benar-benar merasa kepayahan, bahkan darah segar pun tampak mengalir di bawahnya. Nyx Ivona tidak kuasa menahan sakit tersebut lebih lama. Itu terlalu menyiksa.
"Inilah hukumannya kalau kau lancang padaku!" Jaden menyeringai puas melihat Nyx Ivona menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iblis Di Sampingku (Tamat)
ChickLit(Sebagian bab telah dihapus untuk kepentingan penerbitan) Nyx Ivona-berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak serta freelance voice over artist-harus berhadapan dengan Jaden Benvalio-mafia kejam asal Italia-yang menuduhnya sebagai pembunuh. Namun, u...