Lima tahun kemudian ….
"Riley! Sudah waktunya sarapan!" seru Nyx Ivona dari dapur. Pancake pesanan sang anak semalam, kini sudah terealisasikan dan tersaji hangat-hangat.
"Mommy! Mommy, lihat! Aku mendapatkan batu bulan!" Riley berlari dari halaman belakang dengan terpogoh-pogoh. Dia tampak antusias dan penuh semangat.
"Apa ini?" Nyx Ivona melihat bingung batu berwarna putih itu.
"Itu batu bulan, Mommy! Oh Tuhan, sepertinya aku sudah menjadi seorang penemu sekarang!" Riley kegirangan hingga terkinjat–melompat-lompat dengan gembira.
"Ini batu biasa, Riley. Batu kapur. Bukan batu bulan." Nyx Ivona memutar bola matanya. Riley begitu terobsesi dengan sains angkasa. Bocah lima tahun itu senang mengamati langit menggunakan teropong–hadiah hari kelahiran tahun lalu–hampir setiap malam memerhatikan bintang jatuh.
"Oh ya? Aku rasa Mommy salah. Ini batu bulan, Mom. Coba amati dengan baik. Ini seperti batu kepunyaan Kakek Agastya," sanggah Riley. Dia sangat yakin kalau batu tersebut berasal dari bulan seperti milik Agastya–ilmuwan asal India yang menetap di Pulau Faroe. "Untuk membuktikan kebenaranku, aku akan ke rumah Kakek Agastya siang ini. Aku yakin ini batu bulan, sama seperti miliknya."
"Batu bulan, batu bulan, batu bulan. Selalu saja batu bulan yang kau bicarakan setiap hari. Sudahlah terserah kau saja. Tapi sebelumnya kau harus habiskan dulu sarapanmu. Ini pancake pesananmu semalam." Nyx Ivona meletakan pancake di meja makan ukuran kecil itu.
"Yee! Pancake!" seru Riley kegirangan. Dia segera duduk di kursi makan, menghadap menu sarapan baru yang tampak enak. Riley tak sengaja melihat makanan tersebut di acara televisi dua hari yang lalu dan sangat penasaran dengan rasanya.
"Ini madunya. Tuangkan ke pancake-mu," ucap Nyx Ivona sembari menyerahkan sebotol kecil madu murni.
"Aku tidak mau madu, Mom. Aku mau pakai selai cokelat." Riley turun dari kursi, membuka kulkas untuk menganbil selai cokelat kesukaannya.
"Terserah."
Nyx Ivona menjalani kehidupan sederhana di Faroe. Dia berternak Domba Purba untuk menghasilkan uang. Meskipun warisan dari Riley lebih dari cukup, tetapi Nyx Ivona tidak semena-mena menggunakannya untuk berpoya-poya. Sebisa mungkin dia menghemat, menyisikan untuk biaya sekolah sang anak kelak. Mengingat cita-cita Riley yang tinggi. Nyx Ivona ingin mendukungnya.
"Enak, Mom! Aku suka!" Riley tersenyum gembira.
"Pelan-pelan, Riley. Kita tidak sedang balapan makan." Nyx Ivona menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya.
"Bagaimana dengan steak pesananku, Mom? Ini hari ulang tahunku. Kita wajib makan steak terbaik hari ini."
"Mommy pusing meladenimu yang banyak maunya, Riley." Nyx Ivona memijat kening.
"Mooom." Riley cemberut.
Nyx Ivona tertawa. "Mommy hanya bergurau, Riley. Tentu saja. Sebentar lagi Paman Arman sampai mengantarkan daging kesukaanmu. Hmm?"
"Yee! Steak daging yummy!"
Uhuk!
Uhuk!
"Ya ampun, Riley. Sudah beberapa kali Mom bilang, jangan berbicara saat makan. Sebentar Mom ambilkan air putih."
Tok!
Tok!
Tok!
"Itu pasti Paman Arman. Biar aku saja yang bukakan!" Batuk Riley sudah berhenti. Dia berlari ke pintu lalu membukanya.
Nyx Ivona yang tengah mengambil air pun hanya bisa menggelengkan kepala. "Ya ampun, dia sungguh tidak bisa diam."
"Mommy! Paman tetangga baru yang semalam aku ceritakan datang berkunjung!"
"Mommy kemarilah!" Riley tidak sabaran.
"Sebentar, Riley! Anak itu selalu saja membuat keributan," gerutu Nyx Ivona seraya membawa seteko air putih. Namun langkahnya membeku diambang pintu dapur. Dia terpegan dan pegangan pada teko pun melemah, hingga benda itu jatuh pecah, berserakan di lantai.
"Apa kabar, Ivona?" Pria dewasa yang berdiri di dekat Riley tersenyum dengan bersahaja.
"Ja-jaden?" Nyx Ivona tergagap dengan mata membelalang.
Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iblis Di Sampingku (Tamat)
ChickLit(Sebagian bab telah dihapus untuk kepentingan penerbitan) Nyx Ivona-berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak serta freelance voice over artist-harus berhadapan dengan Jaden Benvalio-mafia kejam asal Italia-yang menuduhnya sebagai pembunuh. Namun, u...