°°°
°°°
Di sebuah rumah megah, terdapat sebuah keluarga sedang melaksanakan makan malam. Rumah bergaya klasik kuno serta terdapat ornamen di setiap sudut ruangan semakin membuat rumah itu terlihat indah dan berkelas.
Terlihat seorang pria dan wanita yang sudah menduduki usia kepala empat. Dan terdapat seorang lelaki tengah memakan makanan nya dengan tenang. Meja makan sangat hening sampai suara bariton pria yang pastinya adalah kepala keluarga tersebut memecah keheningan yang terjadi.
"Nath, akhir-akhir ini papah jarang lihat Sheila, kemana dia?" Lelaki yang tak lain adalah Nathan mendongak menatap papah nya yang bernama Caesar Adijaya Putra dan juga mamah nya yang bernama Alexa Stevani dengan mulut yang penuh makanan.
Setelah selesai mengunyah ia pun menjawab. "Kenapa emangnya pah?" Tanyanya menatap Caesar.
Caesar menggeleng kecil. "Nggak papa, papah cuma nanya aja." Jelasnya lalu kembali makan.
Alexa berceletuk. " Iya, mamah juga lama gak liat Sheila. Nathan, besok kamu ajak dia ya buat makan malam di sini!" Pintanya pada Nathan.
Nathan mengangguk, ia sudah selesai makan. Lelaki itu bangkit dari duduknya. "Pah, Mah Nathan izin main ya ke markas?" Izinnya sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
Caesar dan Alexa mengangguk. "Hati-hati! Jangan ngebut!" Titahnya sambil mengacak surai anaknya.
Nathan mengangguk lalu segera pergi menaiki motor, membelah jalanan kota Jakarta yang selalu ramai orang beraktivitas. Angin malam yang tenang menambah kedamaian tersendiri untuk lelaki tersebut.
Nathan menghentikan laju motornya, memarkirkan nya didepan supermarket. Ia akan membeli beberapa jajanan untuk para teman laknatnya itu. Ia baik kan? Tentu saja.
Nathan memasuki supermarket tersebut lalu mulai memasukkan jajan ke dalam keranjang. Setelah di rasa cukup ia berjalan menuju kasir untuk membayar.
"Totalnya lima ratus ribu kak, mau tambah rotinya? Beli satu dapet saya," Tawar mbak-mbak kasir dengan tatapan genit.
Nathan tersenyum kikuk. "Nggak usah mbak saya udah punya istri." Ucapnya menahan tawa sambil memberikan kartu kredit.
Sang mbak-mbak kasir itu menahan malu. Sial! Masak iya lelaki itu sudah ber istri? Kalaupun sudah ia juga rela menjadi istri keduannya. Salahkan saja mengapa lelaki itu mempunyai muka yang teramat tampan.
Mbak kasir pun tersadar dari lamunannya lalu ia menampar pipinya pelan. Sadar suami orang! Jangan jadi pelakor! Batinnya mendapat hidayah.
Nathan menahan tawa melihat raut muka mbak kasir yang seperti orang linglung. Ia pun berjalan keluar dari supermarket menuju motornya. Namun saat lelaki itu akan menaiki motornya, ia mendengar tangisan perempuan.
"Gue pengen pulang, jangan tinggalin gue.." Suara perempuan itu semakin terdengar jelas di gang sempit sebelah supermarket.
Nathan segera mendekat ke asal suara tersebut. Namun ia terkejut kala mendapati seorang gadis tengah menelungkupkan wajahnya ke lipatan tangan. Lelaki itu segera mendekati gadis itu.
" Hey, lo kenapa sendirian di sini?" Tanya Nathan lembut.
Gadis itu terkejut lalu segera menatap orang di depannya. "Gue pengen pulang, tapi gue ga tau jalan sini. Tolong anterin gue pulang!" Pintanya terlihat menyedihkan.
Nathan mengangguk paham sepertinya gadis itu tidak tau area sini atau mungkin baru pindah ke kota ini. "Sekarang, lo ikut gue dulu ke markas gue, setelah lo tenang nanti gue pesenin taksi ke alamat rumah lo, oke?" Jelasnya berusaha meyakinkan.
Gadis itu menurut lalu mereka berdua menaiki motor menuju ke markas Geng Zarlos. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai. Mereka pun memasuki markas tersebut yang dimana kehadiran mereka langsung menjadi pusat perhatian semua orang.
"Widihh suhu! Dateng-dateng udah bawa cewek aja bro. Pacar lo?" Cetus Adit melayangkan pertanyaan.
"Bukan, dia nyasar nggak tau jalan pulang," Jawabnya malas.
Nathan beralih menatap gadis itu. " Lo ganti baju dulu aja! Di kamar atas ada baju buat cewek kok." Tangannya menunjuk ke lantai atas.
Gadis itu mengangguk lalu berjalan menaiki tangga menuju ke kamar yang di maksud. Sedangkan Nathan sudah menghampiri teman-temannya dan mendudukkan dirinya di sofa.
"Kenapa pake baju Sheila?" Semua yang disana terkejut karena yang tadi berbicara adalah Biru, lelaki irit bicara. Pasalnya ia biasanya tidak mau ikut campur urusan orang lain. Namun ini? Rasanya mustahil.
Nathan menaikkan satu alisnya. "Ya masak lo mau biarin dia dengan penampilan kayak gitu? Kan kasian juga."
"Lagian nggak biasanya lo suka ikut campur urusan orang," Lanjutnya lagi.
"Kenapa? Lo kayak nggak suka kalo barang Sheila di pake orang lain? Nathan sahabatnya aja biasa aja" Cetus Vano dengan senyum miringnya.
Sedangkan Biru tak berminat lagi untuk membalas. Adit yang ingin mencairkan suasana pun akhirnya menyanyikan sebuah lagu yang sempat viral.
"Ekhem, cek cek satu dua tiga."
Aiya susanto, perempuan banyak muda..
Ana banyak susah jalan tutup mata.
Wang dan ringgit, ana takda hairan, nah.
Ente tutup mata, ana tentu jalan.Saat Adit ingin melanjutkan kembali lirik lagu tersebut, gadis yang tadi sudah datang mengalihkan pandangan semua orang kecuali Biru.
Nathan langsung bangkit. "Mau pulang? Gue pesenin taksinya ya? Alamat lo mana?" Tawarnya yang langsung di angguki gadis itu sekaligus menyebutkan alamatnya.
Nathan yang mndengar itu langsung memesan taksi online lalu mengajak gadis itu untuk menunggu di luar. Beberapa menit kemudian, taksi yang di pesan sudah datang.
"Oh iya kenalin, gue Nathan. Maaf ya gak bisa nganterin lo," Ucap Nathan tidak enak.
Gadis itu mengangguk. "Gak papa, thanks ya?" Lalu gadis itu memasuki mobil itu. Sebelum mobil itu berjalan gadis itu kembali mengucapkan sesuatu.
"Gue Naya, nice to meet you. Gue ramal kita akan ketemu lagi." Gadis itu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya ke arah Nathan sebelum akhirnya taksi itu sudah berjalan menjauhi lelaki itu.
Nathan tertegun.
Senyuman itu, seperti ia pernah melihatnya.
°°°
Senyuman siapa tuhhh🤭
Naya?? Tokoh baru gaiss
Biru aneh ga si??🤫
Janlup vote and commet ya🙏🤓
See u🥰😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Sheila
Teen FictionSheila Athena Kamilia, seorang gadis yang mempunyai penyakit mental karena sebuah peristiwa kelam sewaktu ia kecil. Hidup Sheila kini tak pernah bahagia semenjak kematian kedua orang tuanya yang meninggal karena tragedi pembunuhan. Bermodalkan teka...