Sehari-harinya Lan Wangji terus berjalan seperti biasa, tidak ada hal yang menarik.
Hubungannya bersama Wei Ying pun belum kunjung mendekat, hanya begitu saja.
Meski beberapa kali bertemu, namun intensitasnya tidak sering.
Ia menjadi tidak sabar.
Harus seperti apa lagi ia menunggu takdir tuhan menyatukan mereka?
Harus berapa lama lagi?
Dan dengan pikiran inilah, beberapa pekerjaan membuatnya tidak fokus.
.....
Ia tidak lagi bermain Guqin miliknya, karena ia tau Wei Ying sudah ada di depan matanya.
Namun sulit untuk mengendalikan diri setiap mereka bertemu, mungkin karena hal itulah tuhan belum menyatukan keduanya.
Dan disisi lain, Wei Wuxian sedang sibuk merapikan rak-rak buku di perpustakaan daerah, ia bekerja paruh waktu disana.
Mengambil beberapa bagian kecil yang gajinya tidak seberapa, tapi cukup untuk menghabiskan waktu secara percuma.
Bahkan beberapa kali kegiatan membacanya meningkat sangat cepat, ia sudah membaca banyak buku di tempat ia bekerja.
Meski masih terlalu bingung dengan tumpukan sastra kuno yang ada di ujung ruangan.
.....
Jika di pikir, pekerjaan yang di ambil Wei Wuxian itu cukup banyak.
Ia akan memulai pekerjaannya sebagai pengantar koran di pagi hari lalu siang hingga sore akan ada di perpustakaan, dan untuk malam, ia menghabiskan tenaga di sebuah pekerjaan angkat beban, jadi tukang bangunan.
Itu semua hanya sementara, apalagi tukang bangunan. Mereka kekurangan orang, jadilah ia mendaftar secara cuma-cuma, dan segera bekerja.
Meski pun cukup padat, ia menikmati itu.
Bahkan beberapa kali berkeliling menyapa anak kecil atau sekedar bermain bola voli pantai di dekat tempatnya bekerja.
Sebenarnya ia sedikit beruntung, bukan?
.....
Lan Xichen juga di landa perasaan gundah gulana, ia merasa cukup sering bertemu dengan Meng Yao tapi tidak dengan Jiang Cheng.
Memikirkan bagaimana cara bertemu saja susah, apalagi untuk menatap anak itu secara langsung.
Kalau dulu ia akan senang berduaan seperti ini, tapi untuk sekarang, yang di pikirannya hanya anak judes yang sudah lama tidak ia jumpai.
Bunga peony itu bahkan belum sempat tertuju padanya.
"Lan Xichen,"
Suara Meng Yao mengaburkan pemikirannya, memaksanya untuk menatap sosok yang duduk di depannya.
"Ada apa?"
"Kau bilang akan mengajariku, tapi setiap aku bertanya, tidak ada reaksi darimu," Meng Yao mendesis, ia menyilangkan tangan tanda protes.
Lan Xichen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia gugup.
"Maafkan aku, aku tidak fokus," ia hanya bisa meminta maaf.
"Lupakan saja, aku sudah tidak minat belajar," gerakan yang cenderung kasar membuatnya makin merasa bersalah.
Pasalnya sejak anak itu mengajak bertemu, ia sungguh tidak ingin. Namun tidak bisa menolak karena dia bilang sudah mendekati waktu ujian.
Terkutuklah sifatnya yang tidak enakan!
"Kau mau pergi, kan? Pergi saja," Meng Yao nampak menetralkan amarahnya. Ia merapikan buku serta lembar kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna (MDZS)
FantasyBagaimana jika Wei Wuxian kembali dan melupakan segalanya? Bagaimana jika Lan Wangji harus hidup abadi demi menebus kesalahannya? dan, bagaimana jika kisah mereka tidak berjalan mulus seperti yang di harapkan? ----- Modern AU MDZS Bl story ⚠️ Bebera...