🥤48. Mari Berpisah?

106 13 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Didalam mobil biru kesayangan Jovan itu Imel telah mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menguraikan isi hati yang sejak lama ingin ia utarakan pada Jovan.

"Gue akan ngajuin gugatan Cerai, bang."

Ucap Imel lugas pada akhirnya, sedikit takut melirik pada Jovan yang duduk dikursi kemudi dan tanpa diduga Imel pria itu tak lukis raut terkejut atau amarah sama sekali. Malahan ia mengangguk santai sembari menjawab. "Oke."

Imel cengo sesaat. Sumpah ia tak menduga akan mendapat jawaban
Setuju semudah ini sebab seingatnya selama ini Jovan yang paling menjunjung tinggi kehormatan orang tua mereka dibanding prahara hati yang musti Imel dan Jovan tanggung di baliknya.

"Lo serius, bang? Lo setuju dengan keputusan gue ini?"

"Iya, Mel... Aku setuju. Kalau kamu mau pisah emang aku bisa apa? Apa jika aku menolak perpisahan itu dan marah-marah seperti biasa kamu akan menurut? Enggak kan? Aku ga mau kita bertengkar lagi, Mel. Sebab sejak awal... Yang aku mau meskipun pada akhirnya kita pisah, aku mengharapkan perpisahan yang baik. Dan aku akan netapin janji aku itu..."

Hati Imel dipenuhi rasa lega yang luar biasa, semua sesak didadanya pun dalam sekejab menghilang begitu saja. Ia tak menduga Jovan masih bisa berbuat baik setelah semua problematika mereka yang makin haria semakin runyam saja. Imel tersenyum tipis dan tak merasa tegang lagi... Entah mengapa, detik ini Imel mulai merasa ia dapat memercayai Jovan dan menjadi lebih santai.

"Kalau lo mau jadi yang terdaftar menggugat gue. Gue ga masalah, bang. Asalkan alasannya jangan selain ketidak adanya kecocokan diantra kita berdua dan hanya buat kita selalu berakhir ribut-ribut yah." gue kembali berucap.

"Gapapa, kamu aja yang gugat."

"Heol... Serius ni? Lo ga masalah dengan status lo nanti sebagai duda digugat cerai?"

"Itu lebih baik dari pada kamu harus dapat tittle Janda dicerai, bukan? Setahu aku sih biasanya perempuan merasa lebih baik mutusin dari pada diputusin?"

"Bener juga sih, tapi bang... Jikalau seandinya nanti alasan kita ga cocok belum bisa diterima orang tua kita, gue juga akan mengakui perselingkuhan gue deh, sepertinya itu bakal lebih manjur dari alasan apapun. Karena gue yakin orang tua kita pasti akan punya banyak cara untuk tetap mempertahankan hubungan kita ini."

"Ga usah, biar aku yang urus. kalau perihal selingkuh, aku juga udah selingkuh, ingat? Dan lagi... Status janda di usia muda bagi wanita plus tudingan perselingkuhan bukan kombinasi yang baik untuk di denger orang-orang. Kamu bisa terpuruk nanti."

"Gue bukan orang yang peduli omongan orang sih. Gue ga peduli."

"Tapi aku peduli..."




Imelda POV

Gue terhenyak, mendengar Jovan bertutur sebait kata keramat berisi kepedulian begitu seolah mengundang jantung gue untuk berdesir aneh.

Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang