Sudah satu minggu lebih sejak pertemuan terakhir antara Dayana dan Rey. Sejak itu pula lelaki yang bernama Reynard hanya sekali dua kali menghubunginya. Itupun hanya sekedar salam atau sapaan pagi. Parahnya tak ada satupun yang dibalas olehnya.
Terlalu lama tenggelam dalam traumanya soal lelaki, khususnya 'trust issue' membuat Dayana ragu untuk percaya dengan Rey. Seriuskah? Hanya main-main atau hanya sekedar hiburan untuk lelaki itu? Semua hal negatif serupa berkeliaran di kepalanya tentang lelaki berprofesi sebagai abdi negara itu.
Masih ingat ucapan dari sahabatnya Vanda, saat kemarin ia ke rumah.
"Terus kamu diem aja?"
"Harus tanya, ya?"
"Aduh Dayana! Coba deh tanya sama juniornya itu, si Om Abi, katanya sempet sebut nama dia, kan?" Dayana mengangguk, mengiyakan pertanyaan Vanda.
"Kalau nggak, coba deh tanya langsung sama Om Rey."
"Hah? Nggak, nggak. Masa iya nanya langsung sih?"
"Loh biar jelas sekalian, Day. Apa maunya dia. Kalau mau serius, ayo, kalau cuma main-main tinggalin. Kudu tegas jadi cewek tuh," ucap Vanda menggebu-gebu."
Ucapan Vanda kemarin itulah yang membuat Dayana akhirnya menghubungi Abimanyu untuk bertemu. Seperti biasa tak bisa fast response ketika mengirim lelaki itu pesan. Butuh beberapa jam dari ia mengirim pesan akhirnya nama junior dari Rey terpampang di layar ponselnya.
"Hallo, tante," sapa Abimanyu dari seberang. Sapaan yang cukup menyebalkan bagi Dayana tetapi justru lelaki itu menjadi makin senang menyebutkannya.
"Mbak, Bi," koreksi Dayana. Abimanyu hanya tertawa menanggapinya.
"Soal Bang Rey enaknya ngobrol langsung deh, Mbak."
"Kamu kapan ada waktu luang?"
"Ini sih lagi luang, Mbak. Tapi nanti jam satu ada acara."
"Oke aku jemput deh. Aku lagi deket tempatmu nih. Lima menit sampai depan."
"Lho, dari mana?"
"Dari tempat saudara kasih titipan orang rumah. Ini lagi mampir beli kopi. Udah, ya, mau jalan nih."
"Siap!" Abimanyu pun memutuskan panggilannya. Lelaki itu langsung sigap bersiap diri.
Tepat lima menit setelah panggilan tadi terputus, Dayana sudah tiba di depan pos gerbang masuk. Baru saja ia akan mengetik nama Abimanyu untuk meneleponnya, terdengar seseorang mengetuk jendela mobil. Ia mendongak lalu mendapati lelaki itu sudah berada di depannya. Setelah membuka kunci mobil ia pun berpindah ke kursi penumpang untuk mempersilakan Abimanyu duduk di belakang kemudi.
"Ke kafe deket sini aja ya, Mbak?" Dayana mengiyakan.
Selang tak berapa lama mereka pun tiba di sebuah Kafe. Sepanjang jalan mereka hanya membicarakan hal-hal sepele. Dayana bahkan ragu untuk memulai pembicaraan soal Rey. Seolah paham Abimanyu pun juga tak membicarakannya. Mungkin setelah mereka tiba di lokasi baru akan memulai obrolan.
"Mbak, mau apa?" tanya Abimanyu saat akan mengantri di kasir.
"Caffe latte less ice aja."
"Oke, aku pesenin aja. Mbak cari tempat duduk, ya."
"Siap." Dayana beranjak mencari tempat duduk untuk berdua yang masih kosong dan juga nyaman untuk berbincang.
"Mau tanya soal Bang Rey, Mbak?" tanya Abimanyu begitu sudah datang sambil membawa dua gelas kopi. Dayana mengambil salah satu lalu menusuk sedotannya.
"Hmm," deham Dayana seraya menganggukkan kepala. Wanita itu lalu meminum kopinya.
"Bang Rey emang minta tolong sama saya, Mbak. Minta dideketin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo!! Tante?
General FictionElaa_rin Judul: Halo!! Tante? Sinopsis: Dayana, seorang wanita karir yang sudah menginjak usia dewasa. Wanita jaman sekarang yang masih nyaman dengan kesendiriannya. Bukan karena tidak laku, tetapi berkat luka masa lalunya itulah membuat dirinya rag...