BAB 36

1.4K 31 2
                                    

Kemudian ucapkanlah innalilahi wa inna ilaihi Raji'un ketika kamu mendapatkan cobaan yang bertubi.

( Sayap Surga Nya )





*






*





Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan kini Syahla kembali mendapatkan kepercayaan untuk mengandung anak lagi. Usia kandungannya baru menginjak dua minggu dan itu pun harus selalu di awasi oleh dokter, mengingat rahim Syahla yang lemah.

Sambil mengelus perutnya, Syahla menyunggingkan senyum bahagia melihat kakaknya yang berada di atas panggung pelaminan. Mungkin serasa film karena Citra yang akhirnya bisa menikah dengan Angga. Tentu saja setelah Angga bercerai dari istrinya yang dulu. Walaupun kisah percintaan antara Citra dan Angga yang begitu rumit, tapi Syahla bahagia melihat kakaknya bisa bersanding dengan orang yang ia cintai. Memang, skenario Allah itu tidak ada yang bisa menebak. Hanya kesabaran dan keikhlasan dalam hati yang akan bisa menyelamatkan manusia dari kesengsaraan.

"Ayo foto bareng, Syah!" pekik Citra dari atas panggung membuat Syahla terkekeh geli karena ke antusiasan kakaknya itu. Belum pernah Syahla melihat kebahagiaan yang begitu besar seperti hari ini. Ia sangat bersyukur karena akhirnya Citra mendapatkan kasih sayang ibu dan juga di persatukan dengan orang yang ia cintai.

"Ayo, Umma," ucap Arsyad yang di balas anggukan oleh Syahla.

Arsyad dan Syahla berjalan beriringan ke arah panggung. Namun, baru saja kaki mereka menaiki satu anak tangga, Syahla merintih sambil memegangi perutnya. Rasa cemas itu kembali menghinggapi Syahla ketika ia merasakan sakit yang luar biasa, persis seperti yang dulu ia rasakan. Allah, Syahla tidak ingin kehilangan janinnya lagi...

"Ada apa, Syahla?"

"Sssh, s--sakit..." Rintihan Syahla itu kemudian di akhiri dengan Syahla yang jatuh pinsan. Andai saja tangan Syahla sudah terlepas dari genggaman Arsyad, tentu ia akan terjatuh ke lantai.

"Innalilahi, Syahla!" Zainab yang tadi sudah berdiri di panggung resepsi itu langsung panik dan berlari menghampiri Syahla, begitupula dengan Citra dan Angga.

Sambil membawa Syahla dalam gendongannya, Arsyad tak henti-hentinya memanjatkan do'a dalam hati agar janin di dalam rahim Syahla selamat. Ia takut Syahla akan kembali frustasi karena janinnya yang dulu di angkat. Pikirannya langsung di hantui dengan bayangan Syahla yang menangis histeris dan mogok makan selama tiga hari. Ia takut jika janin Syahla di angkat lagi, ia juga akan kehilangan Syahla.

***

Jam dinding berdenting hingga sepuluh kali, menandakan hari sudah semakin malam. Arsyad yang penuh dengan keringat dingin itu masi setia menunggu dokter keluar dari ruangan Syahla. Ia berharap kejadian di hari lalu tidak terulang lagi, tetapi jika Allah sudah berkehendak yang demikian, Arsyad bisa apa?

Terlihat Zainab juga yang tengah terduduk dengan lemas. Setelah beberapa hari yang lalu ia bahagia atas kehadiran janin di rahim Syahla kembali, ia takut jika Syahla akan kehilangan janinnya lagi. Ia tidak sanggup jika harus melihat putrinya rapuh kembali. Allah, selamatkan lah janin Syahla...

Ceklek...

Arsyad langsung berdiri dari duduknya ketika ia mendengar knop pintu ruangan Syahla berbunyi. Segera ia mendekati dokter yang keluar dari ruangan Syahla. Ia melihat wajah dokter itu yang tampak biasa saja, seketika membuat hati Arsyad merasa lega. Namun, kelegaan hati itu seketika musnah, di saat dokter itu mengajak Arsyad untuk ke ruangan kerjanya.

Sesampainya di ruangan kerja sang dokter, Arsyad di persilahkan untuk duduk. Suasana tegang seperti ini selalu Arsyad benci. Ia benci jika dokter akan memberikan pilihan lagu seperti dulu. Apakah Arsyad akan tetap mempertahankan janin di dalam rahim Syahla, tapi bisa menimbulkan resiko kematian, atau Arsyad memilih janin itu di angkat? Arsyad sungguh benci pilihan itu.

"Sebelumnya, saya memohon maaf karena harus menyampaikan berita menyedihkan ini, pak."

Di detik itu juga, jantung Arsyad serasa ingin melompat dari tempatnya. Namun, ia tetap berusaha terlihat tenang di depan dokter.

"Rahim Ibu Syahla sangat lemah untuk bisa mengandung anak. Janin itu sudah tidak bisa di pertahankan lagi dan harus di angkat."

Benar, dugaan Arsyad tidak meleset. Arsyad harus kehilangan kembali calon anaknya itu. Mungkin dirinya bisa kuat, tapi apakah sama halnya dengan Syahla?

"Apakah janin itu sudah benar-benar tidak bisa di pertahankan, dok?" desak Arsyad.

"Tidak ada cara untuk mempertahankan janin itu, pak. Janin itu di angkat untuk kebaikan istri anda."

"Tapi Syahla masih bisa hamil lagi, kan, dok?"

Hening, dokter itu menatap lembut wajah Arsyad yang di penuhi dengan kesedihan itu.

"Apakah anda ingin istri anda menderita dengan kehadiran janin di rahimnya?"

Arsyad menggeleng lemah.

"Sebenarnya sel telur di rahim Ibu Syahla itu bagus, tapi rahimnya yang lemah untuk mengandung. Jadi saya sarankan agar kalian menggunakan jasa surrogate mother."

Arsyad tecengang dengan pernyataan dari dokter kandungan barusan. Otaknya berpikir keras tentang  bagaimana perasaan Syahla jika darah daging Arsyad berada dalam kandungan orang lain? Lalu siapakah yang akan bersedia di sewa rahimnya untuk mengandung anaknya selama sembilan bulan? Walaupun mungkin ada yang bersedia, tapi apakah wanita itu bisa menjaga baik-baik anaknya?








Votes and komen ya guys... Eitss, bagi yang suka aja sih😁😁


Gimana nih menurut kalian tentang sewa rahim?


Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang